Di antara luka yang ada, yang paling menganga ada di dada. Tercipta oleh ketidakberdayaan seorang saudara.
_____________
Jalanan Jakarta cukup ramai di siang hari, didominasi oleh anak sekolahan yang baru selesai menimba ilmu. Walau diluar terdengar bising, suasana di dalam mobil yang dikendarai Sembagi terkesan sunyi.
Sembagi fokus menyetir, sementara Gemintang duduk diam di kursi sebelahnya. Hubungan kakak beradik yang kurang dekat, membuat suasana yang tercipta selayaknya dua orang asing yang bertemu.
Gemintang sendiri tidak punya pilihan lain selain pulang bersama sang adik. Wajahnya babak belur, belum lagi kakinya yang sakit ketika digerakan. Lelaki itu berusaha keras untuk menekan gengsi ketika Sembagi menolongnya dari amukan para musuhnya di sekolah.
"Di belakang ada air mineral. Bang Ge kalau haus bisa minum," cicit Sembagi memecah kesunyian.
Tanpa menjawab, Gemintang memiringkan sedikit tubuhnya meski harus meringis karena rasa sakit yang menjalar di tubuhnya, kemudian tangannya terulur mengambil botol air. Beruntung mobil Sembagi selalu rapi sehingga tidak ada tumpukan barang-barang di jok bagian belakang.
"Masih sakit, Bang?" tanya Sembagi memberanikan diri seraya melirik Gemintang. "Kita ke apot —."
"Langsung pulang," potong Gemintang tegas.
Sembagi mengangguk patuh. Tanpa bicara lagi gadis itu menaikan kecepatan mobil agar bisa segera sampai di rumah. Memar di wajah Gemintang terlihat cukup menyakitkan, begitupun dengan bibir dan hidungnya yang berdarah. Tadi sebelum pulang, Sembagi sempat mengelap darah yang masih keluar dengan tisu, namun Gemintang menepis tangannya.
Selang 15 menit, keduanya sampai di halaman rumah. Tak ada kata terima kasih, Gemintang turun dari mobil lebih dulu, membuat Sembagi mengesah pasrah. Bayangan tentang hubungan mereka yang membaik, sepertinya hanya akan menjadi angan-angan Sembagi saja.
Dengan langkah lunglai Sembagi mengekori Gemintang yang berjalan sedikit tertatih. Ketika laki-laki itu hampir tersungkur, cepat-cepat Sembagi menangkap tubuh Gemintang dan melingkarkan tangan sang kakak di bahunya.
Sembagi berusaha acuh ketika menyadari tatapan tak suka dari Gemintang. Gadis itu tetap memapahnya sambil menatap lurus ke depan. "Gapapa kalau Bang Ge mau marah, tapi nanti. Sekarang biarin aku bantu Abang, aku bukan kasihan tapi udah kewajiban aku nolongin kakak sendiri."
Kalimat panjang yang diucapkan secara cepat dan lancar layaknya jalan tol itu membuat Gemintang sempat tertegun. Mengapa Sembagi masih bersikap baik ditengah ketidakpedulian Gemintang terhadap gadis itu?
Sembagi membantu Gemintang sampai sang kakak duduk di sofa ruang keluarga. Kemudian gadis itu bergegas pergi untuk mengambil kotak obat, namun mendadak langkahnya tertahan ketika Anjani datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Sansekerta (Selesai)
Novela Juvenil"𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊𝚊𝚗. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚜𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗?" Sansekerta harusnya punya banyak teman dan digandrungi banyak perempuan. Parasnya...