06: Sacrifice

326 45 24
                                    

Cuitan burung-burung yang bercengkerama diantara dedahanan pohon agaknya penguat tanda bahwa pagi itu memang sedang cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuitan burung-burung yang bercengkerama diantara dedahanan pohon agaknya penguat tanda bahwa pagi itu memang sedang cerah. Daun-daun dan rerumputan dihias embun bening cemerlang bermandikan sinar sang surya. Efeknya turut memberi kilauan cantik pada sulur-sulur anggur gasebo taman sekolah di sisi danau buatan, dimana sekelompok belibis liar yang kerap datang secara instingtif berenang mencari pengisi perut.

Namun, sepertinya kecerahan pagi itu gagal mengusir mendung langkah seorang pemuda yang tengah mengentak gusar sepanjang lorong besar sekolah.

Tanpa basa-basi ia dorong pintu jati besar berdaun dua di ujung lorong itu. Membawa diri pada pemandangan dua sejoli yang tengah menikmati sarapan berdua di rangkaian sofa tamu.

"KAU!" seru dia teramat gusar, "APA YANG SUDAH KAU PERBUAT, SETAN LICIK?!"

Hal ini membikin sepotong sandwich di tangan Soraru yang tinggal beberapa senti dari mulut Mafu batal masuk. Sebagai gantinya si albino bicara, "Oh, Mizuno-senpai? Selamat pagi. Ada apa pagi-pagi begini sudah datang ke ruang OSIS dengan terburu-buru sampai lupa tata krama begitu?"

Beruntung tangan wakilnya cukup cekat menyelamatkan senampan sandwich dan sejumlah cangkir teh sebelum gebrakan meja diberi oleh si tamu. Sekali lagi bersamaan dengan suara keras tangan yang beradu dengan meja, tamu itu berseru, "Ini semua pasti akal-akalanmu, sialan! Aku yakin kau dalang dibalik semuanya!"

Soraru baru saja mengungsikan menu sarapan mereka di meja kerja Ketua OSIS ketika yang bersangkutan bicara, "Bisa Senpai sampaikan maksud kedatangan Senpai kemari secara runut? Tenangkan dirimu, Senpai. Duduklah dulu."

Mafumafu menyodorkan tangan ke arah sofa tunggal di seberangnya. Masih dalam status gusar, Mizuno mengikuti apa yang albino itu suruh. Ia benar duduk disana, berhadapan dengan Mafumafu ditambah Soraru yang baru mengambil posisi duduk di samping sang ketua.

"Sekretarismu mendatangi kami, memberikan surat peringatan pelanggaran dari OSIS," ia buka uraian warta dengan menggebu.

Tenang tapi tegas, Mafu membalas, "Itu karena kalian dicurigai terlibat dalam pengedaran narkotika terselubung diantara para siswa. Sudah sepantasnya OSIS menindaklanjuti ini. Dalam waktu dekat kami akan memulai investigasi dan penggeledehan."

"Itu semua pasti akal bulusmu!" Mizuno menuding, "Kalau bukan gara-gara ulah anak sial itu, pasti tidak akan jadi begini. Perhatian publik mengarah pada kami! Aku bahkan disemprot Kakekku semalam. Belum lagi tiba-tiba bermunculan beberapa artikel di internet yang menyudutkan kelompok kami... Sialan! Pihak sekolah bahkan lepas tangan perkara menjaga reputasi sekolah. Argh! Semua itu pasti ulahmu. Mengakulah! Si bocah ungu dan artikel-artikel itu, pasti semua direncanakan olehmu, kan?? Dari awal kau berniat menjebak kami! Aku takkan tertipu!"

Sejak tadi Mafumafu dan Soraru hanya diam, dengan tenang mendengarkan segala cuap-cuap pemuda kelas tiga di hadapan mereka ini. Merasa gempuran pihak lawan telah selesai, tanpa menanggalkan ketegasan dari rautnya Mafu kini angkat bicara.

The Phantomic Theatre [USSS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang