Jadi Korban Penyerangan

8 4 0
                                    

14 Juli 2022

Sampai di bengkel, Alit melihat sahabatnya itu duduk sendiri. Gadis itu melepas helm dan meletakkannya di spion. Ia berjalan menghampiri Arfan yang sedang fokus pada ponsel.

Arfan menghela napas dan mendongak. Saat itu ia menyadari Alit sudah sampai.

“Alit.” Arfan bangkit dari duduknya, lalu berjalan tergesa menghampiri Alit yang sedang berjalan ke arahnya.

Alit melihat sahabatnya itu meringis. Alit berjalan lebih cepat ketika mengetahui sahabatnya itu sedang menahan sakit.

“Lo kenapa?” ucap Alit panik. Gadis itu meraih lengan Arfan dan mengalungkan di pundaknya. Ia menuntun lelaki itu kembali ke tempat semua ia duduk.

Alit melihat sudut bibir sahabatnya itu pecah. Bagian pipi juga terlihat merah. Mungkin sebentar lagi akan membiru. Kedua pelipisnya juga terluka. Tadi ia sempat melihat Arfan meringis saat bangkit dari duduknya. Kemungkinan bagian perut, punggung,  atau pinggangnya sakit.

“Berantem apa dirampok?” Alit memegang dagu Arfan, menolehkan kepala ke kiri dan kanan, memeriksa wajah lelaki yang menjadi pujaan hatinya itu.

“Iisshh. Sakit, Lit.” Arfan mendesis. Pasalnya Alit cukup kuat memegang dagunya, sudut bibirnya yang terluka ikut tertarik.

“Jawab gue, Bego!”

“Enggak tahu. Gue tiba-tiba diserang,” jelas Arfan singkat.

“Sama siapa? Tau gini, tadi ajak yang lain.”

“Gue baru mau bilang. Keburu lo matiin!” Arfan menjitak kepala Alit. “Gue udah telpon Jamal, tadi.”

Alit mengangguk sambil mengusap kepala.

“Lo ada masalah sama siapa?” Ia tidak tega melihat keadaan lelaki yang babak belur itu. “Gue anter ke rumah sakit!” Alit berdiri.

“Tunggu!” Arfan mencekal lengan sahabat tomboinya itu, memintanya untuk duduk kembali.

“Emmh ....”

“Apa!” Alit gemas dengan sikap Arfan. Apa lelaki itu tidak tahu jika Alit sedang panik melihat keadaannya yang terluka?

“Itu ... antar Nadia dulu, ya?”

“Nadia?” Alit mengerutkan kening. Arfan serang waktu bersama gadis itu? Itu menjawab kenapa lelaki itu sampai babak belur.

Arfan yang Alit tahu, sanggup melawan lima preman sekaligus. Dan tidak mengalami luka, hanya goresan dan beberapa pukulan. Arfan pasti sibuk melindungi gadis itu, hingga ia menerima banyak pukulan.

“Fan.”

Alit dan Arfan menoleh pada gadis yang baru kembali dari toilet itu. Gadis yang tadi pagi membuatnya cemburu. Pandangan Alit menelusuri tubuh gadis itu. Dari atas hingga bawah, lalu ke atas lagi. Selain lengannya yang kemerahan, gadis itu tidak terluka di bagian mana pun.

“Fan. Emm .... Dia siapa?” Nadia menunjuk gadis tomboi yang duduk berdekatan dengan Arfan.

“Dia Alit. Sahabat gue.”  

“Oh.” Nadia duduk di sisi kanan Arfan. “Kamu perlu diobatin.” Nadia memeriksa luka di wajah Arfan.

Alit seketika bergeser menjauh. Terlihat dengan jelas jika Nadia tidak menyukainya.

“Kamu pulang sama Alit, ya? Takut mereka balik lagi,” ucap Arfan pada Nadia.

“Enggak. Aku sama kamu, aja. Lagian aku enggak kenal sama dia.” Nadia menggeleng.

“Gue enggak bisa bawa motor.” Arfan menjadikan sakitnya sebagai alasan.

“Yaudah. Anter aku naik taksi.” Nadia bersikukuh ingin diantar oleh Arfan.

Arfan menghela napas. Susah memang jika pergi dengan anak manja seperti ini. Jika bukan karena mamanya yang meminta, Arfan tidak akan mau pergi bersama Nadia.

Alit hanya diam memperhatikan mereka. Ia tidak mengetahui hubungan Arfan dan gadis itu. Hanya kenalan atau sudah berpacaran. Atau mungkin bahkan tunangan. Mengingat beberapa hari lalu, lelaki itu dikenalkan oleh orang tuanya. Namun jelas, Nadia tidak menyukai keberadaan Alit di antara mereka.

Alit berdiri. Berjalan beberapa langkah menjauh dari Arfan dan Nadia. Siapa tahu mereka ingin membicarakan hal yang penting. Tidak berselang lama, teman mereka sampai.

“Kok bisa, sih, Fan?”

“Siapa yang nyerang?”

“Lo kenal orangnya?”

Irwan, Jamal, dan Tito berucap bersamaan.

“Loh, Nadia?” Rudi menatap Nadia heran.

Alit, Arfan, Jamal, Irwan, dan Tito menatap Rudi dan Nadia bergantian. Rudi menatap heran pada Nadia, hingga alisnya menukik. Sementara Nadia membulatkan mata. Gadis itu seperti terkejut bertemu dengan Rudi.

“Kalian saling kenal?” tanya Arfan.

“Dia tetangga gue.” Rudi mengangguk.

Alit terus memperhatikan Nadia yang tersenyum canggung. Entah mengapa Alit merasa, Nadia salah tingkah. Tadi pagi, saat melihat gadis itu berboncengan dengan Arfan, Alit merasa cemburu. Namun, saat bertemu dengan Nadia secara langsung, bukan cemburu yang Alit rasakan. Lebih pada curiga. Alit merasa aneh dengan Nadia. Entahlah.

“Aku dianter Mas Rudi, aja,” ucap Nadia tiba-tiba.

“Rud?” Arfan memandang temannya itu.

Rudi menghela napas berat, tetapi lelaki itu mengangguk. Ia berbalik, berjalan menuju motornya.

“Dah, Arfan.” Nadia melambai kecil pada Arfan. “Dah.” Kemudian kepada teman-teman Arfan. Setelahnya menyusul Rudi yang sudah duduk di motor.

“Tiati, Rud!” teriak Alit.

Rudi membunyikan klakson pada teman-temannya, kemudian membawa motornya menjauh, mengantar Nadia yang diakuinya sebagai tetangga.

“Apa gue doang, yang ngerasa aneh sama Nadia.” Irwan berkata setelah Rudi melaju.

“Rudi juga, kayaknya ada sesuatu,” timpal Tito.

“Perlu diinterogasi, tuh, bocah,” sahut Jamal.

Alit menggeleng mendengar penuturan teman-temannya. Ia juga merasakan hal yang sama, tetapi jika Arfan benar menjalin hubungan dengan gadis itu, Alit tidak bisa berbuat apa-apa. Gadis itu segera menoleh pada Arfan.

“Rumah sakit?”

Ketiga lelaki itu ikut menoleh pada Arfan. Lelaki itu perlu diobati. Memar di pipinya sudah mulai terlihat.

Arfan menggeleng. “Ke rumah lo, aja,” ucapnya pada Alit.

“Yakin, lo?”

Arfan mengangguk.

“Oke.”

Mereka meninggalkan bengkel itu dengan Arfan membonceng pada motor Alit. Yang lain mengiringinya. Meninggalkan motor Arfan yang rusak di bengkel.

 

Bersambung...
____________________
Naskah lain di Olimpus Match Battle
1. Viloise--@Chimmyolala
2. The Lucky Hunter--@Dhsers
3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn
4. Aku Bisa--@okaarokah6
5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01
6. Is It Our Fate?--@ovianra
7. Crush--@dhalsand
8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa
9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025
10. Memutar Waktu--@dewinofitarifai

CRUSH : Be There for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang