1. Sepatu Hak Tinggi

4.3K 149 1
                                    

SUDAH sejak lama Cafe Lintang selalu menjadi tempat favorit Nathan dan rekan-rekannya untuk berkumpul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SUDAH sejak lama Cafe Lintang selalu menjadi tempat favorit Nathan dan rekan-rekannya untuk berkumpul. Setelah dipusingkan dengan meeting kepala cabang se Jabodetabek, kini ia dan salah satu rekan seprofesinya duduk bersama selepas jam kerja sambil menyantap makan malam. Sebagian memilih langsung pulang seusai meeting karena tidak mau terjebak macet di perjalanan nanti. Dan sebagian lagi beralasan seperti biasa, istri dan anak sudah menunggu di rumah.

Nathan sendiri bukan tidak punya alasan untuk bergegas pulang ke rumah seperti kawannya yang lain. Justru ia sangat menanti hari ini. Kawan lamanya yang di tempatkan di cabang Pontianak akhirnya kembali ke Jakarta setelah melewati proses panjang dan berbelit. Sepertinya semalaman ini saja tidak akan cukup, banyak sekali hal-hal yang ingin ia bagi dengan pria seumuran dengannya itu.

Hingga tidak terasa suasana Cafe yang tadinya crowded perlahan menjadi lengang karena sudah mendekati waktu tutup. Ditandai dengan isi gelas yang sudah mulai sedikit, dan banyaknya puntung rokok di asbak.

"Besok gentian dong! Lo yang ke kantor gue. Nanti gue traktir makan siang." Pria bernama Kenzo itu berujar sambil menyalakan pemantik, membakar ujung rokok yang kini sudah berada di antara bibirnya.

"Nggak bisa, besok gue ada mau ngisi training sebentar buat CMO* yang baru masuk."

Kenzo lalu mendecak, "pantesan jadi Kepala Cabang terajin se Jakarta, ngisi training aja masih bisa lo. Kalau gue Nat, udah gue suruh anak-anak lama aja yang back up. Kerjaan gue yang lain aja masih numpuk gila!"

"Ya lo mah iya, di tempat lo dulu orang HO** cuma sekali setahun dateng. Lah gue jaga di Pentagon***, isinya Jenderal semua. Mana bisa gaya Texas macem lo, bisa langsung di mutasi ke pedalaman gue!"

"HAHAHA... Santai kali, santai... Emangnya kenapa kalau di kirim ke daerah? Enak tau Nat, satu kota cuma cabang gue doang dulu, alhasil customer ya larinya mau nggak mau ke gue semua." Kenzo menaikkan alisnya serius sebelum melanjutkan kalimatnya lagi. "Di Jakarta emang enak, tapi 'kue' nya udah di bagi-bagi jadi banyak. Belom lagi kompetitor, buktinya kantor gue sama lo aja deket banget kan?."

Sambil memandangi suasana cafe, Nathan lalu menyahut, "daya belinya juga tinggi di sini. Kagak usah khawatir soal orderan, baru tiga tahun di Pontianak aja masa udah lupa sama gaya beli orang Ibu Kota."

"Ck... informasi yang sangat bagus ya Pak." sahut pria yang wajah tampannya di gadang-gadang menjadi saingan Nathan oleh banyak orang itu.

"Nyokap lo gimana? Sehat? Seneng banget dong anaknya akhirnya balik setelah sekian lama ngerantau?"

"Sehat, kemaren bikin nasi kotak sampe tiga puluh box buat tetangga. Sendirian! Katanya syukuran karena gue udah balik. Tapi sekarang dia malah senewen ke gue soalnya jadi pegel-pegel badannya." Kenzo menepuk pelan dahinya kepusingan, lalu ia merapatkan badannya ke meja, menatap lawan bicaranya serius. "Eh, terus Si Fara-Fara itu gimana?"

Sweet Escape [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang