Baru beberapa jam Jimin meninggalkannya sendiri di rumah, dia sudah merasa bosan. Dari tadi Rose hanya duduk bagai orang dungu di depan televisi, menonton acara televisi yang membahas seputar kehamilan. Dan selama menonton acara itu juga, wanita itu tanpa sadar terus mengusap-usap perutnya, seakan ada janin yang ia kandung di sana. Padahal perutnya hanya berisi sarapan tadi pagi dan beberapa camilan."Pasangan itu memiliki sepuluh anak? Aku mau mati membayangkannya" sambil terus mengusap perutnya. Dia tidak dapat membayangkan melahirkan anak dalam jumlah yang banyak. Itu salah satu alasan mengapa seorang anak harus menghormati ibunya.
Lama-kelamaan acara tersebut semakin membosankan. Apa tidak ada hal lain yang dapat dia lakukan selain menonton televisi? Beberapa detik kemudian Rose mendapatkan ide. Mengobrol dengan Lisa sepertinya tidak buruk. Minggu ini mereka tidak saling bertukar kabar karena Rose yang sibuk menghabiskan waktu dengan Jimin. Ia menelepon Lisa. Seperti biasa, gadis berponi itu selalu cepat dalam merespon.
"Halo, pengantin baru! Peranku untuk selalu menemanimu sudah terganti,ya? Sepertinya kau melupakanku" gerutu Lisa saat mengangkat telepon tersebut.
"Astaga, Lisa. Aku tidak melupakanmu. Buktinya sekarang aku merindukanmu"
"Menjijikan. Ngomong-ngomong kenapa kau menghubungiku? Bukannya kau sedang berbulan madu sekarang?"
"Bulan madu apanya? Jimin sedang berada di kantor sekarang"
"Brengsek! Apa pria itu tidak memikirkan perasaanmu? Pergi bekerja?"
"Dia sudah memberitahuku sebelumnya, Lisa. Pekerjaannya banyak. Jika dia mengajakku berbulan madu entah akan semenumpuk apa nanti"
"Tapi tetap saja... Aish, aku tidak mengerti"
"Daripada kau mencoba mengerti tentang ini, lebih baik kau mencari kepastian, kapan kelinci berisik itu menikahimu? Dia sudah dapat pekerjaan, kan?"
"Astaga... Kelinci tampanku itu ingin memastikan semuanya telah siap sebelum kami menikah. Jika dia memiliki banyak uang seperti suamimu, kami pasti akan menikah lebih dulu daripada kalian "
"Apa yang ingin dia pastikan? Dia sudah dewasa, pekerjaannya layak dan gajinya lumayan. Jadi apa lagi?"
"Mungkin dia belum siap berumah tangga. Kau pasti tahu bahwa menikah bukan hanya tentang mengikat dua insan dalam suatu hubungan, tapi juga menjaganya dan mempertahankannya hingga maut memisahkan. Kalau kami menikah dalam keadaan sikap yang masih labil, bisa-bisa kami hancur di tengah jalan"
"Kau benar. Tapi aku takut dia meninggalkanmu, padahal dia sudah mengambil sesuatu darimu"
"Aku juga. Terkadang aku menyesal telah memberikan itu padanya sebelum dia memberikanku kepastian"
Sisa hari itu dihabiskannya mengobrol santai dengan Lisa. Walau mereka tak bertemu secara langsung, tapi kedua sahabat itu masih bisa merasakan kehadiran satu sama lain. Mereka berdua sama-sama memiliki masalah dalam hubungan. Rose yang terkadang masih ragu dalam pernikahannya, dan Lisa yang belum juga mendapatkan kepastian dari Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART SHIP [ON GOING]
FanfictionHanya raganya yang ikut berlabuh bersamaku, hatinya masih terjerat cinta di pelabuhan masa lalu