Terima kasih, sudah membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk ke dalam kehidupanmu.
__________
Kring...kring
Jam weker di atas meja belajar berteriak meminta sang pemilik bangun dengan suara nyaringnya. Sembagi mengeliat seiring dengan kelopak matanya yang terbuka perlahan. Gadis itu terbangun dan mulai meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Tertidur di meja belajar memang cukup membuat seluruh tubuhnya pegal.
Usai berhasil mengumpulkan nyawanya yang melayang, Sembagi memukul jam weker sialan itu agar berhenti berbunyi. "Berisik banget, sih."
Sembagi terus meggerutu, tapi sedetik kemudian matanya membulat begitu melihat angka yang ditunjuk jarum jam. Pukul 06.55 pagi.
"Ya Allah, gue telat."
Secepat kilat Sembagi berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi. Tidak ada waktu untuk mandi. Tak sampai 10 menit, Sembagi sudah hampir siap dengan seragam dan ranselnya. Langkahnya terburu-buru menuruni tangga sembari mengikat rambut asal.
Sembagi merutuk dalam hati. Seharusnya ia tidak perlu tidur di jam 5 subuh agar tidak ada acara terlambat seperti sekarang. Sampai di pintu depan, tiba-tiba Bi Siwas memanggil Sembagi seraya berlari kecil menghampiri.
"Non Agi..., ini udah Bibi siapin bekal."
"Eh? Gak usah, Bi. Agi lagi buru-buru, nih," tolak Sembagi dengan wajah cemas layaknya tawanan yang ingin kabur dan takut tertangkap sipir.
"Makanya Bibi siapin bekal karena tahu Non bakal telat. Semalam Non juga gak makan , kan? Lauk di laci masih utuh," Bi siwas berbicara panjang lebar. "Sekarang Non Agi harus sarapan biar gak sakit, biar bisa fokus belajar."
Sembagi sempat terharu dengan perhatian yang Bi Siwas berikan. Sepertinya di rumah ini hanya wanita itu yang perduli padanya. Senyum Sembagi mengembang, kemudian menerima kotak bekal yang disodorkan Bi Siwas.
"Makasih, Bi," ucap Sembagi tulus. "Agi berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, Non."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Sansekerta (Selesai)
Novela Juvenil"𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊𝚊𝚗. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚜𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗?" Sansekerta harusnya punya banyak teman dan digandrungi banyak perempuan. Parasnya...