02. Poli anak

774 192 31
                                    

Rosel dan Jeffar sama-sama membeku sembari membaca surat yang terdapat di bawah bayi itu. Di dalam surat tersebut sang penitip mengatakan banyak-banyak maaf karena telah membebankan orang yang dia titipkan bayinya.

"Dan saya akan kembali setelah keadaan membaik—ENAK BANGET LO MAU GAMPANGNYA AJA! Mentang-mentang ngurus new born susah lo maunya pas dia udah gede???"

Jeffar menyahut, "bukan new born nggak sih?"

"Ya intinya ngurus bocil tuh susah! Dia yang ngewe terus kita yang repot. Dasar orang tua tolol. Udah bagus kamu pergi dari orang tua kayak gitu, Nak." Ucap Rosel pada kotak berisi bayi yang saking pulasnya tidak terbangun karena suara lantangnya.

"Btw..."

"Apa?"

"...lo nggak jadi pulang?" Tanya Jeffar ke Rosel yang tengah memanjangkan kakinya ke seluruh sisi sofa. Sambil mencari titik ternyaman di sofa tersebut Rosel pun menjawab. "Mana tega gue ninggalin lo sendirian. Kasian bayinya."

Karena kalimat ini Rosel mendapatkan tatapan tajam dari mantan pacarnya adiknya.

"Kirain kasian guenya."

"Anjir nggak peduli gue sama lo."

Kemudian ia melanjutkan kalimatnya, "gimana kalo kita bawa aja ke panti asuhan? Lo nikah aja nggak mau, gimana ngurus bayi."

Jeffar memundurkan sandarnya dan menatap Rosel dengan penuh pertanyaan. Jeffar yang tidak kunjung menjawabnya membuat ia kembali bertanya, "lo mau asuh?????"

"Siapa juga. Sibuk. Bawa, Sel." Kata Jeffar asal.

"KOK GUE?" Rosel ngomel langsung dapat tatapan tajam dari Jeffar yang ketakutan bayi itu bangun. Keduanya terdiam ketika kotak tersebut sedikit bergerak. Apalagi saat salah satu tangan bayi itu mulai mengucek-ucek matanya dan kemudian... tertidur lagi.

Sembari bernapas lega Rosel mendekatkan wajahnya ke bayi itu, "poor you pretty boy... Udah mana dibuang sama ortunya, sekarang nggak ada yang mau ngasuh. I would take you to my home if i have money, baby boy—"

Jeffar menyadari tolehan pelan Rosel terhadapnya.

"Dia punya uang kok, Nak."

"Nggak nggak."

"Maap ye, meskipun gue spesialis anak bukan berarti gue mau ikut ngasuh ya. Lagian ini kotak diperuntukkan lo. Buktinya ortunya naruh di rumah lo, bukan rumah gue. So, sekarang kita mending beli asupan buat ini bayi dulu. Keburu busung lapar kalo nungguin putusan lo mah."

Jeffar menahan tangan Rosel, "buat?"

"Ya makan lah! Dia udah di sini sejak gue datang dan sekarang udah 30 menit cuma nungguin lo bertindak."

"Lo gendong dia. Gue nyetir."

"Don't you have a stroller?" Rosel mendapatkan decakan dari Jeffar, "nggak lah, kan gue anak tunggal."

Rosel menghela berat seraya Jeffar merebut kunci mobil darinya. Jujur saja... berinteraksi dengan bayi di luar rumah sakit sangat memuakkan. Cukup hanya di rumah sakit, di luar jangan. Tapi apa boleh buat.

Markah hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang