3. You Care About Me?

11K 573 3
                                    

"Huff~~" helaan nafas Prince melangkah keluar dari ruang bimbingan konseling. Sial sekali. Hampir 3 kali seminggu ia datang ke ruangan ini. Dengan kasus yang berbeda dan lawan berbeda pula. Namun, kali ini ia sendirian. Iya, Prince sendirian karena Tyan, lawannya itu sudah dilarikan ke rumah sakit.

Baru sebentar Prnce melangkah, kini ia berhenti. Satu alisnya terangkat menatap Keevan yang tengah menatapnya lamat. Duduk di salah satu kursi tunggu depan ruang BK. Kenapa ni anak? Batinnya penasaran. Namun, baru saja mulutnya terbuka tuk bertanya, Keevan lebih dulu bangkit dan pergi meninggalkannya. Aneh.

Tak mau ambil pusing, Prince memilih melanjutkan langkahnya menuju toilet tuk menjalankan sanksi dari perbuatannya. Ya, Prince mendapat sanksi tuk membersihkan toilet di lantai 1 dan 2 dari gedung IPS. Mudah? Oh tentu tidak.

Gedung IPS sendiri memiliki 12 kelas, ditambah beberapa ruang ekstra lainnya, yang pasti ada banyak. Prince hanya bisa tertawa setelah menghitung jumlah toilet di gedung ini yang sama banyaknya dengan jumlah ruang kelasnya. Tapi tak apa, Prince sudah terbiasa dengan hal ini.

Jangan tanya kenapa Prince tak mendapat sanksi skors atau panggilan orang tua padahal ia sudah melakukan kesalahan besar. Haha. 1 jawaban untuk pertanyaan itu. Capek.

Para guru sudah capek, capek banget. Saking seringnya Prince berbuat ulah, para guru bahkan sudah akrab betul dengan Marcel, Papa Prince saking seringnya mereka melapor padanya. Bahkan setiap hari Pak Munir saling kirim stiker wa dengan Marcel.

Sekali lagi, Prince menghela nafas panjang sambil menghentakkan gagang pelnya ke lantai. Sudah toilet ke 3. Lemas Prince memutar gagang pintu toilet, lalu membukanya. "Fighting Prince!" Serunya lesu dengan sebuah senyum yang ia paksa untuk dirinya sendiri.

Namun sedetik kemudian bahunya melorot menatap kondisi toilet kali ini yang lumayan kotor. Maklum, ini adalah toilet cowok. Setengah hati Prince mulai menggerakkan gagang pelnya maju mundur. Ia harus semangat karena masih ada banyak lagi toilet yang mungkin kondisinya lebih parah dari ini. Mau tak mau Prince tetap harus membersihkannya.

Pukul 16.12. Prince mendudukkan dirinya kasar ke kursi yang ada di depan kelas. Entah kelas mana ini, Prince tak peduli. Matanya memejam, nafasnya terengah. Tinggal 1 toilet lagi yang tersisa.

"Dika sama Roni anjing!" Prince terkekeh sinis mengingat dua nama itu.

Mana batang hidung 2 manusia yang mengaku menjadi sahabatnya ketika senang itu? Giliran lagi begini aja pura-pura buta mereka. Prince mendengus, kesal juga dia kalo diginiin.

Tiba-tiba di kepalanya terlintas wajah tampan Keevan. Ia segera menormalkan posisi duduknya. "Gue jadi penasaran, kenapa tu anak liatin gue begitu?"

2 kali sudah Keevan menunjukkan wajah itu padanya hari ini. Dan Prince sama sekali tak tau apa alasan Keevan menatapnya seperti itu.

"Khawatir?" Dahinya berkerut hingga alisnya hampir bertaut, tiba-tiba Prince terkekeh. "Dia khawatirin gue? Bukannya dia malah seneng kalo gue mati?" Khawatir tentu bukan alasannya. Terus apa?

"Marah? Ngapain dia marah ke gue? Suka-suka gue lah anjir kalo gue mukulin orang. Mash syukur bukan dia yang gue pukulin. Terus apa dong?"

Tanpa sadar Prince malah melamun. Kesadarannya kembali ketika mendengar suara langkah kaki disekitarnya. Matanya berbinar mendapati orang itu adalah Keevan yang berjalan dari arah berlawanan menuju toilet dengan ponsel menempel di telinganya. Nampaknya cowok itu tengah berbicara dengan seseorang. Keevan bahkan tak sadar ia ada disini.

Prince yang tadinya lemas seketika langsung berenergi. Diam-diam ia bangkit dan mengikuti Keevan memasuki toilet. Ia memiliki niatan buruk. Batin Prince bersorak excited membayangkan bagaimana wajah Keevan saat ia mengintip dari atas bilik nanti. Haha!! Tungguin gue Keev!!

US! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang