L E A V E

20 3 2
                                    

Hari itu kota Bangkok, Thailand tengah diguyur hujan deras. Entah mengapa padahal sebelumnya selalu cerah. Mile Phakpum Romsaithong, seorang pemuda tampan yang dilimpahi banyak keberentungan dalam hidupnya. Ia tengah sibuk berbicara melalui telepon, entah apa yang ia bicarakan dengan lawan bicaranya di seberang sana.

"Aku harus meeting setelah ini sayang. Bagaimana kalau kita mengambilnya besok? Lagipula sekarang sedang hujan."

Ucapnya kepada lawan bicaranya di seberang sana

"Tapi kita akan menikah lusa Mile. Terlalu mendadak jika kita mengambilnya besok dan aku sudah sangat penasaran ingin melihat cincin pernikahan kita."

Ah, rupanya ia tengah berbicara dengan calon suaminya yang akan segera ia persunting.

"Aku akan mengambilnya sendiri kalau begitu, lalu aku akan menunjukkannya kepadamu saat kau pulang."

"Tapi saat ini sedang hujan sayang, aku khawatir."

"Tidak apa, aku akan baik-baik saja. Aku tidak akan ngebut, percaya padaku"

"Baiklah Apo, kau boleh melakukannya. Tapi kau harus berhati-hati, jalanan sedang licin sekarang."

"Baiklah, aku akan sangat berhati-hati. Terima kasih sayang. Semangat kerjanya dan jangan pulang terlalu larut, aku akan menunggumu di rumahmu." Jawab sang calon suami dengan semangat dan langsung memutuskan telepon sepihak.

Mile hanya bisa menghela nafas menghadapi kesayangannya itu.

Calon suaminya, Apo Nattawin Wattanagitiphat, sosok pemuda yang ditemuinya semasa kuliah dulu. Sosok yang sukses membuatnya percaya bahwa love at first sight itu nyata adanya.

Ia jatuh begitu dalam terhadap Apo, sosok pemuda yang selalu dipenuhi keceriaan setiap harinya, senyum manisnya tidak pernah luntur dari paras rupawannya.

Mile berhasil mengambil hati Apo setelah 6 bulan mengejarnya tanpa lelah kala itu, dan lusa ia akan menikahi pria tersebut. Setelah sekian tahun menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, akhirnya ia akan mengubah status tersebut menjadi sepasang suami. Tentu saja ia sangat tidak sabar.

Hari itu, hari dimana seharusnya ia pergi bersama Apo untuk mengambil cincin pernikahan pesanan mereka ia malah disibukkan dengan meeting bersama kliennya yang tidak bisa ditunda lagi dan berakhir hanya Apo yang pergi mengambilnya.

Dua jam lamanya ia menghadiri meeting, kini ia berada di ruangannya duduk bersandar di kursi kebesarannya dan berniat menghubungi sang calon suami. Namun, sudah 3 kali panggilannya tidak dijawab, hanya ada suara operator di seberang sana yang mengatakan seseorang yang dihubunginya tidak aktif.

Tentu ia khawatir, takut terjadi sesuatu kepada sang belahan jiwa. Di tengah kekhawatirannya, tiba-tiba tangannya menyenggol figura yang terdapat foto ia dan Apo. Mereka terlihat sangat bahagia dan saling mencintai disitu. Entah mengapa, perasaannya tiba-tiba merasa tidak enak. Ia sontak menghubungi Apo sekali lagi dan masih sama, ponselnya tidak aktif. Sudah puluhan pesan ia kirim, dan sama sekali tidak dibaca oleh Apo.

Tanpa berpikir panjang, ia langsung pergi meninggalkan kantornya. Tujuannya saat ini adalah toko perhiasan tempat ia dan Apo memesan cincin pernikahan mereka. Ia pikir mungkin Apo terjebak disana lantaran hujan yang semakin deras.

Namun, saat ia tiba di tempat tujuannya Apo tidak ada disana. Sang pemilik toko bilang bahwa Apo sudah pergi sejak dua jam lalu.

Mile lantas langsung pergi dari sana dan tujuannya saat ini adalah rumahnya. Apo bilang ia akan menunggunya di rumahnya, maka ia berpikir pasti Apo sedang berada disana tengah menikmati secangkir cokelat panas sambil menonton film. Kebiasaan Apo ketika hujan turun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PUT MY HEART ON YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang