"Sesshoumaru-sama! Kita mau kemana?"
Sesshoumaru hanya diam mengacuhkannya.
"Sesshoumaru-sama! Aun sepertinya sudah lelah berjalan. Aku juga lapar sekarang. Ne~ kita menepi di sana, yuk!"
Sesshoumaru tak mengindahkan ajakkan bocah itu untuk kedua kalinya. Bocah kecil perempuan yang kini terus menempelinya sungguh membuatnya risih. Memuakkan. Mau ditaruh di mana wajahnya sebagai calon Daiyoukai Dataran Barat jika ada yang melihat ini? Sesshoumaru berhenti. Ia berujar memerintah pada kappa, pengawal setianya.
"Jaken. Kita istirahat di dekat sungai ini."
Si kappa hijau membungkuk hormat pada tuannya. "Wakarimashita, Sesshoumaru-sama!"
Matahari masih terlihat terik, menandakan bahwa perjalanan mereka masih panjang. Kira-kira, mungkin sekitar sehari lagi mereka akan mencapai desa. Sesshoumaru masih bersemangat penuh ambisi dalam misi mencari kekuatan. Namun sekarang, penghalang terlihat membatasi pergerakannya. Bukan youkai, miko, dan hoshi yang menjadi penyebabnya. Dia adalah seorang bocah kecil perempuan terlewat hiperaktif yang berstatus 'Ningen'. Sungguh, ia masih membenci manusia.
Dari sudut mata tajamnya, ia memincing dalam bermacam pemikiran melihat bocah itu. Sejak ia tak sengaja menghidupkannya dengan Tensaiga, bocah itu kini terus mengikutinya, membayangi langkah perkasanya. Ia juga heran, mengapa bocah satu itu tak ketakutan bertatap langsung dengan seorang youkai tingkat tinggi seperti dirinya? Manusia memang aneh dan menjijikkan.
"Jaken-sama! Hora! Aku dapat dua ikan yang besar-besar!" seru bocah itu, mengangkat tinggi-tinggi dua ekor ikan di kedua tangannya. Ia tertawa gembira.
"Rin! Jangan main terlalu dalam! Kau bisa hanyut, Manusia Bodoh!" Si Kappa, Jaken, meneriakinya menyuruhnya untuk bermain di tepian sungai. Ia masih mendumel sambil memandikan Aun, youkai sejenis kuda terbang kendaraan kesayangan tuannya.
"Sesshoumaru-sama! Hora! Rin hebat, 'kan?" Bocah itu tak perduli dengan ocehan Jaken. Ia terus menuju sungai terdalam demi mendapatkan ikan yang besar untuknya dan Sesshoumaru. Bocah itu masih asyik pada kegiatannya memameri hasil tangkapannya pada Sesshoumaru. Sesshoumaru hanya menatap datar dingin seolah Rin tidak ada. Lima detik kemudian, terdengar teriakan minta tolong dari arah sungai.
"RIN!"
Jaken berteriak panik mengetahui bahwa suara itu kepunyaan si bocah perempuan. Ia hendak berenang menolongnya, tapi diurungkannya saat melihat sesuatu yang mustahil dilihatnya.
Sesshoumaru langsung terjun menyelami dalamnya sungai. Sesaat, ia bingung sendiri pada pergerakannya ini.
Mengapa? Mengapa dia bergerak menolong si bocah berisik itu? Sesshoumaru sudah tak bisa mengerti apa yang ada di pikirannya ini.
Tak lama, ia menemukannya. Dia menarik bocah itu ke dalam dekapan, lalu membawanya ke tepian.
Jaken masih terpana melihat apa yang dilakukan tuannya. Seumur hidupnya menjadi abdi setia seorang Sesshoumaru, ia yakin sangat, tuannya ini tak akan mau bersentuhan dengan manusia apalagi menolongnya.
"Jaken. Carikan baju ganti untuknya sekarang!" perintah Sesshoumaru.
"Ha'i!" Jaken segera pergi ke desa sebelumnya yang kemarin disinggahi. Jaraknya agak dekat dari sungai ini.
Setelah Jaken pergi, Sesshoumaru melepaskan moku-moku nya untuk menghangatkan tubuh Rin. Ia masih tak percaya karena telah menyelamatkan seorang manusia. Samar, ia merasakan Rin bergerak akan segera sadar dari pingsannya.
"Sesshoumaru-sama ...."
Panggilan lirih bocah itu membuatnya tersadar dari lamunannya. Sesshoumaru terpaksa menjawabnya.
"Rin. Kau sudah sadar rupanya. Kau tahu 'kan apa kesalahanmu?" Langsung saja, Sesshoumaru memarahi kelakuan ceroboh bocah berkuncir ini. Rin hanya bisa merenungi kesalahannya. Wajah polosnya terlihat memerah karena menahan tangisan.
"Rin ... Rin hanya ingin ...." Rin memandangi sesekali wajah Sesshoumaru takut-takut empunya tambah murka. Setengah hati, ia melanjutkan perkataannya. "... hanya ingin memberikan ikan yang paling besar untuk Sesshoumaru-sama."
Ada yang bergetar dalam hati Sesshoumaru. Ucapan itu membuatnya merasa bersalah. Apakah ini pertanda bahwasanya ia memang mempunyai rasa kasihan? Sesshoumaru sampai sekarang tak menemukan jawaban yang benar. Melihat tuannya terdiam, Rin segera beranjak refleks memeluknya.
"Maafkan Rin yang sudah menyusahkan Sesshoumaru-sama!" serunya, menangis di pelukan Seshoumaru.
Gemetar hebat melanda jiwa sang calon Daiyoukai. Entah kenapa, hatinya begitu sakit mendengar tangisan Rin. Perlahan namun pasti, kedua tangan dingin itu terulur balas memeluknya sayang. Rin terlonjak kaget mendapatkan balasan dari Sesshoumaru. Ia tersenyum sambil tertawa riang dipelukkan Sesshoumaru.
Jaken yang baru sampai setelah berlari kilat, kini tak sempat menarik napas. Ia kembali melihat pemandangan yang mustahil untuk dilihat. Jaken membiru, ia lupa caranya bernapas ketika melihat tuannya memeluk si bocah ningen.
Rin. Nama itu adalah nama seorang bocah manusia yang telah membuat Sesshoumaru luluh. Keceriaan dan semangat yang selalu ditunjukkannya telah mampu meredam setiap amarah sang pemilik Tensaiga.
Rin artinya bunga Anggrek.
Harumnya membuat tenang pikiran seorang Sesshoumaru.
•Tbc•
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesshoumaru: Demon Dog Ruler of the Western Plains [ SLOW UPDATE ]
Fanfic#2 in Sesshoumaru (12/10/23) Sesshoumaru .... Aku tahu itulah namaku .... Nama panggilanku .... Nama kebesaranku .... Sebuah nama yang akan mengalahkan nama besar ayahku ... Inu no Taisho. INFO⚠ PADA DASARNYA INI CERITA SAYA DENGAN JUDUL SEMULA 'SES...