~10~

6K 370 35
                                    

Sejak kejadian di kamar itu, Damon seperti menghindar bahkan aku tidur sendirian di kamar yang besar dan dingin ini. Ada perasaan aneh yang aku rasakan tapi langsung kutepiskan pikiran itu. Lambat laun pasti aku terbiasa tanpa kehadirannya.

Darren masih belum kembali, entah kenapa dia belum juga pulang. Aku selalu berdoa agar dia cepat pulang. Bukan apa-apa, kapal ini terasa kaku. Kehadiran Darren mampu mencairkan suasana.

Aku selalu makan di ruang makan yang sangat luas bersama Damon dan awak kapal lainnya. Memang benar apa kata Darren dulu, awak kapal sekarang terlihat sangat menyenangkan. Tidak kaku seperti awak kapal sebelumnya. Bahkan di meja makan mereka tertawa dan bernyanyi bersama. 

Kelakuannya hampir sama seperti Darren. Sangat kekanak-kanakan. Tanpa bisa di pungkiri, mereka terlihat sangat tampan. Mereka pun terlihat ramah dan selalu menjaga jarak.

Walaupun menghindari ku, Damon selalu memperhatikan gerak-gerikku. Kadang, aku jadi salah tingkah karena tatapannya begitu posesif yang seakan-akan ingin memakanku.

Tapi kenapa sebelumnya dia menolak? Bukannya aku haus akan belaiannya  hanya saja,  aku tidak bisa membaca pikirannya. Sebenarnya apa yang ia mau?

Suara tawa membuyarkan lamunan, dengan penasaran aku mencari sumber suara.

Suara itu membawaku ke dek kapal. Langkahku terhenti ketika melihat 2 pria dan 3 wanita. Para Pria tersebut mengenakan hanya celana pendek dan para wanita pun hanya memakai celana dalam. Alhasil, payudaranya menggantung dengan indah. Membuat kru kapal menatap para wanita – lebih tepatnya payudara indah yang sengaja dipamerkan – tanpa berkedip.

Beberapa saat kemudian, Damon berjalan mendekati kelompok itu. Melihat Damon mendekat, seorang wanita berambut merah menyala terlihat bahagia lalu menggandeng tangan Damon.

Perasaan aneh ini kembali terasa apalagi ketika Damon hanya diam tidak menepis pelukan wanita tersebut.

Tiba-tiba salah satu pria dari kelompok itu menatapku dengan terpaku. Dengan sedikit canggung aku menganggukan kepala, belum sempat aku kabur, Damon menoleh menatapku dengan tatapan yang tajam.

Kenapa dia?

Dia menyuruhku mendekatinya menggunakan isyarat mata. Dia kira aku anjing?

Mungkin karena aku masih mematung, Damon melepaskan pelukan wanita berambut merah lalu mengukurkan tangan ke arahku. Aku hendak mengabaikannya tapi tatapan matanya penuh peringatan membuat buluku meremang.

Dengan sangat terpaksa aku mendekatinya lalu menyambut uluran tangan.

"Siapa wanita cantik ini?" Tanya pria yang sedari tadi menatapku lekat.

Dengan posesif Damon melingkarkan tangan ke pinggulku "Wanitaku" jawaban membuat jantungku berdetak tidak karuan.

Tidak bisa dipungkiri, tatapan iri wanita berambut merah membuatku senang bukan kepalang.

"Dia Hector" Damon menunjuk pria yang tadi bertanya

"Dan dia Jasper, Abela, Audrey dan Charlotte"

Mereka semua dengan ramah tersenyum hanya satu yang tidak tersenyum. Hector.

Pria itu memejamkan mata seakan-akan menghirup sesuatu lalu matanya berubah menjadi merah. Apa selama ini dia memiliki mata merah? Aku tidak menyadarinya.

Tapi aneh, ia mempunyai warna mata merah seperti di salah satu film vampire favoritku.

Apa dia bukanlah seorang manusia melainkan vampire? Vampire yang ternyata kebal akan sinar matahari.

Tanpa sadar aku meremas baju Damon.

Tapi sepertinya Damon tidak menyadari tatapan pria menyeramkan itu.

My Pirates #2 Immortal SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang