BAB 27 - Pesaing

219 26 0
                                    

Aghnia mengirimkan surat kepada teman-temannya dan mereka kembali berkumpul di pendopo. Aghnia melayangkan maksudnya mendatangkan keempat temannya.

"Rencana kita akan terundur beberapa jam. Karena aku harus menjamu Ratu Isyana nanti malam."

"Apa?! Dia datang?!"

Lihat, bahkan teman-temannya terkejut dengan itu.

"Aku juga baru mengetahui nya tadi pagi, ini membuatku frustasi." Aghnia mendesah berat menjatuhkan tubuhnya di atas meja bundar itu.

Nona Sartika menepuk pundak Aghnia menyruuhnya untuk bangkit. "Tak apa, beberapa jam tidak masalah asalkan kita sampai sebelum fajar."

"Ya, tidak masalah bagiku." Gadis ikut menambahi.

"Atau kita bisa langsung menaiki kapal besar dari danaumu?" usul Ivana Djokovic yang tiba-tiba teringat akan sesuatu. "Sore nanti akan ada kapal masuk ke Moeara Heemraad, itu adalah muara terdekat dari danau. Kapal itu memuat bahan bakar dan bahan pangan langsung ke Tandjoeng Priok." Ivana membuka tiket kapal itu yang diberikan salah seorang pelayannya. "Ini, lihat. Garda VXVI. Mereka hanya mengantar bahan pangan dan bahan bakar di hari tertentu saja. Kita mencoba mengirimkan hasil panen kebunmu menggunakan kapal ini dan karena kamu memiliki danau itu bisa kita coba datangkan langsung dia ke danaumu?"

"Jalan masuk dari danau ke laut itu kecil. Satu-satunya jalan hanya Moeara Heemraad. Tetapi kita bisa menggunakan alasan itu dan langsung menuju Tandjoeng Priok dengan Garda VXVI." Aghnia mengangguk setuju dan berkata, "Sesampainya kita disana ada hal yang harus kita lakukan."

Keempat temannya menatapnya seksama. Nona Marlina yang tepat berada di samping Aghnia berbisik, "Apa itu, Nona Aghnia?"

"Seseorang harus berkorban. Karena kamerad ini meminta wanita."

"Wanita? Maksudnya, Nona Aghnia?" tanya Nona Marlina tidak mengerti.

"Untuk berhubungan dengannya?" tanya Nona Sartika sarkastik.

Aghnia mengangguk. "Salah seorang informan memberitahuku. Kamerad itu akan luluh jika dengan embel-embel nafsu. Jadi di saat dia berhubungan kita akan mengambil seragamnya dan menyamar lalu melepaskan Nyai Sri Lankat dari jeruji besi bau itu."

"Bagaimana?" Semuanya melirik Nona Sartika. Dan wanita berambut keriting itu mundur beberapa langkah.

"Tidak, jangan aku."

"Tetapi kamu pintar menjadi wanita penggoda Nona Sartika," jawab Ivana terkikik geli.

"Tetapi aku tidak murahan juga," balas Nona Sartika kesal.

"Gunakan pembesar payudaramu itu untuk menariknya. Setelah kalian berdua berada di ruangan yang sama. Kamu tinggal melumpuhkannya, misi selesai." Gadis tertawa geli dengan ucapannya. Ia membayangkan Nona Sartika yang pernah menyamar menjadi wanita penggoda dahulu.

"Akan aku coba kalau begitu."

"Tunggu, tetapi siapa yang akan mengenakan seragam kameradnya? Wanita berbadan kekar disini hanyalah dirimu, Nona Sartika." Nona Marlina melirik Nona Sartika sekilas dan wanita itu menjawab, "Benar. Kalau begitu, biar aku yang menjadi kameradnya. Dan... Nona Marlina yang menjadi wanita penggoda bagaimana?"

"Tetapi payudaraku kecil sekali, bahkan hampir tidak ada." Nona Marlina meraba payudara yang sangat datar dengan kasihan. "Pinjamkan aku pembesar payudaramu, Nona Sartika," pinta Nona Marlina memelas yang membuat mereka semua tertawa.

***

Malam itu Aghnia disibukkan dengan pelayan yang salah mengatur meja Sang Ratu sehingga beberapa meja tamu yang telah duduk harus di pindahkan. Aghnia meminta maaf karena ketidaknyamanan yang terjadi. Setelah itu Aghnia mencari adiknya yang sedang berbincang dengan beberapa pria ditemani oleh paman mereka.

Aroma Kencan Abrata - Tamat | Abrata Series #02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang