Bab 18 - Sebuah keputusan berat

728 179 24
                                    

Yuk lanjut baca, di karyakarsa udah bab 23 loh.

Btw, berulang kali aku mau ucapin makasih banyak buat kalian yang udah samperin aku ke karyakarsa. apalagi sampe kasih tip

Semoga rezekinya dilimpahkan yaa.. diberikan kesehatan juga. krn kesehatan itu rezeki yang sering kali luput untuk disyukuri.


----------------


Mungkin takdir memang tidak seindah harapan, akan tetapi takdir bisa saja membawamu melangkah menuju hal yang lebih indah dari sekedar impian.

Berbaring di atas ranjang kapuknya, kedua mata Dara tidak mudah terpenjam malam. Walau tubuhnya sudah lelah karena seharian ini membantu ibunya berbenah di area dapur, serta memasak untuk makan mereka bersama, tidak ada sedikitpun rasa kantuk yang ia rasakan. Matanya benar-benar terbuka lebar, memandang ke arah langit-langit kamar yang ditopang dengan kayu-kayu tua. Pada bagian sudut terdapat jejak aliran air hujan yang merembes dari langit kamarnya hingga ke bagian dinding. Menciptakan corak sendiri pada dinding bercat putih yang sudah sangat pudar warnanya.

Sedikit banyak tercetus keinginan Dara untuk memperbaiki rumah tua ini dengan uang yang Dante berikan kemarin ini. Namun sayangnya ada sisi lain dari hatinya yang merasa tidak rela uang itu dipakai. Karena sebelum uang itu ia miliki, Dara sudah membaginya ke dalam beberapa bagian. Sebagian akan ia berikan kepada ibunya, karena dalam beberapa waktu kedepan sampai ia mendapatkan pekerjaan baru, Dara belum dapat memberikan kiriman bantuan uang kepada orangtuanya.

Lalu sisanya kemungkinan akan ia pakai sebagai modal hidup di Jakarta. Entah itu untuk ongkosnya kembali ke sana, atau mungkin Dara bisa memulainya dengan rumah kost baru dengan harga yang jelas jauh lebih murah.

Intinya apapun itu, dia sudah benar-benar siap pindah dari sini.

Mungkin pada awalnya planning untuk kembali ke Jakarta bukanlah keputusan utama Dara, ia awalnya sebisa mungkin ingin tinggal di kampung, dan hidup bersama orangtua serta adiknya. Akan tetapi setelah melalui banyak cobaan di sini, tekanan demi tekanan yang Dara hadapi membuatnya yakin untuk melangkah jauh dari pemikiran kolot orang-orang yang berada di desa ini. Bahkan kedepannya, jika ia sudah memiliki pekerjaan tetap kembali, Dara akan memboyong seluruh keluarganya untuk pindah ke Jakarta. Menjauhi keluarga tercinta dari warga desa yang paling hebat dalam menghakimi kehidupan orang lain.

Mengubah posisi tidurnya, Dara memiringkan tubuh, mengarah ke pintu masuk kamar ini yang ditutupi dengan gorden tua lusuh. Seketika pikirannya berkelana, tertuju pada seorang laki-laki yang kini sedang tidur di kamar adiknya.

Seketika bibir Dara tersebut. Nama Gusti Dani Syakier terucap dalam pikirannya. Sekalipun ia sudah menyakiti Dara kurang lebih sebulan lalu, namun entah mengapa kali ini Dara percaya Dani telah benar-benar menyesal atas perbuatan yang ia lakukan. Apalagi dari pertama kali Dara bertemu dengannya, sekitar 7 tahun lalu, tanpa perlu Dani jelaskan dengan kata, ia tahu bila laki-laki itu orang baik. Namun sayangnya karena terlalu mengikuti perasaan, Dani bertindak diluar akal sehatnya. Mungkin bila Dara berada diposisi Dani, ia pun akan melakukan segara cara agar orang yang dicintai bisa sedikit saja menghargai kehadiran dirinya.

Menghargai kehadiran dirinya?

Kalimat itu terulang begitu saja dalam pikirannya. Dengan bayangan wajah Dante terlintas, mendadak Dara merasa geram disaat ia mengingat kebodohan yang sebelumnya ia pikirkan.

Dara pikir yah ... setelah menyerahkan dirinya kepada Dante, kehidupan jalan percintannya menjadi jauh lebih bahagia. Padahal kenyataannya tidak mungkin. Pernah melihat sendiri bagaimana record Dante bersama seorang wanita, seharusnya bukan hal baru lagi bila Dante hanya menganggapnya teman tidur dalam satu malam. Namun lagi-lagi karena tersimpan rasa nyaman dan keinginan untuk bersama, Dara bertindak nekad demi mendapatkan hasil sesuai harapannya.

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang