4. Be Patient Keevan!

9.2K 516 6
                                    

Keevan sadar, setelah penentuan partner untuk semester ini, hidupnya akan berubah. Kedamaiannya, mungkin akan sirna karena penghancur hidupnya kini mulai mendekat. Bukan hanya dekat, ia akan menjadi satu bersama manusia setengah iblis bernama Prince itu.

Belum apa-apa, Prince sudah menghampirinya. Cowok itu duduk dan terus memperhatikan Keevan yang berusaha mencari kedamaian dengan membaca buku. Namun kedamaian nya langsung sirna. Ada saja yang dilakukan Prince hingga konsentrasi Keevan buyar.

Seperti sekarang ini. Memang dasarnya bodoh, Prince nampak begitu heran dengan buku tebal yang selalu ia bawa. Juga buku OSIS yang baru saja ia benahi. Ayolah! Keevan hanya ingin damai sebentar saja!

Keevan masih berusaha bersabar, ia memilih melengos dan kembali mencari kedamaiannya. Namun, bunyi yang Prince hasilkan dari rasa ingin tahunya terus saja membuyarkan konsentrasi Keevan.

Orang ganteng harus sabarr~~~

"Lo baca ginian, faedahnya apaan si?"

BRAK!!

Keevan tak kuasa lagi untuk terus bersabar karena tangan Prince dengan lancang menyentuh bahkan membalik buku yang tengah ia baca. Prince yang terkejut bukan main hanya diam sembari sibuk memegangi jantungnya yang hampir copot dari posisinya.

Gila! Si kulkas main nggebrak meja aja ngga bilang-bilang. Kalo dia jantungan gimana? Meskipun ngga berguna gini, banyak yang kangen kalo Prince mati!! Mba Lastri kantin contohnya, yakin pasti kangen sama Prince yang sering nge-treat temen-temennya.

"Dengerin deh! ga main-main kagetnya gue!!"

Keevan langsung menarik tangannya dari Prince yang mencoba memberi tahu detak jantungnya yang menggila. Oke, Keevan sudah muak. Tak seharusnya mereka berakhir seperti ini. Harus ada pencerahan!

Keevan menutup buku lalu membenarkan duduknya menghadap Prince. Yang ditatap mendadak bingung.

"Rencana lo apa si?" Keevan tak mood diajak bercanda.

"Rencana? ngapain?" Prince tak paham membuat Keevan menghembuskan nafasnya lelah. Tanpa kata, Keevan bangkit "Mau kemana lo?" Tanya Prince mencekal lengan Keevan.

Si empunya tangan menoleh menatap wajah menjengkelkan Prince yang seolah berteriak minta digampar. Paham tatapan yang Keevan berikan padanya, Prince nyengir melepaskan tangannya.

"Yang sabar bisa ga si? Lo kan bisa ngasih tau gue secara je-las!" Kesal Prince "Padahal lo sendiri yang bilang kalo otak gue lumutan." Sambung Prince menggumam. Ya, Keevan sellau mengatakan hal itu jika muak pada Prince.

Nafas Keevan berhembus berat, lalu ia kembali duduk. Tak ada percakapan. Keevan enggan membuka mulutnya, merasa pertanyaan yang ia berikan tadi masih belum mendapat jawaban.

Tiba-tiba Prince berdehem "Jadi..."

Ucapan Prince menggantung, kaya kepastian si dia aja:(

"Gue... emmm..."

"Jadi ngomong ngga?" Keevan mulai kesal.

"Gue... lagi pengen ngetes lo. Hehe."

Ngetes? Ga masuk akal! Keevan memicing.

"Lo kan gay! Gue pengen tau aja gimana rasanya temenan sama gay!" tekan Prince pada kata terakhirnya. Alisnya naik turun dengan senyum lebar terpatri diwajahnya.

"Gue bukan temen lo!" Kecam Keevan menunjukkan ekspresi dingin nya. Prince malah tertawa keras. Ia selalu merasa senang seperti baru saja menang lotre setiap mendapatkan tatapan dingin itu dari Keevan.

Keevan berusaha bersabar, memlih kembali fokus membaca bukunya. Namun, Prince tetaplah Prince. Ia sama sekali tak membiarkan Keevan merasa damai barang sedetik pun.

US! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang