11 Juli 2022
“Lo, enggak ada niatan pensiun dari playboy?” Alit yang sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri tiba-tiba bertanya.
Lima lelaki yang sedang saling meledek, menoleh pada satu-satunya gadis di grup mereka. Meja mereka hening seketika. Tidak lama, kelima lelaki itu terpingkal.
“Dia? Pensiun jadi playboy?” Irwan bertanya dengan nada sarkastis.
“Enggak bakal!” Tito, Rudi, dan Jamal berucap bersamaan. Kemudian tertawa bersama. Arfan menyengir melihat teman-temannya.
“Nanti, Lit. Nunggu gue tobat.” Arfan merangkul pundak gadis yang menyarankan untuk berhenti menjadi playboy itu. “Kasian para cewek itu, kalo gue pensiun.”
Alit mencebik kesal. “Udah kayak piala. Digilir.” Alit bicara dengan nada sindiran.
“Kenapa? Lo nunggu giliran juga?” tanya Arfan.
Alit menoleh dengan cepat. Mau!
“Buat lo spesial, deh.” Arfan menaik-turunkan alisnya.
“Pake telor?” timpal Irwan.
“Atau pake keju?” sahut Tito.
Jamal dan Rudi tertawa terpingkal bersama tiga lelaki yang meledek Alit. Sementara gadis yang mendengar kelakar para lelaki itu berdiri. Ia memukul bagian belakang kepala Arfan yang duduk di sebelah kirinya. Kemudian kepala Irwan, yang duduk di depan gadis itu. Sementara tiga lelaki lain sudah lebih dulu menghindar.
“Belum apa-apa udah KDRT!” Arfan mengusap bagian kepala mereka yang terkena pukulan Alit. Tidak main-main gadis tomboi itu memukul, menggunakan seluruh tenaga. Meski begitu, lelaki itu tetap tertawa bersama yang lain.
Alit mencebik. Ia kembali duduk. Mereka menjadi grup paling ramai di area kantin. Dan biasa menjadi pusat perhatian. Tidak jarang Alit mendapati pandangan cemburu dari para gadis. Alit pikir, itu karena ia dekat dengan lelaki yang mereka sukai.
Alit memandangi satu per satu dari kelima temannya. Tidak ada yang salah dengan penampilan mereka. Wajah yang dapat dikatakan tampan. Gaya yang tidak pernah ketinggalan tren. Otak yang cukup cerdas, tetapi kenapa hanya lelaki ini yang selalu diincar para gadis. Lelaki yang juga memikat hati Alit. Lelaki yang ingin selalu Alit lihat senyumnya. Dan lihat, lubang kecil di pipi kanan lelaki itu tampak dengan jelas saat ia tersenyum. Dan semakin jelas saat tawanya meledak.
Tanpa sadar Alit tersenyum. Gadis itu menunduk, menutupi senyumnya agar tidak terlihat oleh orang lain. Alit mengeluarkan ponsel yang kebetulan bergetar pertanda pesan masuk, tetapi tidak menghidupkan layar ponselnya itu. Ia mencoba mengatur senyumnya, kemudian melirik teman-temannya. Tawa mereka sudah mulai mereda. Mereka mulai mengobrol dengan suara normal. Tidak meledak seperti sebelumnya.
Ya. Begini lebih baik. Menjadi sahabat yang selalu bersama. Bercanda dan tertawa bersama, tanpa takut putus dan ditinggalkan. Lagi pula, Arfan tidak melakukan hal yang membuat Alit berpikir ia memiliki kesempatan untuk memiliki lelaki itu lebih dari sahabat.
“Lit?”
“Hemm.” Alit menoleh ke pada Rudi yang memanggilnya.
“Lo enggak beneran ada sesuatu, kan, sama Fajar?”
Keempat lelaki yang lain melihat teman mereka yang baru menanyakan hal aneh menurut mereka. Sebelah alis mereka terangkat. Kemudian mereka kompak menoleh pada Alit, menunggu gadis tomboi itu menjawab. Mereka juga ingin mengetahui jawabannya, meski gadis itu pernah mengungkapkan tidak tertarik untuk berpacaran.
Alit menyipitkan mata, melihat kelima teman lelakinya. Ia mengangkat tangan, meminta mereka menghentikan pandangan penuh keingintahuan itu.
“Santai. Gue masih sama.” Masih mencintai lelaki yang sama. Alit mengucapkan kalimat itu dalam hati.
“Kenapa Fajar ngliatin lo terus?” tanya Rudi.
Alit dan keempat lelaki lain menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Rudi dengan lirikan mata. Fajar langsung menunduk, berpura-pura sibuk dengan buku. Padahal jelas tadi lelaki berkaca mata itu sedang memperhatikan Alit dan teman-temannya.
“Dia baper kali,” ucap Arfan.
“Lo kelewatan kali, godain dia?” timpal Rudi. Yang lain mengangguk, mengiyakan.
“Enggak, ah.” Alit mengangkat bahu. Cuek.
Ia tidak berpikir bahwa Fajar benar-benar terbawa perasaan saat ia menggoda. Fajar mahasiswa yang cerdas. Lelaki itu tahu Alit hanya menggodanya. Bahkan Fajar dengan mudah menebak alasan Alit yang menghindar dari teman-temannya tadi pagi. Jangan-jangan lelaki itu memperhatikan dan membacanya juga saat ini.
Alit kembali menoleh ke arah Fajar. Kali ini lelaki itu tersenyum misterius padanya. Mata Alit membola seketika. Fajar mengetahui situasinya!
Alit segera mengalihkan pandangan. Lima lelaki yang duduk bersama dengannya sudah sibuk mengobrol, ada yang bermain dengan ponsel. Tidak lagi mempertanyakan perihal Fajar. Sekali lagi, Alit menoleh. Lelaki berkaca mata yang duduk dengan jarak tiga meja darinya itu masih menatapnya dengan senyum aneh. Alit masih melihat dengan jelas lelaki itu mengangkat sebelah sudut bibirnya. Sialan!
“Guys ...?” Lima lelaki menoleh pada Alit. “Kalian tahu, sebenernya Fajar itu pinter?” tanya Alit. Ia ingin memastikan sesuatu.
“Tahu,” jawab lima lelaki itu hampir bersamaan.
“Cerdas. Lebih tepatnya.” Irwan menimpali.
Alit mengangguk. Ia sadar, dirinya sudah terbaca oleh lelaki yang sering diganggunya itu.
“Kenapa? Lo beneran jatuh cinta sama dia?”
Alit menyepak kaki Arfan. Seperti biasa, yang lain hanya tertawa melihat kelakuan gadis tomboi itu.
Sekali lagi, Alit menoleh. Ia memperhatikan Fajar sudah bersiap pergi. Lelaki itu membetulkan letak kaca matanya. Berpakaian rapi, kemeja dimasukkan dalam celana jeans yang dipakainya. Sneaker putih. Selain kaca mata tebal yang selalu di pakai oleh lelaki itu, penampilannya tidak berbeda dari teman-teman alit yang lain.
Alit menggeleng, mencoba menghilangkan imajinasi liar yang terbesit di otaknya. Gadis itu terkekeh. Bisa-bisanya ia berpikir bahwa Fajar adalah seorang detektif yang sedang menyamar.
Bersambung...
____________________
Naskah lain di Olimpus Match Battle
1. Viloise--@Chimmyolala
2. The Lucky Hunter--@Dhsers
3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn
4. Aku Bisa--@okaarokah6
5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01
6. Is It Our Fate?--@ovianra
7. Crush--@dhalsand
8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa
9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025
10. Memutar Waktu--@dewinofitarifai
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH : Be There for You
Teen FictionSudah lama Alit menyadari perasaan yang lebih dari teman pada sahabatnya itu. Bahkan gadis tomboi itu sempat berniat untuk mengungkapkan isi hati, tetapi ia urungkan. Alit takut jika pernyataan cintanya akan membuat kecanggungan antara mereka. Lebi...