Saat ini mereka berada di rumah Yuda setelah menghabiskan mie ayam dan kehabisan ide ingin bolos dimana lagi, Aurel ingin ke mall tadi tapi belum ada yang terbuka saat pukul 10.
Jadi keduanya hanya nonton film di ruang tamu Yuda. Tenang kok, Yuda tidak akan menyakiti Aurel, lagipula dia juga sengaja membuka pintu rumah dan gorden jendela agar tidak terkena gosip.
"Lu mau nonton apa?" Tanya Yuda yang sedang sibuk mengotak atik pilihan yang ada di TV
"Apa aja, yang penting seru!" Seru Aurel dari dapur karena menaruh cemilan di piring.
Sementara Yuda memilih film, Aurel akhirnya muncul membawa mangkok berisi cemilan dan minuman yang mereka tadi beli di toko.
Aurel duduk di atas karpet sambil bersandar di sofa tepat di samping Yuda yang sudah memilih film untuk mereka nonton.
"Ini Money Heist 'kan?"
Yuda mengangguk, "Lu udah nonton?"
"Sudah tapi season 5 belum, kalau kamu?"
"Aku belum nonton season 5 nya lima."
Aurel merasakan panas dipipinya saat mendengar kalimat pertama yang diucapkan Yuda tadi. Senenarnya Yuda sengaja mengucapkan itu karena tidak enak memakai gue-lo ke gebetannya terus.
Mereka berdua menonton dengan tenang selama episode itu terputar di TV Yuda.
Di pertengahan film, Aurel meminta hoodie Yuda karena merasa gerah memakai seragam sekolah. Yuda pun pergi ke kamar, mencari hoodie untuk Aurel dan sekalian mengganti baju yang membuatnya merasa nyaman juga.
Setelah menyelesaikan kegiatan di kamarnya, Yuda pun turun dan memberikan sepasang pakaian untuk Aurel.
Aurel mengambil hoodie dari tangan Yuda, "gak usah celana, hoodie aja."
Tidak peduli dengan perkataan Aurel, Yuda meletakkan celana diatas hoodie yang Aurel pegang sekarang, "rok sekolah pendek." Ucap Yuda dengan tajam.
Aurel mengangguk patuh, dia agak takut mendengar cara ucapan Yuda tadi.
Yuda lanjut duduk dan menonton sambil menunggu Aurel selesai. Rasanya sangat santai jika memakai baju rumah, untung saja Aurel tadi meminta hoodie. Jika tidak maka mereka akan gerah karena memakai seragam sekolah.
Aurel pun selesai mengganti pakaiannya. Baru saja ingin duduk, kaki Aurel tidak sengaja menabrak kaki meja dan lututnya terkena ujung meja.
Yuda panik melihat Aurel yang lagi berteriak kesakitan, "sakit!?"
"PAKE NANYA LAGI! YA, PASTI SAKIT!!!"
Yuda bergegas ke kamar bunda nya mencari minyak urut lalu kembali di ruang tamu. Yuda menaikkan celana Aurel tapi langsung ditepis oleh Aurel.
"Jangan kayak pedo, aku aja yang obatin." Aurel menaikkan celananya, menuangkan cairan dari botol minyak urut ke kaki dan lututnya lalu mengoles keduanya.
Agak sakit tapi gapapa, yang penting sudah diobati. Itu kalimat yang Aurel terus ucapkan dalam hati ketika merasa sakit saat mengoles.
"Ini," Aurel menyodorkan kembali minyak urut dan tentunya diterima oleh Yuda lalu mengembalikan di tempat semula.
Aurel berjalan perlahan-lahan ke tempat duduknya tadi, tapi ditahan oleh Yuda yang baru saja mengembalikan minyak urut dengan cepat.
"Sini aku bantu." Seperti ucapannya tadi, Yuda menggendong Aurel kemudian duduk di tempatnya dan Aurel dia tempatkan diantara kedua kakinya.
"Keliatan banget modusnya." Ucap Aurel.
Yuda mengacak rambut Aurel, "biarin, yang penting kamu suka."
Keduanya senyum-senyum sendiri, ada perasaan hangat yang menghampiri mereka.
Dan tidak terasa sekarang sudah malam hari dan mereka menyelesaikan seluruh episode. Tapi mereka tidak nonton, film yang menonton mereka yang lagi tidur.
Posisi mereka sangat menggemaskan, Aurel tidur di depan dada Yuda dan Yuda memeluk Aurel dari belakang sambil kepalanya dia taruh di atas bahu Aurel.
Tiba-tiba Yuda terbangun dari tidurnya setelah menyadari dia belum menutup pintu dari tadi. Yuda perlahan-lahan meletakkan Aurel diatas sofa, setelah itu dia menutup semua gorden dan terakhir pintu.
Saat di depan pintu, Yuda melihat sosok yang berjalan menjuru rumahnya. Sosok itu melirik sepatu di depan rumah lalu menatap tajam Yuda.
"Lu ngapain kesini, Sabian?"
"Mana kakak kembar gue, bajingan?" Raut wajah Yuda nampak tidak senang setelah mendengar perkataan temannya.
"Maksud lo panggil gue bajingan apa?" Tanya Yuda dengan ketus walaupun dibalas dengan tatapan sinis oleh Sabian.
Sabian menunjuk Yuda, "lo sudah bawa Aurel kesini sampai malam lalu lo gak terima dipanggil bajingan?"
Mendengar suara ribut dari luar, Aurel terbangun lalu berjalan perlahan-lahan karena kakinya masih sakit.
"Ada apa ini?" Tanya Aurel yang masih berjalan sambil mengucek matanya.
Sabian menggeram ketika melihat Aurel berjalan seperti tersendat-sendat, matanya kembali menatap tajam Yuda. "Lo betul-betul bajingan," Sabian melemparkan pukulannya ke Yuda.
Aurel membelakkan matanya, ingin menghentikan Sabian tapi dia terjatuh karena kakinya yang tiba-tiba sakit.
"Lo apain Aurel sampai susah jalan!?" Ingin melemparkan pukulan ke Yuda lagi tapi pipinya tiba-tiba ditampar oleh Aurel.
"Gue tahu isi otak lu, tapi gue gak semurahan itu."
Suara tertawa mengejek keluar dari mulut Sabian, "Lu pernah semurahan itu kalau saja dulu gue gak jagain lo dari Mahesa."
Aurel menampar Sabian lagi, "Lu tahu 'kan kalau gue dijebak dulu!? Dan waktu itu gue juga sudah maksa buat Mahesa berhenti!"
"Murahan tetap murahan." Kini giliran Yuda memukul dengan keras Sabian setelah mengucapkan kata yang tidak pantas kepada Aurel.
"Ingat, dia kakak lo."
"Justru karena Aurel kakak gue, gue harus jaga dia biar gak bertindak seperti murahan lagi." Sabian menendang tulang kering Yuda membuat Yuda meringis kesakitan.
Sabian mengambil kesempatan itu dengan menarik paksa Aurel walaupun Aurel meronta ingin dilepaskan.
Motor Sabian telah melaju pergi dari rumah Yuda bersama Aurel, meninggalkan Yuda yang sedang mengumpat karena rasa sakit di kakinya dan terutama Aurel yang dicaci-maki oleh Sabian.
Yuda berharap keduanya cepat menyelesaikan masalahnya saat mereka sudah tiba di rumah agar tidak ada salah paham lagi.
—
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan || Yeonjun ft. Arin
FanficHujan menjadi saksi bisu antara Yuda si paling buat emosi dan Aurel si paling emosian. Mereka membuat banyak memori dengan kehadiran sang hujan.