Ruang olahraga sekolah ini tampak seperti milik peserta pelatihan Olimpiade. Sekolah lamaku tidak pernah mampu membeli semua barang dan peralatan seperti yang ada di sini. Charlie membawaku untuk berkeliling sebentar sebelum datang ke ruang olahraga utama. Ya, karena di sini ada banyak ruangan. Aku mendorong pintu hingga terbuka, tetapi baru saja aku melangkah, sebuah bola voli terbang dan mengarah tepat mengenai kepalaku. Aku terhuyung mundur, jatuh tersungkur.
"Maaf!" Aku mendengar seseorang berteriak meminta maaf atas rasa sakit yang bergema di antara telingaku.
"Aduh" aku menggumam, meraba wajahku untuk memastikan tidak ada lebam. Ketika aku melihat ke atas, sudah ada seorang pria bertubuh tinggi berdiri di depanku. Dia memiliki ciri-ciri: kulit kecokelatan yang mengkilap, rambut dan mata cokelat. Dia mengenakan kaos jersey yang memperlihatkan lengan berotot dan bahu bulatnya.
"Kamu tak apa?" dia bertanya, berjongkok di depanku, "Apakah aku harus menggunakan kedua tanganku untuk membantumu berdiri?"
Tangannya mendekat ke wajahku sehingga mataku tidak bisa fokus. Aku memalingkan kepalaku ke belakang.
"Satu tangan saja," gumamku.
Senyum mengembang di wajahnya, dan ia melihat kebelakang dari balik salah satu bahunya, lalu mengangkat ibu jari.
"Tidak apa-apa Scott, aku tidak akan membunuhnya juga!"
Ada siswa lain --- yang diduga adalah Scott --- berlari ke arah kami.
"Beri dia sedikit ruang, Trevor," kata Scott, menarik pria didepanku ini untuk menjauh dariku. Kedua pria itu tampak berdebat, dan aku tidak bisa melerainya, aku hanya bisa memperhatikan mereka secara kontras. Scott memiliki kulit putih bersinar dan matanya berwarna biru langit yang indah. Dia ramping, sementara tubuh Trevor lebih berisi, tetapi mereka berdua memiliki tubuh tinggi dan bugar. Anehnya, pakaian yang mereka kenakan sangat berlawanan sehingga terlihat saling melengkapi. Mereka memiliki dua kualitas yang menonjol: keduanya tampan dan tinggi.
"Perhatikan tujuanmu. Kamu seharusnya memukul bola ke seberang lapangan, bukan untuk memukul wajah orang," tegur Scott.
"Apa yang bisa aku katakan? Tubuhku terlalu kuat." Trevor menyeringai sembari mencium salah satu otot lengannya.
Scott memutar bola matanya malas dan berbalik ke arahku. Gurat-gurat di wajahnya melunak, dan aku merasa seperti sedang menatap malaikat.
"Maaf temanku memang seperti itu" Dia tersenyum malu.
"Sahabat," Trevor terbatuk. Scott mengabaikannya dan membantuku berdiri.
"Kamu Desmond kan?"
Aku mengangguk.
"Scott," dia memperkenalkan dirinya. "Dan pria yang tadi itu Trevor. Sepertinya kamu sudah bertemu dengan Charlie. Kamu murid pindahan, kan?"
"Haha, iya" Aku sedikit tertawa canggung.
"Selamat datang di SMA Ivory," Scott berseri-seri, mengambil bola voli dan menyelipkannya di bawah ketiak, tampak terlihat seperti model yang bahkan dia tidak mencoba untuk terlihat seperi itu. "Jika kamu membutuhkan bantuan, aku menyarankanmu untuk menjauhi Trevor dan langsung saja mendatangiku atau Charlie, Kami akan membantumu"
"Apa maksudmu menjauhi Trevor?" bentak sahabatnya. "Aku bisa membantu seperti kamu dan Cha."
"Kamu bahkan tidak bisa mengikat tali sepatumu dengan benar," Scott menghela nafas. Trevor merebut bola volinya, dan mereka bergulat untuk saling merebut bola. Aku tidak tahu apakah mereka bermain-main atau mencoba membunuh satu sama lain. Kami mendengar seseorang meniup peluit. Seorang pria pendek gemuk dengan janggut yang tidak dicukur berjalan ke tengah ruangan. Dia menyipitkan matanya dan menatap kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Class Prince
Teen FictionKetika Desmond Mellow pindah ke SMA elit khusus laki-laki, dia langsung mendapatkan kesan buruk dari teman sebangkunya yang baru. Ivan Moonrich. Menawan, Misterius, Mengancam, Ivan benar-benar tipe manusia yang sama sekali tidak dibutuhkan Desmond d...