Summary:
Just give me your smile,
And I'll always be there for you..
*
Lagi-lagi, ia tak datang.
Kemana orang itu?
Apa ia sakit?
Veranda, gadis itu masih belum bisa melepas pandangannya dari sebuah objek bangku kosong yang berada di seberang kanan belakang bangku kelas miliknya. Sudah lama bangku itu ditinggalkan oleh pemiliknya. Dan selama itu pula Ve selalu mencemaskan si pemilik bangku itu. Merindukan senyuman manisnya.
Devi Kinal Putri.
Nama itu sudah tak asing lagi masuk ke dalam daftar absensi siswa. Ketidak hadirannya beberapa minggu ini meninggalkan banyak tanya hampir di benak seluruh siswa kelas ini. Orang itu bagai hilang ditelan bumi. Tidak ada yang tahu dimana keberadaannya sekarang. Bahkan, Shania—teman dekatnya, tidak mendapatkan kabar apapun dari orang itu. Bukan hanya Shania, guru-guru di sekolah ini juga tak mendapat kabar apa-apa darinya.
Veranda masih bertopang dagu, maniknya menatap fokus ke arah bangku milik Kinal. Biasanya, disaat pelajaran kosong seperti ini, Kinal selalu melakukan hal-hal yang konyol di depan kelas. Membuat seluruh siswa di kelas ini sedikit terhibur oleh aksi konyolnya.
Kinal selalu terlihat ceria. Sedikitpun ia tak pernah terlihat murung ataupun menangis. Tetapi, bukan berarti dibalik setiap senyuman yang ia milikki, Kinal tak punya kesedihan kan? Ataupun masalah. Dan Ve berpikir, orang itu pasti sedang tertimpa masalah saat ini. Ve ingin membantunya, hanya saja ia tak tahu di mana Kinal sekarang. Seandainya Doraemon benar-benar ada di dunia ini, ia pasti akan meminta sebuah alat agar bisa menemukan Kinal. Sayangnya, itu mustahil.
***
FLASHBACK
Tik
Tik
Tik
Hujan yang tadinya turun rintik-rintik kini digantikan oleh beribu-ribu air yang jatuh melayang dari atas langit. Suara gemuruh petir tak henti-hentinya menguak di udara. Kilatan petir tak mau kalah menyambar-nyambar di atas langit yang terlihat kelabu. Angin pun turut menghembuskan seluruh tenaganya seolah ingin menerbangkan apapun objek yang ada di sekitarnya.
Badai. Begitulah yang dikatakan oleh berbagai program ramalan cuaca pagi hari ini di tv. Sebuah perkiraan cuaca yang tepat, meski waktunya meleset dari yang diperkirakan akan turun dua jam lalu.
Ve menghela napas berat. Jendela-jendela di pinggir kelasnya bergetar hebat, seperti melindungi isi kelas ini dari terpaan angin yang mencoba menerombos masuk. Dilihatnya seluruh sudut di kelasnya ini. Kosong, hanya dirinya yang masih duduk di bangkunya. Saat ini sudah saatnya jam pulang, namun gadis itu masih belum bisa keluar dari dalam kelasnya. Sedangkan, teman-teman kelasnya yang lain sudah banyak yang meninggalkan kelas ini. Sebagian dari mereka mungkin ada yang nekat menerobos hujan, dan tentunya sebagian yang lain pulang dengan aman menggunakan mobil.
Sayangnya, Ve tak bisa melakukan kedua-duanya. Ia takut tubuhnya akan basah kuyup bila pulang menerobos derasnya hujan dan membuat tubuhnya sakit esok harinya. Ia juga tidak bisa pulang naik mobil. Tak ada yang bisa menjemputnya. Sebenarnya ia telah membawa payung. Hanya saja payungnya mungkin akan terbang terbawa angin ataupun terbalik membentuk mangkok. Payungnya akan kalah jika melawan angin. Ve tak ingin payungnya itu rusak. Karena itu, ia memilih untuk sabar menunggu hujan reda, walau sendirinya ia tak yakin pasti hujan ini akan cepat berhenti.
"Kamu masih disini?"
Suara hujan di luar sana seolah teredam oleh suara berat seorang orang. Veranda lantas menengok ke arah si pemanggil. Seorang orang tengah berdiri di ambang pintu. Rambutnya terlihat basah kuyup, begitu pula dengan jas seragamnya. Ve terpaku menatapnya ketika orang itu melayangkan senyum khasnya ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me a Smile
Short StoryJust give me your smile, and I’ll always be there for you..