Bab 19 - Aku ingin Kembali

663 188 44
                                    

kalo kalian mau update cepat, komen yang banyak.

Kalo gak bisa komen, baca duluan di karyakarsa.

Paham kan sampai sini.....

Setidaknya kalian bisa dukung aku dengan vote dan komen banyaaakkk diwattpad... MURAH DAN GRATISSSS

-----------------------------------------------------------


Jarak kita memang sudah tidak jauh lagi, namun yang tak kumengerti mengapa hati ini malah terasa sakit tak terkendali.

"Kenapa lo? Masih pagi udah senyum-senyum gitu?" Dani nampak aneh melihat kejanggalan dari senyuman yang terbit di bibir Dara. Kondisinya yang baru saja bangun dari tidur melihat senyuman penuh makna itu malah membuatnya curiga. Jangan-jangan ada hal yang sedang Dara rencanakan pagi ini dan harus melibatkan dirinya.

"Ih, galak banget lo."

"Ya habis, gue baru bangun disambut senyuman kayak gitu."

Dani melangkah santai, sembari merenggangkan otot-otot di tubuhnya. Hingga kakinya berhenti di pintu kamar mandi, yang kebetulan posisinya berada di luar dari rumah, ia sama sekali tidak menyadari bila Dara terus mengikutinya.

"Dan ...."

"DARA!" Respon kaget Dani berbalik mengagetkan Dara. Suara ngebass yang terdengar sangat kencang membuat tubuh Dara membeku. Saat ditatap tajam oleh Dani, ia masih berusaha menarik simpul kedua sudut bibirnya seraya berkata, "Sumpah enggak maksud ngagetin."

"Lo mau ngomongin sesuatu? Nanti! Gue boker dulu!"

Dani melangkah masuk, menutup pintu kamar mandi dari papan bekas itu dengan suara yang cukup kencang. Dia berusaha menerka-nerka apa yang diinginkan Dara hingga kondisinya benar-benar berubah dari sikapnya kemarin ini.

"Dan ... gue tunggu di teras, ya."

"Ya!"

Melangkah masuk kembali ke dalam rumah, Dara mendapatkan reaksi aneh dari ibunya yang sedang mempersiapkan sarapan untuk pagi ini. Dengan sebuah kipas kayu serta centong nasi di tangannya, ibunya Dara sampai berhenti mengipasi nasi yang baru saja matang karena melihat gerak gerik anaknya yang sangat mencurigakan.

"Kamu kenapa, Nduk?"

Cengegesan tanpa henti, Dara sengaja tidak memberikan jawaban apapun. Langkah kakinya terus bergerak menuju teras depan demi menunggu Dani setelah menyelesaikan setorannya pagi ini. Sambil duduk di atas kursi rotan, Dara mengembuskan napasnya berulang kali, seolah sedang menikmati udara pagi ini yang kemungkinan besar akan dia rindukan ketika dirinya kembali ke Jakarta.

Tiba-tiba menggelengkan kepala, Dara memasang senyum malu seorang diri. Dia merasa seperti akan kabur dari masalah yang sebelumnya terjadi di desanya ini. Akan tetapi dari lubuk hati Dara yang paling dalam, dia tidak sedikitpun ingin mengakui bila hasil keputusan yang dia buat ini bukanlah disebut dari sebuah pelarian.

Dia hanya ingin hidup tenang tanpa perlu dibayangi komentar-komentar tajam dari orang-orang yang bahkan tidak mengenalnya. Intinya Dara ingin kehidupannya seperti pertama kali ia menginjakkan kaki ke Jakarta.

Bebas dan lepas.

"Ekhm ... ada apaan?" tanya Dani baru saja keluar dari dalam rumah sambil menarik tali celana pendeknya berbahan parasut dengan warna hitam yang sudah dua hari ini ia pakai selama di rumah Dara tanpa ada niat menggantinya.

Sembari menatap kondisi Dani yang kini berdiri tegak di hadapannya, sejenak terbesit dalam pikiran Dara atas keyakinan dari keputusan yang tadi begitu yakin ia ambil. Karena entah mengapa, dari tampilannya saja, Dani sangat terlihat tidak meyakinkan untuk membantunya sesampai di Jakarta nanti.

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang