Jerry yang hendak berjalan keluar dari rumah sakit tiba-tiba berbelok arah menuju ruang rawat Gara. Adryan tadi sempat memberitahu letak ruang rawat Gara waktu pamit sebelum meninggalkan nya sendirian.
Ruang rawat yang semalam ia tempati adalah ruang rawat VIP dan sekarang ia tengah berjalan dengan langkah berat di koridor ruang rawat VVIP. Perbedaan yang lagi-lagi membuatnya menjadi kesal sekaligus iri, tapi itu tidak membuat dirinya menghentikan langkah. Entah mengapa ia sungguh penasaran tentang kondisi sepupunya itu.
Setibanya di dekat ruang rawat yang dituju, Jerry menghentikan langkahnya sejenak saat melihat dua orang bodyguard yang berjaga di depan sisi kanan dan kiri pintu ruang rawat. Tapi kemudian ia melanjutkan langkahnya lagi.
Saat sudah berada di depan ruang rawat, Jerry langsung mengisyaratkan pada dua orang bodyguard itu untuk tidak bersuara. Ajun dan satu teman bodyguard nya yang memang mengenal Jerry pun lantas menurut saja.
Jerry mencondongkan tubuhnya menempel pada pintu. Memposisikan diri untuk mengintip di celah kaca. Mata nya menyipit menelusuri bagian dalam ruangan yang terlihat luas itu, saat arah pandang nya tertuju pada Gara yang tengah berbaring di ranjang dengan berbagai macam alat medis di tubuh, cukup membuat Jerry terkejut. Kondisi sepupunya tidak seperti orang demam apalagi pura-pura sakit.
Jerry lalu melangkah mundur, menjauh dari pintu.
"Apa anda ingin saya antar pulang ke mansion, tuan muda Jerry?" Tanya Ajun dengan suara pelan.
"Gak usah, gue bisa pulang sendiri." Jawab Jerry dengan ekspresi datar.
"Oh iya, kalian punya uang gak buat gue ongkos taksi? ntar gue ganti, tenang aja." Tanya nya santai masih dengan ekspresi datar.
"Ada, tuan muda." Ajun menjawab sembari tersenyum, kemudian mengeluarkan selembar uang berwarna merah dari dompet lalu diberikan pada Jerry.
"Makasih, ntar di mansion gue ganti." Jerry mengatakan itu sembari melangkah pergi.
Ia masih mendengar suara Ajun yang berbicara padanya tapi Jerry tidak menghiraukan lagi dan berlalu pergi. Di sepanjang perjalanan menuju mansion, Jerry terus memikirkan apa yang tadi ia lihat. Ia masih tidak menyangka dengan kondisi Gara yang tidak terlihat baik itu. Jadi Gara beneran sakit? Tapi sakit apa? Apa sakit nya parah?
Itu lah yang memenuhi pikirannya.
🍁🍁🍁
Sudah terhitung dua hari Gara belum membuka mata. Besok dokter Brian kembali dari luar kota dan beliau sudah menjadwalkan untuk pemasangan alat pacu jantung pada Gara.Mengingat sekarang adalah hari Minggu, Adryan dan dua putra kembarnya seharian berada di ruang rawat si bungsu. Sejak kemarin mereka tidak pulang ke mansion. Melupakan satu anggota keluarga mereka yang tertinggal di mansion sendirian. Tidak melupakan sih sebenarnya karena Adryan sudah mengajak Jerry untuk menginap juga di rumah sakit tapi keponakannya itu tidak mau. Jadi yasudah, Adryan tidak ingin memaksa. Lagi pula di mansion ada bodyguard yang berjaga jadi ia tidak perlu khawatir.
Sekarang jam setengah 5 sore, Adryan dan Thaka sedang pergi ke cafetaria rumah sakit untuk membeli makan malam. Supaya nanti malam mereka tidak perlu lagi keluar dari ruang rawat Gara dan melewati koridor yang sepi. Karena saat malam hari banyak makhluk astral yang berkeliaran di sekitar lorong rumah sakit. Adryan walau sudah berpengalaman tetap saja tidak suka melihat mereka, sama seperti Gara. Lagi pula siapa sih yang suka jika melihat hantu? Tidak ada 'kan?
Shino tidak ikut dan hanya menitip di belikan makanan saja. Karena Gara juga tidak boleh di tinggal sendirian di dalam ruang rawat. Sebenarnya bisa saja ia menyuruh bodyguard untuk menjaga Gara sebentar. Tapi Shino yang tidak mau.

KAMU SEDANG MEMBACA
About Gara
General FictionTentang Gara menghadapi kekurangan dan kelemahan nya. 📢 Warning! - Ini cuma cerita fiksi ya! Jadi jangan terlalu dianggap serius! Buat hiburan aja! Ambil sisi baik nya, buang sisi buruk nya, okey! 💙😽