13. Saudara Kembar

51 11 2
                                    

Selama di perjalanan, Aurel dan Sabian dijadikan bahan menonton sebab Aurel terus memukul bahu Sabian, tidak keras tapi bertubi-tubi jadi sakitnya terasa.

Sabian tidak melawan, karena jika dia melawan maka mereka akan jatuh dari motor.

Setelah beberapa pukulan yang Aurel berikan kepada Sabian, akhirnya mereka tiba dirumah.

Aurel lebih duluan masuk ke rumah disusul dengan Sabian yang mempercepat langkahnya sebelum Aurel masuk ke kamarnya karena harus mematikan motornya dan mengunci pintu rumah.

Satu langkah lagi Aurel sudah berada dalam kamarnya tapi langsung ditahan oleh Sabian.

"LU KENAPA, SABIAN?!" Aurel sudah kepalang marah dan menatap tajam saudara kembarnya.

Sabian baru saja ingin mengucapkan sebuah kalimat tapi dipotong oleh Aurel, "lu mau suruh gue jauhin Yuda lagi?!" Sabian mengangguk.

Sabian bisa mendengar Aurel menertawakan remeh dirinya. "Daripada gue jauhin Yuda, mending gue jauhin lo."

"Lu bisa gak sih nurut sama kata gue?!"

"Ngapain gue harus nurut sama orang yang rendahin gue?" Ucap Aurel dengan ketus.

Sabian menghela napasnya dengan kasar, "ok, fine. Gue minta maaf soal rendahin lo. Tapi gue lakuin itu demi supaya lu gak lakuin hal yang gak benar dengan Yuda, kak."

"Ngapain gue mau kayak gitu, Bian? Lu tahu gue bagaimana 'kan? Gue bisa jaga diri sendiri."

"I know, tapi kejadian lu sama Mahesa bikin gue trigger. Makanya kalau gue selalu jaga lu tiap kali ada cowok yang dekatin lu, biarpun cowok itu teman gue." Sabian memelankan nada bicaranya sambil menundukkan kepalanya.

Aurel terdiam setelah Sabian mengeluarkan unek-unek yang dia tidak pernah ucapkan kepada dirinya. Tangan Aurel mengelus pelan rambut Sabian membuat Sabian mendongakkan kepalanya.

"Gue tahu lu khawatir. Tapi Yuda, teman lu, dia baik. Dia ngejaga gue selama dirumahnya."

"Tapi kenapa cara jalan lu pincang gitu?" Tanya Sabian.

"Kaki gue habis silahturahmi dengan ujung meja." Sabian terkekeh kecil membuat Aurel ikut-ikutan juga.

"Lihat 'kan? Gak ada yang perlu lu khawatir tentang gue dan Yuda." Sabian mengangguk. "Hari Senin lu harus minta maaf sama Yuda."

"Iya, gue tahu."

"Kalau begitu, selamat malam."

"Selamat malam juga." Sabian akhirnya berhenti menahan Aurel lalu kembali ke kamarnya, dilanjuti dengan Aurel yang akhirnya memasuki kamarnya juga.

Aurel menghela napasnya lega setelah memasuki kamar, lalu mencuci mukanya terlebih dahulu sebelum tidur.

Selesai kegiatan mencuci muka, Aurel akhirnya bisa rebahan di kasurnya. Baru saja ingin menutup matanya, nada dering berbunyi dari hpnya.

Layar hpnya menunjukkan nomor telepon yang tidak dikenal meminta Video Call. Aurel berdecih, menelpon saat malam hari sangat mengganggu apalagi dari nomor asing. Tangannya ingin memencet tombol tolak tapi tidak sengaja menekan tombol terima.

Aurel panik, dan tambah panik lagi setelah muka Yuda muncul di layar hpnya sambil terkekeh, "panik gak? Panik gak? Paniklah masa enggak."

Aurel tampak kesal, "aku matiin nih!?" Ancam Aurel.

"Canda cantik. Btw, kamu gimana sama Sabian?"

"Udah baikan," Aurel melanjutkan dengan cerita kejadian dari awal sampai akhir tentang masalah dengan dia dan Sabian. Yuda mendengarkan dengan serius, takut jika ada sesuatu buruk terjadi di antara mereka berdua. Lagipula mereka adalah saudara kembar, dan Sabian sohibnya sedangkan Aurel calon pacarnya. Yuda tidak enak jika keduanya tidak akur.

"Jadi gitu." Aurel telah menyelesaikan ceritanya. Ngomong-ngomong, Aurel kepo tentang satu hal, "darimana kamu dapat nomor ku?"

"Dari Wina, nomornya Wina aku dapat dari Bumi." Ucap Yuda membuat Aurel membulatkan mulutnya.

"Ngantuk?" Aurel mengangguk. "Mau dinyanyiin sebelum tidur?"

Aurel mengangguk lagi dengan semangat, "mau!!!"

"Kalau gitu, tutup mata baru aku nyanyi." Aurel dengan cepat menutup matanya, dan akhirnya Yuda bernyanyi.

Yuda menyanyikan lagu itu dengan sangat sempurna, sampai-sampai membuat Aurel tertidur dengan nyenyak sebelum lirik terakhir diucapkan.

Sampai akhirnya, Yuda menyanyikan lirik terakhir. "Almost, is never enough, baby (never). You know, hey."

"Good night, Aurel." Ucapnya sebelum mematikan telepon.


TBC.

Hujan || Yeonjun ft. ArinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang