Chapter 23

18.4K 1.1K 13
                                    

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Pukul tujuh pagi, Gus Hafizh pergi kepesantren hanya untuk menjemput Fahri yang berada di sana. Dirinya semalam sudah berjanji kepada Khadijah yang meminta untuk menemui Fahri.

Tidak perlu berlama-lama dipesantren, Gus Hafizh langsung membawa Fahri menuju kerumahnya. Mereka menggunakan sepeda motor milik Gus Hafizh.

Ceklek!

Suara pintu terbuka, Gus Hafizh sudah sampai dirumahnya. Kemudian ia menyuruh Fahri untuk mengikuti dirinya ke atas kamar.

"Mbak Ijah dimana, Gus?" Tanya Fahri yang sedang menaiki anak tangga.

"Ada dikamar. Kamu ke kamar aja ya, nggak papa."

"Baik, Gus."

Kemudian Fahri mengikuti langkah kaki Gus Hafizh. Hingga tibalah mereka di sebuah kamar, kamar milik Gus Hafizh dan Khadijah.

"Assalamu'alaikum, Mbak Ijah." Fahri menghampiri Khadijah yang sedang duduk di depan meja riasnya.

"Wa'alaikumussalam. Ya Allah Ari."

Gus Hafizh masuk bersama dengan Fahri. Dia memberikan tangannya untuk Khadijah cium. Setelah itu langsung memeluk tubuh Fahri dengan erat.

Gus Hafizh tersenyum melihat perlakuan istrinya. Mungkin memang inilah yang cocok untuk di dapatkan Gus Hafizh setelah tidak mempercayai, menuduh, dan menyakiti hati istrinya. Begitulah pikir Gus Hafizh.

"Fahri, kamu tuntun Ijah ke kasur ya." Gus Hafizh berkata kepada Fahri.

Fahri menganggukkan kepalanya.

Gus Hafizh yakin, kalo dirinya yang menuntun Khadijah pasti di tolak. Sama seperti tadi pagi saat Khadijah ingin mandi, Khadijah menolak uluran tangan Gus Hafizh yang hendak membantunya berjalan ke arah kamar mandi.

"Ari, mbak takut. Takut kejadian Aslan terulang kembali," ucap Khadijah.

"Ari nggak papa, mbak. Ari cuma kecapekan dan butuh istirahat doang," balas Fahri.

"Saya buatkan kalian teh sebentar," ucap Gus Hafizh.

Kemudian Gus Hafizh langsung pergi menuju dapur. Sebenarnya Gus Hafizh cemburu melihat Khadijah memeluk Fahri. Tapi mau bagaimana lagi? Fahri itu kan adik kandungnya Khadijah. Tidak mungkin kalau Gus Hafizh marah kepada mereka.

Saat di dapur, Gus Hafizh benar-benar fokus membuatkan teh untuk istri dan adik iparnya itu. Keadaan mereka sama-sama kurang baik. Pasti membutuhkan tenaga yang banyak.

Tanpa disadari, air mata Gus Hafizh mengalir begitu saja di pipinya. Dirinya benar-benar merasa gagal menjadi seorang suami. Dia merasa bersalah. Bahkan Gus Hafizh takut kalau Khadijah tidak akan memaafkan dirinya.

"Permisi. Teh nya udah datang," ujar Gus Hafizh yang memasuki kamar sambil membawa sebuah nampan.

"Di minum dulu, Ri."

HAFIZDJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang