LIMERENCE 64

6.7K 889 25
                                    

Update! Jangan lupa support dengan vote dan komentarnya. Selamat membaca❤️

Karina tidak tahu apa pilihannya untuk ke rumah Ivander sebuah keputusan yang benar? Karina memang sudah tidak sabar bertemu putranya. Tapi ada alasan lain yang menjadi alasan Karina kemari sementara Ardhani sudah memberitahunya akan mengantarkan Javas yang sedikit terlambat. Kenapa? Mencemaskan nya? Ada yang salah kalau dia datang kemari? Kedatangannya tidak terlalu mencurigakan kan? Dia hanya ingin bertemu putranya dan membawanya pulang, tidak lebih.

Mengingat kabar perselingkuhan Jesica sudah sangat senter di bicarakan baik di televisi atau pun media sosial. Karina takut kedatangannya akan mengganggu Ardhani yang sudah jelas laki-laki itu tidak baik-baik saja.

"Ayo masuk," ajak Yiska. Perempuan itu masuk ke dalam rumah tanpa mengetuk pintu lebih dulu.

Lagi pula untuk apa mengetuk pintu? Ini kan rumahnya. Karina membatin dalam hati. Walau ini bukan pertama kalinya Karina menginjak kakinya ke rumah ini, tetap saja, untuk menjelajahi dalamnya, ini kali pertama untuk Karina.

"Aku pulang," teriak Yiska.

"Oh, sudah pulang─" Ardhani yang menyambut Yiska menghentikan ucapannya saat sadar ada orang lain di samping perempuan itu. "Karina?"

Karina tersenyum canggung. Sepertinya memang benar, kedatangannya kemari bukan pilihan yang tepat.

Yiska menoleh ke arah Karina yang tertunduk. Perempuan itu tersenyum. "Tadi aku kebetulan bertemu dia di jalan. Mengingat kamu dan Javas ada di sini karena itu lah aku sekalian mengajaknya kemari."

Karina menatap Ardhani yang tadi terlihat kaget. Laki-laki itu bahkan tidak sepertinya. Ini pertama kalinya Karina melihat Ardhani dengan penampilan biasanya. Hanya mengenakan kaos lengan pendek berwarna hitam dan celana pendek selutut.

"Maaf kalau aku tidak bilang akan kemari," cicit Karina, mendadak tidak enak.

"Ah tidak begitu, aku hanya sedikit terkejut saja. Tadinya aku akan mengantarkan Javas ke sana dan sedikit terlambat. Tapi karena kamu sudah ada di sini sepertinya tidak akan menjadi masalah besar kalau aku ingin lebih lama dengan Javas," kata Ardhani. Mencoba mencairkan kecanggungan di antara mereka.

Karina tersenyum lalu mengangguk. "Iya."

Yiska berdecak melihat dua orang yang tampak canggung ini. "Tentu saja boleh. Javas kan putramu, harusnya kamu lebih bisa di andalkan dengan menjaga Javas," omel Yiska. "Tapi lebih baik lagi kalian harusnya lebih banyak menghabiskan waktu bertiga. Karena mau bagaimana pun juga Javas butuh kalian bersama."

Ardhani mendengus. "Sejak kapan kamu jadi pandai berceramah Kakak Ipar?"

"Sejak Kakak laki-laki aneh mu menjadi suamiku," umpat Yiska. "Di mana dia? Sudah pulang?"

Ardhani mengangguk. "Baru saja pulang. Ada di kamar."

Yiska mengangguk. "Yasudah, aku ke kamar dulu. Rin, kalau butuh sesuatu kamu bisa minta ke Dhani saja, ya. Anggap saja dia pembantu sendiri."

Ardhani mendengus. "Sangat mustahil laki-laki tampan sepertiku menjadi pembantu."

"Cih, di saat seperti ini pun masih saja narsis," desis Yiska lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Kecanggungan kembali melanda keduanya. Tidak, bukan keduanya. Sepertinya hanya Karina saja yang merasakan itu, karena Ardhani sendiri tampak santai dan biasa saja meski awalnya terkejut melihat kedatangan Karina.

"Javas mana?" akhirnya Karina bertanya. Memecah rasa canggung yang sedari tadi menyelimutinya.

"Di sini."

Limerence (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang