"rikiiiiiiiiii!"
Sapaan cempreng sunoo centil membuat Riki mendengus kesal. Laki-laki itu mengerling tajam pada sunoo yang tengah memeluk pilar besar di koridor sekolah dengan mesra. Sepasang mata berkedip-kedip, menatap Riki penuh cinta.
"Iki?"
Riki menarik napas dalam dengan kedua mata terpejam. Tangan yang tenggelam dalam saku celana, mengepal kuat. Serius? Ini masih terlalu pagi! Padahal riki sengaja berangkat sangat pagi demi menghindari si centil. Tapi ternyata, sunoo datang lebih pagi dan menunggu dengan setia di koridor utama sekolah yang masih sangat sepi.
Oh ayolah! Kapan sunoo pernah absen mengusiknya? Tidak pernah! Pria cantik itu bahkan seperti tidak mengenal waktu. Selagi ada kesempatan, sunoo selalu hadir dan meruntuhkan semangat riki hingga berkeping-keping.
Sudah seminggu mereka duduk di bangku kelas 12, tingkat akhir. Namun, bukan baru selama itu sunoo mengusik hari-hari Riki . Ia sudah mengacaukan hari Riki sejak mereka duduk di bangku kelas 11. Sayang sekali, mereka tidak sekelas lagi dan sunoo kecewa. Sayangnya lagi, Riki teramat bersyukur karenanya! Laki-laki itu tidak dapat membayangkan bagaimana nasibnya di kelas jika ia berada di dalam satu ruangan dengan sunoo.
Namun, sepertinya tidak begitu.
Sunoo yang centil, tidak tahu malu, dan ceroboh itu hanya akan muncul di depan Riki seorang. Tidak satu pun yang tahu. Tidak satu pun kecuali mereka berdua.
"Riki kenapa napasnya sampai begitu? Sunoo harum, ya?"
goda sunoo, genit. Kedua mata Riki kontan terbeliak, sementara sunoo justru memasang senyum sok imut.
Ada kantong plastik? Riki mau muntah. Riki berdecak kesal. Mencoba untuk tetap sabar dan menahan amarah, Riki berlalu. Mengabaikan panggilan sunoo yang sanggup membuat telinganya berdenging!
Masih pada posisinya, sunoo menatap punggung lebar Riki dengan kecewa. Ingin sekali ia mengejar laki-laki itu, tapi waktu seolah berkhianat. Dilirik arloji mungil di pergelangan tangan. Jam masuk memang masih lama, tapi sunoo tidak ingin mengambil risiko. Ia tidak ingin ada seorang pun yang memergoki tengah mengejar-ngejar Riki dengan centil. Tidak. Belum saatnya.
Pada akhirnya, sunoo hanya bersandar lemas pada pilar yang tadi dipeluknya. Dengan kedua tangan menyilang di atas perut, sunoo menatap punggung Riki yang semakin mengecil di kejauhan. Sampai sosok itu menghilang di balik pintu kelas.
Sunoo menghela napas sebelum melangkah berlalu ke arah di mana kelasnya berada. Kembali menjadi sunoo yang cuek dan nyaris dingin pada dunia.
•••••••••••••
Sunoo menyantap makanan dengan ekspresi datar. Di saat semua orang merasa wajib berkumpul dengan geng di kantin tiap jam istirahat, sunoo justru tak peduli bila ia duduk seorang diri tanpa teman satu pun. Toh, ia di sini untuk makan dan mengisi perut, bukan untuk bergosip!
Tengah khusyuk mengoyak daging siomay, acara makannya tiba-tiba diusik oleh jungwon. Yup, salah satu dari ketiga sahabat sunoo yang tak pernah membiarkan siapa pun tenang dengan makanannya masing-masing, alias celamitan!
"Unuuuu, mauuuu!" pinta jungwon cempreng. Lebih cempreng dari suara sunoo kala pria itu mengubah sikapnya menjadi seratus delapan puluh derajat di hadapan Riki seorang.
Kalau Riki punya sunoo yang selalu mengusik hari, sunoo punya jungwon yang selalu berhasil mengacaukan kegiatan bersantap. Aneh memang, jungwon yang uang sakunya jelas-jelas lebih banyak dari sunoo, justru yang nyaris tidak pernah jajan! Parahnya, orang yang santai-santai saja diganggui adalah sunoo. Karena tiap kali jungwon meminta, sunoo selalu diam. Padahal sih, diam diam mengumpat dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
metanoia (perubahan pikiran)
RomanceKim sunoo, remaja biasa yang nyaris invisible di sekolahnya. kelebihannya hanya dua : cukup menguasai bidang seni dan mampu menyimpan rapat rapat sebuah rahasia dari semua orang selama bertahun tahun. Nishimura Riki adalah rahasia terbesar sunoo. la...