18. Trauma

6.3K 463 8
                                    

Gianna dan Marvin duduk berdampingan di sofa memanjang yang berada di area balkon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gianna dan Marvin duduk berdampingan di sofa memanjang yang berada di area balkon. Sofa tersebut jaraknya cukup jauh dari pembatas, pasalnya balkon di apartemen mewah tipe penthouse ini memang memiliki ukuran yang sangat luas dibandingkan dengan balkon pada umumnya.

Bahkan jika Gianna mengira-ngira, sepertinya balkon ini ukurannya 3 kali lipat lebih luas dari kamar kosnya. Sungguh ironis bukan?

"Sini deketan," Marvin menepuk tempat kosong di sampingnya ketika mendapati Gianna duduk dengan posisi yang agak jauh.

Wanita itu menurut, dia sedikit menggeser duduknya agar lebih dekat dengan posisi Marvin. Namun rupanya Marvin tidak puas karena masih ada celah yang lumayan lebar di antara mereka.

Sehingga pria itu lah yang akhirnya mengalah. Dia turut bergeser untuk mengikis celah tersebut hingga kini mereka duduk saling berdempetan.

Marvin membuka salah satu kaleng bir yang telah ia bawa, lalu memberikannya pada Gianna. "Alkohol 3% doang nggak akan bikin lo mabok Gi."

Benar juga. Gianna juga yakin jika dirinya tak akan tumbang hanya gara-gara light beer. Meski toleransi alkoholnya memang tergolong rendah, tapi tidak mungkin serendah itu kan?

Setelah berpikir beberapa saat, Gianna pun menerima kaleng tersebut dan meminumnya beberapa kali tegukan. Ia sedikit mengerutkan kening ketika indera pengecapnya merasakan aroma lembut yang dibarengi dengan percikan rasa asam. Rasanya lumayan juga. Tidak terlalu buruk di lidahnya.

"Gue yakin lo pasti tipe orang nggak bisa minum." Marvin bisa menyimpulan begitu setelah melihat reaksi Gianna yang menurutnya nyaris seperti seorang amatir.

Gianna diam saja. Dia tidak menyangkal karena memang dugaan Marvin benar adanya.

"Lo harus extra  hati-hati kalo maen ke club Gi. Bisa bahaya kalo lo lagi sendiri dan nggak ada yang jagain." Marvin masih menatap lurus ke arah Gianna dan mengamati gerak-geriknya.

"Iya sih bahaya, dulu aja pernah ada cowok bajingan yang ngikutin gue sampe ke toilet. Padahal itu baru pertama kali kita interaksi, eh dia udah kurang ajar minta blow job. Untungnya pas itu gue masih sadar, coba kalo engga? Palingan gue udah dibungkus."

Marvin tertawa dengan keras saat menyadari jika cowok bajingan yang dimaksud Gianna adalah dirinya.

"That's right, I'm an asshole for doing that. Lo pasti masih dendam sama gue?" Marvin mencondongkan wajahnya untuk mendekat ke wajah Gianna.

"Nggak juga sih, toh akhirnya lo berhasil ngedapetin apa yang lo mau kan?"

Tangan kanan Marvin terangkat untuk menyentuh tengkuk Gianna dengan gentle, kemudian menariknya mendekat hingga membuat hidung mereka nyaris bersentuhan.  "Thank you for making it happen Gi."

Gianna termenung untuk sesaat. Dia menikmati hangatnya hembusan nafas Marvin yang menerpa permukaan wajahnya karena posisi mereka yang terlampau sangat dekat.

Friends With Benefits [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang