Chapter 15: Drama Kantin

4.3K 339 8
                                    

"Kenapa Mama bisa seperti ini?" tanya Silvia bingung sekaligus merasa kasihan pada ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa Mama bisa seperti ini?" tanya Silvia bingung sekaligus merasa kasihan pada ibunya.

Miranda mengepalkan tangannya dengan mata berkilat-kilat. Wanita itu menyimpan dendam pada orang yang membuatnya seperti ini. "Ada orang yang nyerang Mama, sayang. Dia memukul kaki sama punggung Mama pakai tongkat bisbol."

Mata Silvia membulat sempurna dengan wajah kaget. "Bisbol? Apa Mama punya musuh atau siapa gitu yang diam-diam naruh dendam ke Mama." Gadis itu sedikit heran dengan orang yang menyerang ibunya. Pasti bukan orang sembarangan!

"Mama nggak tahu. Ada banyak kenalan sama teman mama dalam bisnis maupun arisan." Miranda menghela nafas kesal. Dia tidak bisa mencurigai siapapun untuk saat ini.

"Postur tubuhnya juga tidak ada yang mirip dengan kenalan Mama."

Silvia mengerutkan keningnya. "Apa mungkin ada orang yang ngirim seseorang buat lukain Mama."

Miranda terdiam, wanita itu tidak menemukan titik terang dari orang yang mencoba untuk melukainya. "Dia menggunakan mobil Lamborghini Sian, sayang. Sudah pasti dari golongan orang kaya."

"Waktu ke sekolah Sam juga menggunakan mobil. Tapi bukan Lamborghini, cuma BMW doang ma."

"Alah! Orang kaya dia gak mungkin mampu beli mobil Lamborghini. Dapat uang dari mana dia? Jadi pelacur pun belum tentu membuat Dia sekaya itu." Miranda sangat malas jika putrinya sudah membahas Sam. Gadis itu benar-benar membuatnya muak.

Berani sekali Dia melukai putrinya. Setidaknya dia berhasil membuat pembantu kesayangannya itu sekarat. Batin wanita itu tersenyum licik!

Silvia menganggukan kepalanya. "Iya juga ya. Untuk menjadi sekaya itu, dia harus menjual diri." Gadis itu tertawa membayangkan Sam menjadi pelayan di club. Sangat pantas!

"Dia tidak akan mengganggu kita lagi. Kekayaannya sudah pindah secara permanen pada kita." Miranda tersenyum puas. Ternyata tidak sia-sia dia berjuang selama ini.

"Tapi aku selalu melihatnya di sekolah, Ma. Dia menjadi orang yang belagu." adu Silvia kepada Miranda. "Aku juga sudah membayar kepala sekolah untuk mengeluarkannya. Tetapi, sangat sulit karena Sam bertalenta. Aku bahkan memperlihatkan hasil kekerasan Sam. Tapi kepala sekolah tidak akan percaya jika tidak ada bukti." Silvia mengepalkan tangannya hingga buku-bukunya memutih.

"Jika kau tidak bisa melukainya. Kau lukai saja orang di sekitarnya." Miranda tersenyum jahat. "Dia pasti akan merasa tertekan."

Senyuman di bibir Silvia semakin mengembang. Pikiran Gadis itu tertuju pada Alicia. Dia memikirkan sebuah rencana untuk teman Sam itu.

***********


"Main duduk saja kau, belum juga diizinin!" kesal Alicia pada Aslan yang tiba-tiba datang dan duduk di meja mereka.

Aslan menaikkan sebelah alisnya pada Alicia. "Kenapa harus izin? Ini bukan kantin punya keluargamu."

Alicia mengepalkan tangannya di bawah meja. Kenapa dia baru sadar jika pria ini begitu menjengkelkan. Matanya melotot sempurna melihat Aslan merangkul Sam. "Hei kau! Jangan tebarkan ke playboy-an mu di sini."

I'm Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang