Unconditionaly Love

❖Chapter 1❖

[Gay•BL•Mpreg/MalePregnant]

Genshin impact • Fanfiction

Zhongli x Childe

Zhongchi

Typo bertebaran

OOC

Happy ending*
.
.
.

DISCLAIMER : HOMOPHOBIA DILARANG KERAS MEMBACA FANFIC INI DIKARENAKAN UNSUR-UNSUR LGBT DAN TIDAK DISARANKAN UNTUK MEMBUKA ATAU MEMBACANYA LANGSUNG. Saya tidak bertanggung jawab jika menangani unsur-unsur tersebut

[Cerita ini hanya karangan yang dijalankan sesuai imajinasi saya dan kalimat yang beracak-acakan serta beberapa penambahan karakter sampingan OC*]

Mohon maaf jika ada beberapa yang sudah saya lupa dalam cerita fanfic ini

.

.

.

Selamat membaca

"Aku omega..."

"Iya itu benar, dalam pemeriksaan sudah diterapkan bahwa kau adalah omega. Dan itu sebabnya badanmu sering kali terjadi panas, atau yang disebut dengan heat yang biasa dialami seorang omega. Jadi berhati-hatilah kalau kamu mengalami heat disembarang tempat, dan jika alpha menemukan mu dalam keadaan seperti itu..."

"Apa yang akan terjadi?" potongnya

Sang dokter menatapnya dengan tatapan serius.

"Kau akan ditandai."

Surai oranye tampak terkejut.

"Jadi berhati-hatilah jika berada ditempat umum, terutama bertemu alpha. Mereka dengan cepat bisa mencium aroma mu"

"Lalu... bagaimana cara aku menanganinya?"

"Ada, kau hanya perlu memiliki obatnya" ujar dokter sambil mengambil obat tertentu didalam laci. Dia memperlihatkan kepada pasiennya.

Iris biru memandangi botol obat tersebut, ia yakin obat itu tidak sanggup ia beli. Uang yang dalam sakunya tidak cukup, padahal uang tersebut akan ia gunakan untuk membeli obat untuk adiknya yang sedang sakit. Kalau sejujurnya dia dulu itu orang kaya, namun hidupnya menjadi susah sejak ayah dan ibunya mengalami kecelakaan maut. Dan ia ditipu oleh pamannya sendiri, merampas semua hak miliknya dan membiarkan dirinya dan adiknya menjadi gelandangan tanpa uang sepeser apapun. Beruntung dia memiliki teman baiknya yang membantunya tinggal dirumahnya. Akan tetapi hidupnya mulai menjadi berat kembali sejak adiknya harus menderita sakit-sakitan, yaitu gangguan pada hati, yang diharuskan ia mencari uang banyak untuk membiayai pengobatan adiknya. Tapi, bagaimana caranya dia mendapatkan uang untuk pengobatan adiknya, pekerjaan saja ia tidak punya.

"Nak..." panggil sang dokter.

Segera surai oranye menghentikan lamunannya, dia menatap kembali kearah sang dokter.

"Apa kamu menginginkan obat ini? ini akan membantu mu" sambung dokter itu.

"Sepertinya saya tidak bisa memiliki obat tersebut" ujarnya gugup.

Sang dokter hanya bisa menghela nafas panjang, dia menyerahkan surat hasil pemeriksaan kepada pasiennya, begitu pula obatnya. "Kamu tidak perlu membayarnya"