Banyak hal yang Marvin takuti dalam keputusannya bersama Mahen, tentunya menuai banyak pro dan kontra dari orang-orang sekitar. Usia Marvin masih menginjak ke-18 di tahun ini sedangkan Mahen sudah berkepala tiga dan tahun ini ke-33. Perbedaan usia mereka terlampau sangat jauh.
"Kamu yakin, Vin?"
Sekali lagi, pertanyaan itu keluar dari mulut Sang kakak. Entah sudah ke berapa kali pertanyaan itu terlontar untuk Marvin.
"Kenapa Vin harus gak yakin?" tanya balik Marvin, menegaskan kekhawatiran itu.
"Keputusan ini gede resikonya Vin."
"Loh? Hidup Vin bakal terjamin nikah sama om-om berduit macem Pak Mahen, bang!"
Gak ada yang salah dari ucapan Marvin, jelas kehidupan Marvin justru akan lebih terjamin bersama pria kaya seperti Mahen. Tapi, usia Marvin terlalu muda untuk menuju pelaminan.
"Tapi umur kamu itu masih kecil, Marvin."
Marvin mendengus kasar, lalu menatap Manuel dengan mata menyepit; mencurigai abangnya itu. "Pasti abang Manu gak terima ya kalau Vin yang nikah duluan. Ngaku gak?!"
"Itu juga termasuk," balas Manuel.
Marvin langsung mengejeknya. Sebenarnya, Manuel benar-benar khawatir pada keputusan Marvin, dia juga belum siap harus melepas adik satu-satunya itu.
"Udah ah! Vin mau ke Daddy Mahen dulu."
"Apa Vin? Daddy?!"
Marvin tidak perduli pertanyaan Manuel, dia mengabaikannya. Karena yang terpenting sekarang adalah Mahen, kesayangannya itu.
Tidak menunggu waktu yang lama untuk bertemu Mahen, karena Mahen juga berada di kamar tamu rumah Marvin. Pria berumur itu semakin tampan saja padahal hanya tertidur pulas.
"Daddy," Marvin berbisik.
Mahen merasakan ada sesuatu menindih tubuhnya, ia lalu mengerjapkan matanya. Senyumnya merekah ketika yang dilihatnya pertama kali itu murid kesayangannya.
Senyuman Marvin tak kalah merekah, dia lalu mengecup bibir Mahen secepat kilat. Cukup membuat Mahen terkejut karena aksi tiba-tiba itu.
"Morning kiss, Daddy Mahen!!"
Mahen tertawa, dia sangat senang karena Marvin sebentar lagi akan menjadi miliknya utuh. "Lagi dong, Vin."
"Mhm, bentar ya!"
Marvin beranjak dari kasurnya, dia mengunci pintu kamarnya itu dan berputar tubuh; menyenderkan dirinya di pintu. Cengiran lucu Marvin membuat Mahen kembali tertawa karena gemas.
"Sini," ajak Mahen.
Marvin tanpa malu-malu langsung berhamburan memeluk Mahen. Dia duduk dipangkuan Mahen, memeluknya begitu erat.
"Mau morning seks?"
Marvin sumringah mendengarnya. Dia tampak bersemangat. Sudah dibilang, Marvin itu tidak punya malu!
"Mau Daddy! Vin mau morning seks sama Daddy~!" ucap Marvin seraya memperlihatkan puppy eyes dengan pouty lipsnya.
Siapa yang tidak tahan?! Mahen itu pria dewasa yang sudah lama melajang. Tentu saja di suguhi yang enak sedikit, Mahen tidak sabar memakannya.
"Buka bajunya," titah Mahen.
Marvin langsung mengikuti perintah itu, dia membuka bajunya dalam sekali tarik. "Sudah Daddy!"
Sial, Mahen bukan penganut Daddy-kink, tapi kenapa ketika Marvin yang memanggilnya seperti itu dengan tubuh ramping serta puting susu berwarna nude
yang mencuat, Mahen mana tahan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Raja bokep meet Principal [end]
Teen Fiction[ 21+ ] [ Comedy Romance ] [ M-preg ] Gegara nobar bokep di kelas sampai menghebohkan satu sekolahan karena memakai speaker sekolah ditambah di layar besar khusus presentasi, Si Raja bokep di panggil ke ruang kepala sekolah karena kelakuannya yang...