Louis--dengan setelan tuxedo kelabu dan sepatu pantofel hitamnya, melangkah dengan penuh percaya diri memasuki ruang komisaris Haz's Group. Sang komisaris yang tadinya sedang sibuk berkutat dengan dokumen-dokumen penting menyangkut hidup mati perusahannya, segera bangkit begitu menyadari kehadiran Louis. Ia menghampiri Louis lalu tersenyum dan menjabat tangannya. Louis balas menjabat dan tersenyum tipis, sebelum menjatuhkan tubuhnya pada kursi tamu yang ada dalam ruangan tersebut. Kini ia dan sang komisaris duduk berhadapan. Keduanya tetap terdiam, sementara sang komisaris terus menatap Louis dengan mata berbinar-binar sembari tersenyum, Louis hanya mengerutkan keningnya. Mencoba membaca apa yang sedang dipikirkan pria paruh baya di hadapannya ini. Keduanya tetap pada kesibukan masing-masing. Hingga akhirnya suara gebrakan meja yang cukup keras, membuat Louis tersentak dari lamunannya.
"Akhirnya.."
"Hah?" Hanya pertanyaan singkat itu yang mampu Louis lontarkan. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan semua sikap pria tua dihadapannya kini. Sebentar ia tersenyum, lalu kini ia mengebrak meja.
"Dari mana saja kau selama ini?"
Louis mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia terdiam, sementara otak nya berlari-lari ria mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan barusan.
"Aku, tidak ingat jelas semua yang kulakukan seumur hidupku. Aku hanya ingat tadi pagi aku pergi ke pinggir stasiun membeli beberapa celana dalam baru karena disana memang sedang ada obral besar-besaran. Beli 5 gratis 3!" Louis mengacungkan jari-jari tangannya yang telah membentuk angka 3. Nafas nya sedikit terengah-engah akibat aksinya tadi saat berbicara cepat dalam satu hembusan nafas. Sang komisaris hanya terdiam dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Wow. Ternyata kau punya selera humor yang bagus juga." Ujar sang komisaris sembari tertawa nyaring.
"Aku senang sekali akhirnya dapat menemukan seseorang sepertimu. Sudah sekian lama aku mencari pria muda yang cerdas, berpengalaman, dan menyenangkan sepertimu."
Louis hanya tersenyum simpul menanggapi pujian berlebihan untuk dirinya.
Andai kau tau bahwa sebuah kesalahan besar telah menemukan diriku.
Louis kembali tersenyum seiring dengan pemikirannya yang mulai menerawang. Ia mulai sibuk membayangkan cara-cara brilian untuk mengirim pria dihadapannya ini ke surga, tentu saja tanpa meninggalkan jejak sedikit pun mengenai dirinya. Lima tahun lebih Louis menekuni profesi mulia nya sebagai pembunuh bayaran, dan selama itu pun ia tidak pernah dicurigai apalagi tertangkap.
"Jadi, kapan kau mulai bekerja?"
Ucapan sang komisaris memaksa Louis untuk kembali ke dunia nyata. Ia menyeringai lalu menatap sang komisaris intens.
"Bagaimana kalau minggu depan?"
"Bagus. Kebetulan minggu depan aku ada janji menghadiri pesta ulang tahun putri sulung Damian Payne, rekan kerja ku. Lebih cepat lebih baik."
"Ya lebih cepat lebih baik.." bisik Louis pelan meskipun masih tetap bisa terdengar. Sang komisaris hanya menganggukan kepala lalu menyesap teh yang memang sudah disiapkan di atas meja semenjak Louis datang.
Ya bersiap-siaplah untuk menikmati surga, De..
"Mr. Styles.."
Suara panggilan dari arah pintu membuat Louis menoleh.
"Lima belas menit lagi bapak ada rapat dengan klien dari Filipina" ujar sang sekertaris sembari tersenyum manis.
Cantik juga..
Begitulah yang dipikirkan Louis. Sampai-sampai tanpa sadar ia pun ikut tersenyum.
"Tunggu sebentar Eleanor.."
Mr. Styles yang tak lain adalah sang komisaris, beralih menatap Louis lalu meletakkan cangkir teh nya di meja.
"Senang bisa bertemu denganmu hari ini. Sampai jumpa minggu depan, Louis dan semoga kau betah bekerja di perusahaan ini. Walaupun hanya sebagai bodyguard, kehadiranmu sebenarnya sangat berpengaruh untukku yang sudah tua dan rentan ini. "
Mr. Styles tertawa lebar seiring dengan kata-kata yang ia lontarkan.Louis hanya tersenyum tipis lalu berjalan keluar ruangan terlebih dahulu.
Sayang nya kita tidak mungkin bekarja sama dalam waktu yang lama, mengingat hidupmu yang hanya tinggal hitungan hari..
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Assassin
Fanfiction"Kau percaya cinta?" "Menurutmu? Cinta hanyalah omong kosong buatan manusia. Aku tidak percaya pada omong kosong" "Kau tau, cinta itu jahat. Setiap orang yang tidak percaya padanya pasti akan kena balasan suatu saat nanti" "Oh ya?" "Tentu saja.. Tu...