Kesiangan

25 2 0
                                    


Biasanya aku tuh berangkat pagi, tapi hari ini aku berangkat ke sekolah siang. Soalnya semalaman aku begadang maraton Drakor sampe jam dua. Alhasil aku bangun kesiangan.

Selesai mandi dan pake seragam, aku memasukkan buku kedalam tas. Lalu berjalan keluar kamar. Menuruni anak tangga menuju ruang makan.

"Selamat pagi bidadari kesiangan." Sapa abangku, Orangnya nyebelin banget, tapi banyak banget yang suka sama dia.

Jadi Mama aku punya tiga anak. Yang pertama namanya Fajri Wiyuda Pratama, anak yang kedua Tegar Wiyuda Pangestu, dan yang ketiga aku, Thalia Ramadiana lestari.

Abang pertama udah nikah, punya anak satu. Bang Fajri tinggal di Jakarta, sama Istri dan anaknya. Dua bulan sekali bang Fajri pulang ke Bandung ke rumah mama.

Abang kedua, dia masih kuliah semester tiga. Aku sama dia itu jarang akur, soalnya bang Tegar itu suka banget jahil, bikin aku kesel. Pokonya nyebelin banget, anehnya banyak yang suka sama dia.

"Kenapa Lo gak bangunin gue sih bang." Kata aku sambil menarik kursi dan duduk.

"Males. Lo susah banget dibangunin nya."

Aku menatap bang Tegar kesal. "Ya tapi kan Lo harusnya bangunin gue dong bang. Kesiangan jadinya gue."

"Itu sih derita Lo. Ngapain pake begadang segala." Ucap bang Tegar sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya

Aku mendengus, ingin sekali merobek bibir Abang aku yang nyebelin ini. Pagi-pagi udah ngajak ribut aja.

"Udah bangun ternyata. Tadinya mau di bangunin." Ucap Diana--Mama-- yang baru datang dari dapur.

"Kenapa cemberut kaya gitu sih, nanti ilang loh cantiknya."

"Itu bang Tegar nyebelin ma. Masa gak  bangunin Thalia sih." Adu aku pada mama

"Dihhh. Dia nya yang susah dibangunin. Malah nyalahin gue." Ujar bang Tegar sewot

"Sudah, gak usah mulai deh. Masih pagi jangan  berantem. Bikin kepala mama pusing tau gak!"

Diana menatap Thalia dan tegar bergantian. "Thalia makan nasi gorengnya. Tegar habisin punya kamu juga." Ujar mama

Bang Tegar sudah selesai, sedangkan aku disuruh mama minum susu dulu. Selesai, aku pun segera menyusul Abangku yang sudah berada di luar.

"Bang gue nebeng ya." Ucap ku, sambil memakai sepatu

"Gak mau. Berangkat aja sendiri sana."

Aku berdecak. "Ck! Lo pilih gue ikut, atau gue kasih tau papa Lo yang udah bikin mobil papa lecet. Terus uang jajan Lo di potong sama papa."

Agus Rama Wiyuda itu papa ku. Dia kerja di luar negeri, mengurus perusahan cabang sana. Jadi setiap setahun sekali papa pulang ke Indonesia.

Papa itu sayang banget sama aku, setiap apa yang aku mau pasti diturutin. Maklum sih, papaku itu pengen banget punya anak perempuan. Jadi gak heran papa sangat memanjakan ku.

Abangku mendengus. "Yaudah, cepat naik."

Dengan cepat aku langsung naik ke motor, memakai helm, lalu memeluk pinggang bang Tegar.

"Gak usah peluk segala, bisa kan."

"Udah deh gak usah banyak ngomong. Cepat jalan, udah telat nih."

Tanpa kata, bang Tegar segera menyalakan motor, gas motornya dengan kuat. Untung aja aku peluk pinggangnya bang Tegar. Kalau enggak, mungkin aku udah jatuh terjungkal.

Biasanya aku berangkat sekolah naik bus, atau sama Sagara temen ku. Karena aku bangun kesiangan jadi aku nebeng sama Abang. Padahal Sagara juga sudah menghubungiku dari tadi, tapi aku abaikan.

"Bang nanti pulang jam berapa. Gue mau nebeng lagi, boleh kan." Tanya ku, tapi gak di jawab sama sekali.

Di perjalanan ke sekolah, aku gak banyak ngomong  soalnya takut dikacangin lagi. Dan sekarang aku udah nyampe di depan gerbang sekolah. Aku turun dari motor, lalu melepaskan helm dan memberikannya pada bang Tegar.

Gerbang sekolah sudah ditutup. Pas aku liat jam yang di tanganku, ternyata udah jam 07:30 pantes saja sudah ditutup.

"Makasih bang. Hati-hati di jalannya." Aku melangkahkan kaki, tapi dicegat sama Abangku

"Apa." Tanyaku sambil menaikkan satu alis

"Gerbangnya udah tutup, mau masuk jalan mana Lo."

"Kepo deh. Udah sana Lo pergi, nanti telat kaya gue."

Mengangkat kedua bahunya."Gue masuk siang."

"Terserah. Sana pergi cepat bang, gue mau masuk."

"Bawel banget sih, tinggal masuk saja."

"Tapi Lo pergi dulu sana."

"Iya,gue pergi. Puas Lo."

Aku nyengir aja sambil melambaikan tanganku. "Dadah Abang."

Sudah terlihat Abang menjauh, dengan cepat aku berlari ke belakang sekolah. Bukan untuk memanjat tembok belakang, tapi diam di warung bi Ani yang berada di belakang sekolah.

Selain tempatnya yang strategis di bawah pohon, warung bi Ani ini di desain seperti kantin.  Dan makanan juga komplit segala ada. Di warung bi Ani juga menjadi tempat tongkrongan anak-anak sekolah luar.

"Pagi bi Ani." Sapa ku pada bi Ani yang lagi duduk sambil memotong bawang

"Ehh... Pagi neng Thalia, bolos lagi neng." Tanya bi Ani. Aku mengangguk lalu duduk disebelah bi Ani.

Jadi aku tuh kalo lagi bosen di kelas, atau males masuk kelas. Tujuan aku tuh pasti ke warungnya bi Ani.

"Emangnya gak apa-apa neng bolos terus."

"Ya gimana lagi bi, aku tadi bangun kesiangan. Terus gerbangnya udah ditutup,kalo masuk yang ada aku di hukum."  Kataku

Bi Ani mengangguk. "Mau pesan apa atuh neng. Biar bibi siapin."

Aku menggelengkan kepala."Gak usah bi, aku udah sarapan tadi di rumah."

"Yaudah. Kalo gitu bibi ke belakang dulu ya, mau cuci piring udah numpuk banget soalnya."

"Iya bi, santai aja."

Setelah bi Ani pergi, aku mengambil ponsel di tasku. Lalu memainkan ponsel, menekan aplikasi kamera. Memotret diriku dengan berbagai gaya Selfi.

Dari sekian banyak foto yang aku ambil. Hanya terpilih lima foto yang menurutku bagus.

"Kayanya ini bagus deh, buat gue posting." Aku segera mambuka aplikasi media sosial ku, lalu mempostingnya.

Selain aku, ada juga murid lain yang sedang membolos. Siapa lagi kalo bukan murid berandalan yang suka tawuran. Aku sama mereka tidak terlalu dekat hanya sebatas Kenal saja. Karena keseringan bolos bareng di warung bi Ani.

Walaupun teman aku ketua OSIS, bukan berarti aku selalu mentaati peraturan sekolah. Kadang aku juga sering melanggar, walau sering kena hukuman tak membuat aku jera untuk tetap membolos.

*******

Hai semuanya...

Aku mau ngucapin makasih sama kalian yang udah mampir diceritaku. Pokoknya cinta kalian banyak-banyak 💚

Ini murni pemikiran sendiri, mohon maaf jika ada kesamaan latar, tokoh dan tempat.

Typo masih bertebaran, mohon dimaafkan. Kasih semangat aku dengan vote  cerita aku hhee😂

Love Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang