Game Over!

9 3 0
                                    

15 Juli 2022

“Ayo.” Arfan menepuk pundak Alit.

“Duluan,” sahut gadis yang masih sibuk menyalin catatan milik Fajar. “Eh ....” Alit meraih tangan Arfan, membuat pemuda yang hendak berjalan ke luar kelas itu berhenti.

“Nih. Bawa sekalian.”

Arfan berlalu membawa kantong yang diserahkan oleh sahabatnya itu. Disusul oleh teman yang lain.

“Sampai kapan kamu bertahan?”

Pertanyaan Fajar itu hanya dijawab dengan mengedikkan bahu oleh Alit.

“Enggak bosan?” Fajar kembali bertanya. Setelah tidak mendapat jawaban dari gadis yang sedang menulis itu, ia kembali mengajukan pertanyaan lain.

“Sering cemburu, dong?”

Gerakan tangan Alit berhenti, tetapi gadis itu tidak menoleh dari buku. Ia terdiam sejenak, sebelum mengangguk. Kemudian melanjutkan tulisannya.

“Sakit?”

Alit mengangguk lagi.

“Kamu pernah coba Confess?”

Kali ini Alit menoleh. Ia menggeleng.

“Takut ditolak dan merusak hubungan yang ada?”

Alit mengangguk. Ia menatap Fajar. Temannya ini bisa menebak dengan tepat apa yang dirasakan olehnya. Selain cerdas, mungkin lelaki ini adalah pengamat yang baik.

“Padahal belum tentu, loh, seburuk yang lo kira,” komentar Fajar.

“Lo enggak konsisten, ah. Kamu, elo,” ucap Alit sewot.

Fajar terkekeh. Dia tahu Alit tidak mau masalahnya dibahas lebih lanjut. Gadis ini terbiasa menyimpan rahasianya sendiri.

“Gue traktir makan, yuk.” Alit sudah selesai membereskan bukunya. Sekarang tangan gadis itu melingkar di leher Fajar. Mereka berjalan   kelas bersama.

“Bukan sogokan, kan?”

“Bukan. Karena lo baik.”

“Kak Alit.”

“Alit.”

Alit dan Fajar menghentikan langkah. Beberapa gadis berdiri di depan kelas menunggu mereka.

Fajar terkekeh melihat itu. Ia ingin menyaksikan pertunjukan yang ditampilkan oleh teman tomboinya itu.

“Gue dapet apa, nih.” Alit bersedekap. Dia sudah tahu tujuan mereka. Seperti biasa, untuk menutupi emosi di hati, gadis itu berlagak meminta imbalan untuk jasa kurir yang biasa ia lakukan. Biasanya imbalan itu berupa makanan yang Alit habiskan bersama teman-temannya.

Empat gadis tersenyum. Masing-masing dari mereka memperlihatkan dua paperbag.

Alit menghela napas panjang. “Buruan!” Tangan Alit menengadah.

“Terima kasih, ya,” ucap para gadis itu sebelum pergi.

“Lo enggak pengen kayak gitu juga? Kasih hadiah untuk pujaan hati.”

Fajar mendapatkan hadiah sepakan dari Alit.

“Bantuin, nih.”

Alit menyerahkan beberapa kantong pada Fajar. Gadis itu berjalan lebih dulu, meninggalkan Fajar yang mengikutinya sambil terkekeh.

“Eh, ada Fajar.” Irwan menyapa teman mereka yang berjalan mengikuti Alit.

Alit meletakkan paperbag di meja, begitu juga Fajar.

“Serius, deh, Fan. Mending lo cepetan punya pacar.” Alit yang sudah duduk di samping Arfan mengomel. “Gue yang repot, nih.”

“Kamu ....” Ucapan Fajar terhenti karena Alit memelototinya. Lelaki itu terkekeh.

“Kalo lo repot enggak usah diterima,” sahut Arfan. “Lagian lo pikir cari pacar gampang. Atau lo mau jadi pacar gue?”

Alit menyipit, menatap lelaki yang mengucapkan kalimat itu dengan cuek. Dua detik kemudian, ia mendorong kepala sahabatnya itu.

“Kalo ngomong, enggak dipikir, lo!” ucap Alit sewot. Ia hampir saja mengatakan ‘Iya’.

Fajar terpingkal melihat itu. Seperti mendapat hiburan gratis. Ia kasihan pada Alit, tetapi itu kebodohannya sendiri. Lagi pula, tidak ada sangkut paut dengan dirinya. Fajar hanya akan menjadi penonton.

Fajar mengusap betisnya, ia kembali mendapat sepakan dari Alit. Kali ini lebih keras dari sebelumnya.

“Udah, ah. Traktirnya lain kali. Aku mau pergi dulu.” Fajar berlalu meninggalkan kelompok Alit.

“Lo makin deket aja, sama Fajar.”

Alit mengangguk menanggapi pertanyaan Arfan. Gadis itu meraih es teh manis yang ada di meja dan meneguknya.

“Lo pacarin aja, salah satu fans lo itu.” Alit memberi usul. Ia mulai menyantap mi ayam yang sudah dipesankan oleh temannya.

“Sebenernya ada satu cewek yang gue suka.”

“Siapa?” Kelima teman Arfan bertanya dengan kompak.

Arfan melihat satu per satu temannya. Kemudian memusatkan perhatiannya pada Alit.

“Janji dulu, bantu gue dapetin nih cewek?” tanya Arfan.

Alit melihat lelaki pujaannya yang mengatakan menyukai seorang gadis itu. Siapa? Alit mengangguk. Tapi pikirannya melayang. Ia mencoba menebak siapa gadis yang disukai oleh Arfan.

“Besok gue kasih tahu. Sekarang dia lagi sibuk.” Arfan melanjutkan makannya yang tertunda.

Alit mencebik, tetapi tidak berkomentar lagi.

“Enggak asyik lo!” ucap Irwan. Sementara yang lain mendengus.

Arfan menyengir pada teman-temannya yang terlihat kesal.

Sekarang, Alit sedang bermain gim bersama keempat temannya. Karena Arfan menolak bermain tadi. Mereka saling berteriak dan memaki.

Alit yang sengaja melirik Arfan. Sahabatnya itu sedang memandang ke satu arah. Alit mengikuti arah pandangan itu. Sekelompok gadis sedang berjalan.

Alit tahu Arfan sedang memperhatikan mereka. Atau salah satu di antara mereka adalah gadis yang disukai oleh Arfan? Alit ikut memperhatikan gadis-gadis itu.

Ah, Aisyah. Pasti gadis itu yang berhasil mencuri perhatian Arfan. Hati Alit tiba-tiba menjadi berat. Dirinya jika dibandingkan dengan Aisyah tentu kalah jauh. Lagi, gadis itu bukan tipe gadis yang suka pacaran. Mungkin mereka akan langsung menikah, jika benar gadis itu adalah Aisyah.

“Mati lo!” Teriakan Tito itu berbarengan dengan notifikasi yang muncul di ponsel Alit.

‘Game Over.’

Mungkin nasib Alit memang sudah berakhir.

Bersambung...
____________________
Naskah lain di Olimpus Match Battle
1. Viloise--@Chimmyolala
2. The Lucky Hunter--@Dhsers
3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn
4. Aku Bisa--@okaarokah6
5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01
6. Is It Our Fate?--@ovianra
7. Crush--@dhalsand
8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa
9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025
10. Memutar Waktu--@dewinofitarifai

CRUSH : Be There for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang