Seperti hari-hari biasa, Kageyama akan bangun pagi lalu segera mandi. Setelah itu, dia akan melakukan aktivitas jogging di taman yang tidak jauh dari tempat tinggalnya berada selama satu jam. Selesai dengan jogging, dia segera kembali ke apartemennya dan mulai memasak sarapan simpel yang cukup untuknya mengisi perut.
Tetapi, karena tadi malam mendapat gratisan Onigiri dari Osamu, Kageyama tidak perlu lagi untuk mengobrak-abrik dapur hingga berantakan seperti biasanya hanya untuk membuat sarapan. Dia cukup senang dengan fakta itu. Ya, hanya cukup, karena rasa Onigiri yang ia makan tidak seperti biasanya yang sangat menggiurkan.
Kageyama menggelengkan kepala ketika memikirkan itu. Dia harus menghargai makanan bagaimanapun bentuk dan juga rasanya. Lagi pula Onigiri yang dia dapat berasal dari toko pembuat Onigiri yang terkenal dan lagi laris-larisnya.
Ding!
Segera pemanas makanan yang Kageyama gunakan untuk memanaskan Onigiri berbunyi, tanda bahwa sudah selesai.
Kageyama mengambil piring berisi tiga Onigiri yang mengepul panas lalu di letakkan di meja makan. Sebelum mulai mengisi perut, tidak lupa dia menuangkan susu dingin yang sudah disiapkan sejak tadi sebelum dirinya berangkat jogging.
Merasa semua kebutuhan makan paginya sudah lengkap, Kageyama segera melahap Onigirinya. Meskipun rasa membuat wajah mengernyit, dia tetap menelannya dengan tenang. Mengunyahnya sebanyak 33 kali sebelum akhirnya turun masuk melalui rongga kerongkongan.
Tidak butuh waktu lama untuk Kageyama menyelesaikan sarapannya. Dia lalu meminum susu putihnya yang merupakan minuman favorit. Saat sedang meneguk, fokus perhatiannya langsung beralih pada ponsel yang tiba-tiba berdering.
Di layar ponsel tertera nama [Sakusa Koyoomi] yang tercetak jelas. Dia merasa aneh memikirkan kenapa orang itu mengubunginya pagi-pagi begini. Ingin tidak mengangkat, tapi ponsel itu terus-terusan berdering tanpa henti.
Jadi saat sudah berdering sebanyak lima kali, Kageyama akhirnya memutuskan untuk menjawab telepon Sakusa. Hatinya sedikit melunak melihat orang itu tidak juga menyerah setelah tidak di angkat sebanyak empat kali.
"Oh? Kau sudah bangun?" Suara Sakusa terdengar lembut dan halus ketika memasuki gendang telinganya.
Kageyama mendengus pada ucapan Sakusa. Bukankah itu artinya Sakusa akan terus-terusan menelpon sampai akhirnya dia menjawab, entah dirinya sudah terbangun atau belum?
Yaa, untung saja Sakusa menelponnya saat dia sudah bangun dan dalam keadaan bugar. Kalau saja saat masih tertidur, mungkin dia akan langsung memblokir nomor Sakusa tanpa pikir panjang lagi. Itu sangat menganggu memikirkannya saja.
Kageyama menjawab, "Sudah, Sakusa-san. Aku habis dari jogging."
"Oh, bagus kalau begitu."
Entah bagaimana, Kageyama seperti dapat mendengar nada senang Sakusa dari balik telepon, meskipun suara aslinya terdengar tenang dan santai.
"Bagus kenapa?"
Alih-alih menjawab, Sakusa malah bertanya pertanyaaan lain. "Apa kau sudah sarapan?"
Kageyama bukanlah orang yang kecil hati, jadi dia tidak tersinggung kepada Sakusa yang dengan sengaja menghiraukan pertanyaannya. Dia segera akan menjawab, "Ah itu, aku su-"
"Aku memasak bubur abalone sekarang. Mau sarapan bareng?" Tapi segera suara Sakusa kembali terdengar sebelum ia dapat membalas secara lengkap.
"....." Kageyama menjadi terdiam. Tentu dia tidak dapat melanjutkan ucapannya. Apa lagi kali ini dia dapat mendengar secara jelas nada Sakusa yang seperti mengharapkan sesuatu darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Straight Guy || SakuKage
FanfictionSakusa tidak tahu pikiran apa yang berani membuat dirinya melakukan hal tidak pantas itu. Yang pasti dia hanya ingin memastikan sesuatu. Summary : Sakusa yang mencoba segala cara untuk meluluhkan hati Kageyama. Terinspirasi dari manhwa : Unintentio...