#18 - Hati Malaikat

280 55 3
                                    

"Karena tidak semua manusia berhati malaikat."
[Song Mingyu]

Kata Jaehyun Hyung, aku sudah mirip seperti relawan kebanyakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata Jaehyun Hyung, aku sudah mirip seperti relawan kebanyakan. Aku hafal jadwal kegiatan di Starla, juga senang menemani anak-anak di TK Yoohan. Sesekali aku akan ikut ke gereja mendoakan kebahagiaan dan kesehatan para lansia. Bahkan, aku mengambil alih beberapa tugas Jaehyun Hyung untuk mengantar makanan ke UGD beberapa rumah sakit.

Aku tidak merasa begitu. Namun, ketika kakakku bilang bahwa aku sudah jarang mengeluhkan kegiatan itu, rasanya aku senang. Aku baru menyadari bahwa aku memang tidak menyalahkan siapa pun lagi atas kemalangan yang menimpaku. Perlahan-lahan, aku justru menikmati kegiatan ini. Makanya, Jaehyun Hyung mengirim sejumlah uang ke rekeningku. Dia bilang aku harus menggunakannya untuk bersenang-senang.

"Mingyu-ya, aku akan mentraktirmu," kataku selepas kami membersihkan seluruh ruangan di Rumah Starla. Kuperhatikan Mingyu yang sedang mencuci tangan di keran samping bangunan. "Aku punya banyak uang hari ini."

Mingyu tergelak sembari mencipratkan air padaku. "Hari ini saja?" tanyanya.

"Ung!" Aku mengangguk. "Jaehyun Hyung mengirim uang untukku."

"ATM-mu sudah dikembalikan?"

"Sudah," jawabku. Kami melangkah beriringan keluar area Rumah Starla masih memakai tanda pengenal relawan. "Sebenarnya, Appa sudah bilang kalau aku boleh berhenti menjadi relawan, tapi kutolak."

"Wae?¹"

"Entahlah."

Temanku sejak kecil itu berhenti dan menatapku kebingungan. "Ya, kau punya kesempatan untuk berhenti. Kenapa malah melanjutkannya, huh? Itu, kan, bukan kesalahanmu," herannya.

Aku pun mengangguk. Kami tiba di sebuah toserba tak jauh dari Rumah Starla dan aku langsung menuju deretan freezer besar berisi ratusan es krim. "Memang benar, tapi aku sudah terlanjur nyaman di sini. Maksudku, mengurus perusahaan pasti lebih memusingkan, bukan?" Kupilih beberapa bungkus es krim sekaligus. "Ya, pilihlah yang harganya mahal."

Mingyu menggeleng-geleng lalu menambah jumlah es krimnya. "Akan kusimpulkan bahwa kau melarikan diri dari tanggung jawabmu sebagai salah satu pewaris Star Group," katanya.

"Bisa dikatakan begitu," sahutku. Kubawa enam es krim berbeda ke kasir dan menunggu Mingyu selesai memilih.

"Hun, aku boleh ambil jeli juga, kan?"

"Ambil saja!" seruku.

Lelaki berkaus marun itu menyusul ke kasir membawa empat es krim dan tiga kotak jeli. Sama sepertiku, ATM dan kartu kreditnya disita, jadi kutahu dia cukup tersiksa mengingat hobi makannya yang kelewat batas itu. "Akan kuganti kalau ATM-ku sudah dikembalikan," ujarnya.

"Dwaesseo². Kau cukup sering mentraktirku, jadi ini bukan apa-apa," kataku sembari menyerahkan kartu ATM kepada penjaga kasir. Setelahnya, kami duduk di teras beratap payung besar yang cukup untuk menghalau terik matahari.

On Me [OSH] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang