Lima

745 76 2
                                    

"Jangan pegang-pegang."

Jehan berjalan cepat keluar dari kamar tanpa
memperdulikan Samudra yang merengek dibelakang, dia sungguh kesal pada Samudra. Menemukan dirinya terbangun disebelah Samudra bukan Zia membuat Jehan terperanjat kaget dan mengumpati suaminya yang masih terlelap disebelahnya.

Terlebih ketika melirik kearah jam dinding, dia tersadar bahwa dirinya kesiangan, semakin membuat mood Jehan pagi ini hancur, ditambah hari ini ia harus datang pagi ke kampus untuk menyerahkan tugas yang kemarin dirinya kerjakan

"Jee... maafin gue dong," Tangan Jehan ditarik paksa oleh Samudra namun sayangnya Jehan menghempaskan genggaman Samudra begitu saja, merasa bersalah ketika sudah berada di ruang makan begitu melihat Zia disana, menyambutnya dengan senyuman.

"Zi, maafin kakak ya, kakak engga tau kalo dipindahim kemarin, kakak bener-bener engga sadar," Ucap Jehan mendekat pada Zia, Samudra mengikuti seperti anak kecil yang selalu membuntuti Ibunya kesana-kemari, "Nanti kakak temenin deh ya tidurnya, kemarin Zia bisa tidur sendiri?"

Mendengar itu Samudra melotot,
"Gue gendong lagi ke kamar," Samudra menyahut mengundang lirikan tajam Jehan.

"Diem!"

"Jee..."

Keluarganya yang lain termasuk Banyu yang sudah berkumpul disana hanya terkekeh geli melihat bagaimana Samudra begitu pasrah kini.

"Engga pa-pa kok kak, aku ditemenin Mami jadinya hehe..." Kata Zia semeyakinkan mungkin.

"Bener?" Tanya Jehan.

Zia mengangguk cepat, "Bener, Kak Jehan jangan khawatir, aku engga pa-pa, maaf ya udah ngerepotin Kak Jehan karena minta Kakak buat nemenin aku tidur."

"Ihh... engga ngerepotin sama sekali," Jehan menggeleng ribut, tidak terima akan ucapan Zia, "Siapa bilang Zia ngerepotin?" Dia mendongak, menatap pada Samudra yang mengangkat bahu tanda dia tidak tahu apa-apa.

"Bilang apa kamu sama Zia?" Dicubitnya pinggang Samudra, "Bener-bener ya, masa adeknya dibilang ngerepotin, aku engga pernah ngerasa direpotin tau, ihh... Zia jadi ngerasa gitu gara-gara kamu." Omel Jehan terus mencubit Samudra.

Samudra menjauhkan tangan Jehan dari tubuhnya, "Zia! anjir, gue engga ada bilang gitu ya," Ucap Samudra, "Udah dong Jee, sakit tau, malu diliatin itu,"

Menggeleng heran, Mami menatap anak dan menantunya lucu, disebelahnya Papi, Papa dan Banyu tertawa terbahak-bahak karena Samudra hanya bisa pasrah terhadap amukan Jehan.

"Kamu bener-bener ya, kasihan itu Bang Samnya, jangan difitnah gitu," Mama memperingati Zia yang kini merasa puas melihat Samudra diomeli Jehan.

Zia terkikik, "Habisnya Bang Sam rese sih."

"Udah dong Jee... buset! gue suami lo."

"Bodo amat!"

🕊

"Lo kok santai sih? engga ikut pemilihan anggota?"

Jehan menoleh, mengerutkan dahi bingung atas pertanyaan Edna. Pulang dari kampus Jehan kini berada di rumah Ayah Bunda, menonton tv di ruang tengah bersama Hachi dan Gugu —kucing milik Edna, sebab Edna minta ditemani karena takut sendirian di rumah, padahal Jehan tahu itu alibi saudaranya saja agar tidak terlihat bahwa sebetulnya dia kangen Jehan.

Orang rumah tengah sibuk dengan urusan masing-masing, begitu juga Tama, anak itu sibuk mengurusi surat kepindahannya, membuat anak itu jarang terlihat di rumah dan itu adalah salah satu hal yang harus Edna syukuri karena Tama tidak akan merecokinya.

"Apaan? anggota apa? DPR?" Jawab Jehan memasukan snack kacang kedalam mulutnya.

Edna mendelik, "What?! lo belum tau?"

𝐒𝐡𝐞𝐮𝐭𝐬𝐯𝐥𝐞𝐥𝐢 | 𝐉𝐚𝐞𝐤𝐨𝐨𝐤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang