24. Baby Utun

71.1K 2.7K 451
                                        

EPRIBADII HELLOOOO!!

DIRIKU KOMBEK EGEN HUHU ╥﹏╥

Ada yang kangen sama pasangan bucin satu ini?

•••••

Huftt..

Lagi-lagi terdengar helaan nafas dari Kylie kala melihat Aldrich yang tengah mencecar para dokter, untuk menanyai hal-hal terkait sangat istri dan calon buah hati.

"Cintaku.. " Panggil Kylie lembut.

"Yes baby" Aldrich menoleh cepat, lalu berjalan mendekat dengan wajah paniknya.

"Why babe? Apa ada yang sakit? " Ia menelisik seluruh bagian tubuh sangat istri.

Kylie tersenyum lembut lalu menggeleng.

"I wanna hug you"

Aldrich tersenyum mendengar perkataan sangat pujaan hati, "Baby's request hm?" Lalu memeluk Kylie dengan perlahan, seakan takut menyakiti sesuatu yang berada dalam perut istrinya.

Setelah Aldrich berada dalam pelukannya, Kylie segera mengode para dokter serta perawat yang berada di ruangannya untuk segera keluar. Sungguh ia tak tega melihat wajah mereka yang begitu tertekan mendengar pertanyaan serta tudingan Aldrich mengenai calon pewarisnya.

"Sayang"

"Ya baby?" Jawab Kylie, tangannya sedari tadi tak berhenti mengelus surai big baby yang akan memiliki baby ini.

"Kapan dia keluar?" Aldrich menduselkan wajahnya pada ceruk leher Kylie, kantuk semakin terasa.

Kening Kylie mengerut, "dia? Dia siapa maksudmu sayang?"

"Dia, dia yang berada dalam perutmu" Jawab Aldrich dengan mata yang telah tertutup sempurna.

Kylie terkekeh, "tentu saja masih cukup lama sayang, dia baru berumur tiga minggu. Tunggu sampai ia berumur sembilan bulan, okay?"

"Hmm.."

Kylie menolehkan kepalanya, ahh rupanya bayi besarnya ini tertidur. Mudah sekali membuatnya tidur, padahal tadi mata itu masih terbuka untuk menatap tajam dan datar orang lain. Tapi sekarang, lihatlah mata itu telah tertutup sempurna dengan wajahnya yang polos.

Kylie mengecup seluruh wajah Aldrich bertubi-tubi, merasa gemas dengan kelakuan suami manjanya ini.

•••••


"MAX!"

Aldrich mengacak surainya, ia menghela nafas lelah melihat pekerjaan nya yang tak habis-habis.

Sebenarnya untuk apa juga dirinya bekerja? Padahal tanpa bekerja pun ia masih bisa menghidupi istri serta anak-anaknya nanti dengan tabungannya yang telah membengkak itu. Lagipula ia juga memiliki karyawan yang tak terhitung jumlahnya.

"Siap tuan" Max menjawab dengan nafas terengah-engah. Ia baru saja berlari dari ruangannya untuk menghampiri sang majikan.

"Bereskan ini semua, saya pulang" Ucap Aldrich singkat, setelahnya ia berlalu meninggalkan Max dengan wajah cengo nya.

'Hei! Seenaknya saja kau melemparkan pekerjaanmu padaku!'

Ingin sekali Max berteriak demikian, namun ia masih sadar diri dengan posisinya saat ini. Jadilah ia hanya bisa memasang senyum setulus mungkin dengan kepala dianggukan, walau tetap saja itu terlihat terpaksa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Bucin CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang