— His Solace
Debaran itu kembali terasa.
Haruto memperhatikan Jeongwoo yang menatap lurus ke arah gumpalan selimut di atas paha.
"Jujur, gue canggung banget tadi ketemu mereka secara langsung," suara pemuda berdarah Korea itu terdengar pelan kembali memenuhi ruangan.
"Gue takut gak memenuhi ekspektasi yang mereka bayangkan pas ketemu gue. Takut bikin mereka gak nyaman," tutur Jeongwoo dengan sudut bibir yang ia gigit perlahan. Menumpahkan apa yang membuat ia resah seharian.
Haruto mendengarkan. Dengan mata tak bisa lepas memperhatikan Jeongwoo yang duduk di seberang, masih memainkan kedua tangan di atas pangkuan.
"Tadi gue hampir mau nangis di depan mereka. Entah kenapa gue gak bisa berkata-kata. Ngeliat mereka yang ngasih tatapan penuh harap ke gue malah bikin gue overwhelmed dan gak tau harus apa," lanjut Jeongwoo diiringi helaan nafas pelan.
Haruto mengangguk mengerti. Paham dengan pasti apa yang dimaksud Jeongwoo. Itulah kenapa saat beberapa hyung mendorong-dorong Jeongwoo pergi ke ruangan tempat para fans mereka berada, ia dengan langkah sigap mengikuti di belakangnya.
"Lalu lo dateng meluk gue. Ngasih gue pegangan. Lo bantuin gue ground myself, cause to be honest I'm thinking of running away from that cafe," gelengan kepala kecil disisipkan Jeongwoo di akhir ucapannya. Haruto mengerti. Sangat mengerti apa yang dibutuhkan Jeongwoo saat itu. "Lo senyum sambil ngajak mereka ngobrol. Lo ngajak interaksi nanyain mereka suka gak sama masakan kita. Dan harusnya gue juga ikut interaksi. But goshh, why am I so bad at that?!"
Kali ini Jeongwoo mengangkat kepalanya, membuat Haruto sedikit tersentak melihat raut kusut wajah si pemuda.
"Padahal gue tahu Teume udah nunggu lama banget buat bisa ketemu langsung tapi gue malah gugup dan tiba-tiba gak bisa functioning properly. Suddenly sucks at forming coherent words."
"I am being an awkward teenager and I know I messed that up really bad."
Tanpa bisa dicegah, seolah itu sudah menjadi gerak bawah sadarnya, Haruto bergeser mendekat. Mendengar nada Jeongwoo yang mulai bergetar, instingnya berkata untuk datang merapat. Tak segan untuk menunduk, menumpukan lututnya ke lantai, berlutut di hadapan si pemuda yang menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Hey. Gak apa-apa kok."
Dengan perlahan ia menarik tangan Jeongwoo dan dihadiahi pemandangan wajah putus asa si pemuda dengan mata yang berkaca-kaca.
"You did well today, yesterday and the other day too. Lo udah lakuin yang terbaik, Jeongwoo-ya."
Ia tahu pasti tadi Jeongwoo sangat ingin berinteraksi dengan fans, tapi ia juga tahu bahwa Jeongwoo begitu pemalu untuk memulai lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right One - hajeongwoo
Fanfiction- The Right One You know how to touch me in the right places, Park Jeongwoo said. And that's when Watanabe Haruto found his solace. • bxb. • hajeongwoo canon compliant. • semi-baku. • fanfiction. (c) 2022 ; aprseptmate