Seperti pagi-pagi sebelumnya, ruang makan mereka sunyi. Vlora Adijaya sibuk dengan tab di tangan, memeriksa semua pekerjaan yang seolah tidak ada habisnya. Sesekali, tangannya menyuap segigit demi segigit roti gandum tanpa selai yang sudah garing terpanggang. Tidak memedulikan suaminya yang memperhatikan.
Arsenio menatap istrinya yang anggun. Dinggin. Untoucheble. Tiga tahun menikah, dan percakapan mereka bisa dihitung dengan jari. Mereka bahkan tidak pernah tidur bersama karena dari awal, Vlora meminta mereka tidur di kamar terpisah. Arsen tidak keberatan karena memang dari awal dia juga tidak menginginkan pernikahan ini.
Tapi sekarang dia mulai bosan dengan situasi seperti ini. Mungkin karena usia. Belakangan Arsen memimpikan rumah yang hangat untuk dia pulang. Istri yang menunggunya. Anak-anak yang menyambutnya.
Arsen berdehem. "Papa mulai cerewet mengenai cucu." Kata Arsen memulai.
Vlo mengangkat pandangan. "Sorry?"
"Papa selalu bertanya padaku, kapan kita punya anak."
"Papaku atau papamu?"
"Papapku."
Vlo tersenyum. "Bilang saja kita memutuskan untuk childfree." Dia kembali menatap tab di tangan kirinya.
"Nggak bisa, Vlo! Aku ini anak satu-satunya. Papaku pasti mengiginkan diriku memiliki keturunan!"
Vlo menghela nafas, menatap Arsen lagi dengan pandangan yang seolah-olah Arsen ini adalah asistennya yang melakukan kesalahan saat diberikan perintah. "Kita sudah sepakat, kan, kalau pernikahan ini akan berjalan seperti ini saja?"
"Kamu tidak lelah? Kamu tidak ingin memulai semua ini dengan cara yang benar?"
"Aku tidak pernah merasa selama ini kita melakukan hal yang salah. Pernikahan kita adalah pernikahan bisnis. Dan sejauh ini bisnis itu berjalan dengan sukses. Perusahaan keluarga kita mendapatkan keuntungan masing-masing. Apa lagi?"
"Tapi pernikahan tetap pernikahan. Aku ingin kita mulai menjalaninya sebegai dua orang yang sudah menikah."
Vlo memincingkan mata. "Kamu ingin tidur denganku?"
"Nggak!" bantah Arsen langsung. "Pernikahan bukan hanya tentang tidur bersama, Vlo!"
Vlora membulatkan mata, terlihat lebih terkejut. "Kamu mulai ada rasa sama aku?"
"Belum. But I wanna try! Aku mau kita berdua mencoba."
Vlo tertawa kecil, dan Arsen merasa marah.
"Kenapa kamu ketawa? Apa yang lucu? Apa mencoba saling mencintai sangat tidak masuk akal bagimu?"
"No... of course not! Tapi bagiku semua itu membuang waktu. And I don't have much time for waste!"
Arsen menggelangkan kepala. "Aku nggak ngerti. Karena apa? Karena kerjaan? Vlo, kamu nggak perlu kerja sekeras itu. Kamu udah punya segalanya! Ada aku. Kamu bisa mengandalakanku!"
Vlo mengerutkan kening, menatap Arsen seolah yang dikatakan Arsen tidak masuk di akal sama sekali. "Aku nggak punya apa-apa, Arsen! Dan aku harus bekerja keras untuk ngedapetin itu! Kamu anak lelaki satu-satunya, perusahaan pasti diturunkan kepadamu. Sementara aku? Aku punya adik lelaki yang walau tidak becus, papaku mengharapkan dia yang menjadi penerusnya! Jadi aku harus bekerja keras agar papa sadar, tidak ada yang lebih baik dari pada aku untuk mengelola perusahaan!"
"Jaman apa memang ini? Memilih penerus berdasarkan gender, bukan kemampuan."
"Kamu tau sekonservatif apa papaku, kan? Sayang saja anaknya perempuan, jadi dia tidak memepertanyakan kenapa kita belum punya anak juga. Dia takut penyebabnya adalah aku. Coba adikku yang sudah menikah, dia pasti terus menanyakan cucu juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
FREYA (Simpanan Sang CEO)
RomanceArsenio terkejut ketika mendapati Freya, sekertarisnya yang sederhana dan tidak banyak bicara, berubah menjadi escort yang cantik dan sexy. lebih terkejut lagi ketika tau Freya akan melelang keperawanannya. Beralasan demi nama baik perusahaan, Arsen...