Di tempatnya, Preticia merasa gelisah. Hatinya terus berdebar sakit saat mengingat diluar sana sedang dipersiapkan pesta pernikahannya dengan Pangeran Eldrick. Apa yang harus ia lakukan?
Preticia tak ingin pernikahan ini sampai terjadi, lalu ia harus bagaimana?
Preticia menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya, hari semakin siang sementara ia tak menemukan ide apapun. Dirinya sungguh takut pernikahan ini akan terjadi.
Tubuhnya terkejut ketika ia mendengar pintu kamar yang terbuka, Preticia mendongak untuk menatap orang yang memasuki kamarnya. Hatinya menghangat saat ia melihat keluarganyalah yang datang menjenguknya.
"Ibu," panggil Preticia dengan penuh haru.
Sang Ibu berlari dan memeluk Preticia sambil menangis, sebab ia sangat merindukan anaknya itu.
"Kau dari mana saja? Apa kau tidak rindu pada Ibumu ini? Mengapa kau tega sekali meninggalkan Ibu, Preticia?" ujar Victoria sambil memeluk Preticia.
"Maafkan aku, Ibu!" katanya dengan lirih.
Preticia menatap orang-orang yang datang menjenguknya. Ada Kak Alicia, Kak Elicia, Duchess Lexia serta Bibi Cassiopeia.
"Ayah ke mana, Bu?" tanya Preticia sembari melepaskan pelukannya.
"Dia sedang ada urusan untuk mengurus pernikahanmu," bukan Ibunya yang menjawab melainkan Bibi Cassiopeia.
Ia mendekat dan menjewer telinga Preticia dengan pelan. "Bagus ya? Apa kau bersenang-senang diluaran sana, hah? Apa kau tidak tahu betapa khawatirnya kami kepadamu?"
Preticia meringis sambil menyengir, "Aaa iya Bibi ... maaf!" Cassiopeia pun melepaskan tangannya dari telinga Preticia lalu kemudian memeluknya.
"Jangan diulangi lagi, ya?" Preticia membalas pelukannya. "Akan kuusahakan. Aku tidak bisa berjanji, Bibi!" Preticia menyengir, sementara Cassiopeia mendengus.
Terdengar kedua Kakaknya justru malah terkekeh pelan saat melihatnya.
Berbeda dengan Bibi Cassiopeia, Duchess Lexia justru hanya menatapnya dengan datar. "Duchess Lexia tidak mau memelukku juga, kah?" tanya Preticia menawarkan diri.
"Untuk apa? Apa pelukan bisa merubah sifatmu yang suka seenaknya saja? Ingat Preticia kau itu adalah seorang putri! Banyak orang jahat yang mengincar nyawamu diluaran sana. Lihat sekarang, kau hampir saja mati 'kan kalau saja Pangeran Eldrick tidak menemukanmu lebih cepat," Lexia menjawabnya dengan ketus lalu kemudian mendengus.
"Siapa?" tanyanya.
Preticia mendongak, menatap Lexia dengan penuh keheranan. "Siapa algojo yang telah menyanderamu?"
Preticia pun semakin dibuat kebingungan.
"Sudahlah kau tidak perlu ragu lagi untuk mengatakannya, sebab Pangeran Eldrick sudah menceritakan semuanya!"
"Menceritakan apa?"
"Bahwa kau disandera oleh seorang algojo! Kau dibawa ke pemukiman mereka dan dijadikan budak di sana."
"Tidak Duchess, kau salah paham—"
"Behenti mengelak, Preticia! Lebih baik kau katakan saja siapa orangnya. Dia pantas untuk mendapatkan hukuman karena telah menyiksamu!"
Preticia terdiam sambil mengulum bibir. Jantungnya berdebar takut sekarang.
"Sayang sekali ya Pangeran Eldrick tidak sempat melihat wajahnya,"
"Iya, kalau dilihat pasti orang itu sudah tertangkap,"
"Ohh ... anakku yang malang, Ibu tidak bisa membayangkan betapa menderitanya kau berada di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be With You [The End]
Romantizm[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Semua tidak terjadi di dunia nyata dan hanya bersifat khayalan. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] #mari vote dan komen, wahai kalian yang membaca...