terjebak lampu merah di tengah padatnya kendaraan bermotor dan di bawah terik matahari yang menyengat, ditambah lagi kepala yang berdenyut nyeri, merupakan perpaduan yang begitu mengesalkan.
aku mengusap titik-titik keringat yang membasahi pelipis. sepasang irisku menatap countdown berwarna merah yang terpasang di tiang lampu lalu lintas. oh sial, lima puluh detik lagi.
"hari kamu berat ya? senyumin aja." suara dari pengendara motor laki-laki di sebelahku itu tiba-tiba menyapaku.
otakku secara otomatis memutar kilas balik kesibukanku hari ini yang begitu menguras tenaga hingga badanku terasa sangat lemas.
cowok itu kemudian menarik minuman isotonik dari dalam tas plastik indomaret yang menggantung di motornya. titik-titik air terlihat masih menempel, tanda bahwa kaleng minuman tersebut belum lama keluar dari mesin pendingin.
"kayaknya kamu butuh ini biar energi balik lagi," kata cowok itu sambil membuka kaleng minuman, lalu menyodorkannya padaku.
aku mengerjap pelan. "eh? buat saya?"
cowok itu mengangguk sambil tersenyum. aku baru sadar bahwa senyumnya manis sekali.
kuterima minuman isotonik dari cowok itu, kemudian meneguknya pelan. sensasi dingin seketika membasuh tenggorokanku dari dahaga yang teramat sangat.
"seberat apapun hari kamu, inget kalau masih ada banyak hal yang bisa kamu syukuri," celetuk cowok itu.
"makasi ya. pas banget panas-panas gini dikasih yang dingin-dingin, hehe." aku tersenyum lebar, rasanya kadar energiku bertambah beberapa persen. entah karena minuman itu, atau karena cowok si pemberi minuman.
"nama kamu siapa?" tanyaku.
"nama saya da---"
brum. tin tin.
suara cowok itu terinterupsi oleh deru kendaraan bermotor dan suara klakson kendaraan dari belakang kami. kulirik lampu lalu lintas di atas sana. ternyata merah sudah berganti menjadi hijau.
"eh saya duluan, ya. kamu hati-hati."
setelah mengatakan kalimat tersebut, cowok itu melajukan motornya, belok ke kanan. sedangkan aku melajukan motorku lurus ke depan.
seberat apapun hari kamu, inget kalau masih ada banyak hal yang bisa kamu syukuri.
kalimat cowok itu terngiang di kepala. bibirku melengkungkan sebuah senyum. iya benar, bertemu dengannya hari ini adalah salah satu hal yang sangat kusyukuri.
perjalanan pulangku ke rumah dipenuhi dengan senyuman. batinku sibuk menerka-nerka. kira-kira, siapa nama cowok itu? daniel? damar? atau mungkin davi?
siapapun kamu, sampai jumpa suatu hari nanti di garis takdir yang telah tuhan tetapkan.
tamat