Genre : Fiksi remaja, drama, romantis, angst.
***
Mika percaya bahwa sesuatu yang ada di dunia ini tidak kekal. Termasuk kebahagiaan dan kesedihan. Maka dari itu, Mika selalu yakin kesedihannya pasti berlalu, dan tergantikan oleh kebahagiaan.
Namun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mika mulai mengubah kebiasaan untuk hari-hari berikutnya. Yang awalnya Mika datang ke sekolah di waktu standar, kini Mika datang ke sekolah lebih pagi lagi dari biasanya, bahkan siswa-siswi pun masih belum ada yang datang.
Mika melakukan itu hanya untuk menghindari siswa-siswi yang menghadangnya. Namun, sudah rela bangun cepat-cepat untuk sampai di sekolah lebih awal, tetap saja ada orang yang tiba-tiba mendatanginya dan menanyakan tentang Arki.
Mika menghela napas lelah saat melihat dua orang adik kelas yang tiba-tiba berada di depannya dan menghalangi jalannya.
"Lo Mika pacarnya kak Arki ya?"
"Lo bener-bener ajaib bisa jadi pacarnya kak Arki."
Kedua bocah itu menanyakan hal yang tak penting. Datang ke sekolah saat masih sepi hanya untuk menanyakan itu? Sulit dipercaya. Mika sampai geleng-geleng kepala. Ia lebih berani jika yang mendatanginya adik kelas. Tapi jika kakak kelas, Mika selalu menghindar.
Kenapa? Karena kakak kelasnya yang terobsesi sekali pada Arki lebih sangar dari teman seangkatannya. Mereka bisa melakukan apapun pada Mika. Dari pada kena imbasnya, Mika lebih baik kabur jika berpapasan dengan kakak kelas yang kebetulan lewat atau memang sengaja datang.
"Kalian gak ada kerjaan banget," cetus Mika.
"Please ya, Kak. Biarin Kak Arki gak dimiliki sama siapapun," ujar salah satu dari mereka dengan nada tak santai.
Mika mengerutkan keningnya penuh heran. "Tenang aja. Gue bukan pacarnya Arki. Udah ya, jelas."
Setelah menegaskan perkataannya, Mika langsung melewati mereka dan pergi ke kelas. Percayalah, di kelasnya tak ada yang mau menyapanya sama sekali selain Haris dan Willa. Mereka semua tak menganggap kehadiran Mika. Jika tidak ada Willa dan Haris, Mika benar-benar sendiri. Mika dikucilkan.
Setidaknya Mika mendapatkan tenang dengan berdiam diri di dalam kelas sendirian pagi ini, karena belum ada yang datang selain dirinya. Hingga mulailah satu persatu orang-orang bermunculan di ambang pintu.
Mika membuka ponselnya yang dinonaktifkan dari kemarin, tapi ternyata masih banyak pesan yang terus-terusan menyerangnya.
Saat Willa datang, matanya langsung tertuju pada ponsel Mika yang tergeletak begitu saja di atas meja. Ponsel itu terus-terusan menyala tanpa suara karena Mika memasang mode silent.
"Kenapa hp lo, Mik?" tanya Willa.
Mika menjawab tanpa menoleh. "Gue jadi populer, Will. Ratusan orang terus-terusan kirim gue spam chat."
Willa berdecak kagum dan langsung mengerti. "Ternyata orang-orang obses banget sama Arki."
"Iya, mereka gak berani tanya ke Arki langsung. Dan akhirnya, gue yang kena."
Saat mata Mika lurus pada ponselnya dengan tatapan kosong, tiba-tiba saja sebuah susu kotak muncul di depannya. Mika langsung menemukan siapa yang menaruh susu kotak itu. Ya, Arki pelakunya.