Absurd Quintuplets (2)

89 13 10
                                    

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun 🤍

Happy Reading!

***
Raindra baru saja menuruni anak tangga. Ia berencana mengajak saudara-saudaranya untuk pergi ke suatu tempat bernama food and play. Biasanya, Rayya yang paling antusias karena bisa mandi bola di sana. Meskipun umurnya sudah tua, tapi tetap saja Rayya merengek untuk mandi bola yang berisi para bocil.

"Bestie sekaligus para kembaranku. Kuy, ke food and play," ajak Raindra ketika sampai ke ruang keluarga.

"Ayo! Rayya mau mandi bola," ujar Rayya dengan girang.

Raina yang mendengar hal tersebut langsung menoyor kepala adiknya tersebut.

"Jangan mandi bola terus, Dodol!"

"Kan seru," ucap Rayya dengan menekuk wajahnya sedih.

"Seru dari mananya sih, Ya? Gue malu, liatnya," sambar Raisa sebal.

"Kan Rayya yang mandi bola. Kenapa Raisa yang malu?" tanyanya dengan menggaruk kepalanya yang terasa gatal.

"Hadeh nih, Bocah. Ya malu lah, secara gue harus nemenin lo. Kalau enggak ditemenin, bisa-bisa lo gangguin bocil mandi bola sampai nangis."

Rayya menyengir mendengar gerutuan dari Raisa. Memang, Rayya ini tidak ada akhlak. Suka sekali mengganggu para bocil di sana sehingga Raisa yang terkena semprotan ibu-ibu yang punya anak tersebut.

"Ya, enggak mandi bola, tapi ajak Rayya, "kan?" tanyanya penuh harap.

"Ya," jawab Raisa singkat.

"Gue nggak bisa ikut, Ndra," ucap Raiden membuat semuanya melihat ke arah lelaki yang selalu tersenyum tersebut.

"Napa dah?"

"Gue mau ngapal pidato gue. Lo tau sendiri kan, besok gue nomor delapan buat maju," ucap Raiden membuat Raindra memutar bola mata malas.

"Gampangnya itu."

"Santuy ajalah, Raiden. Gue yang nomor 17 aja santuy," sahut Raina.

"Yee, kalau gitu kita tukeran nomor deh."

"Ogah."

"Hahaha, kelen masih belum maju, ya? Rayya dong udah," ucap Rayya sombong.

"Iya sih maju, tapi yang dibahas malah webseries 17 selamanya. Yang si Dawai enggak bisa tua. Mana nyampe ke patung Roro Jonggrang yang bisa mengeluarkan air mata," cibir Raina membuat Rayya mendelik kesal.

"Yang penting itu ada pesan moralnya, Raina. Sini gue bacain lagi, kalau lo lupa," ucap Rayya yang kini sudah berdiri untuk menyampaikan pesan moral dari pidatonya tersebut.

"Zaman akan terus bergulir. Setiap masa akan ada pemerannya masing-masing.
Jadi, bagi orang yang pernah berkeinginan atau bermimpi ingin kembali kecil berusia satu sampai lima tahun lagi. Percayalah, rasanya tidak akan semenyenangkan ekspektasi kita selama ini."

"Masa lalu biarlah berlalu. Biarkan masa lalu dengan beragam kisahnya. Tugas kita hanyalah merancang dan menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk ke depannya. Cintai dirimu sendiri dengan beraneka ragam keunikannya. Ubahlah konsep berpikir kita yang keliru. Mari bangkit untuk berjuang bersama demi masa depan gemilang. Sehingga kita akan menemukan diri kita dengan versi terbaiknya masing-masing."

"Hargai perjuangan dirimu di masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Jangan berpikir menjadi anak kecil lagi itu menyenangkan. Di luar sana juga banyak anak kecil yang sudah menanggung beban yang tidak wajar di usianya. Maka nikmat harimu . Semoga bahagia selalu mengiringi di setiap perjalanan yang ditempuh."

Absurd Quintuplets (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang