Sesampainya dirumah sakit, Asya segera dirawat IGD. Kami bertiga menunggu di depan pintu ruangan itu, aku memeluk kedua sahabatku.
"Asya..."
Refania masih menangis, memang benar diantara kami yang paling cengeng dan sering menangis adalah Refania bukan berarti dia lemah tapi memang hatinya sangat lembut.
"Asya bakal baik-baik aja, tidak apa ya kita disini untuk menguatkan Asya" ucapku sembari mengusap lembut kedua punggung sahabat ku.
"Apa kita harus memberi tahu bundanya Asya?" tanya Calista.
"Entahlah aku tidak tahu, tapi firasat ku tidak enak. Namun bagaimanapun bunda itu ibu kandungnya Asya dan dia harus tahu kondisi putrinya"
"Lebih baik kita hubungi bunda dan ingat kita harus janji ya untuk selalu disisi Asya apapun yang terjadi, kita tahu apa yang akan terjadi kan? Jika nanti bunda meluapkan perasaannya, kita tidak boleh menghakiminya okey?..."
"Kita harus bisa menjelaskan dengan baik agar bunda bisa menerimanya" ucapku.
Meskipun hati ku juga sedikit ragu tapi jika tidak begini bagaimana aku meyakinkan mereka? Tidak apa, aku punya mereka dan Tuhan.
"Kalian duduk disana dulu biar aku yang menghubungi bunda"
Mereka mengangguk lalu Calista merangkul Refania dan duduk didepan ruangan itu sementara aku sedikit menjauh dari mereka untuk menghubungi bunda.
Sudah aku temukan kontak bernama Bunda Asya, aku menoleh kebelakang untuk memastikan kedua sahabatku. Apapun yang terjadi, aku akan selalu menjaga dan melindungi ketiga sahabatku.
Aku segera menekan tombol telepon lalu tak berselang lama sambungan telepon terhubung dan ada jawaban dari penerima.
°°°
Aku ke arah kantin rumah sakit untuk membeli beberapa minuman yang akan aku berikan pada Calista dan Refania, bagaimanapun nanti kami harus terlihat kuat didepan Asya.
Bunda Asya sedang dalam perjalanan Malang-Jogja, setelah percakapan kami tadi ia langsung menutup telpon dan bergegas kemari.
"Minum dulu" ucapku lalu satu persatu membuka botol minum untuk mereka.
"Bagaimana dengan bunda?"
"Ia sedang dalam perjalanan kemari"
Kami masih setia menunggu didepan ruangan itu, hingga dokter keluar lalu mendekati kami.
"Dokter, bagaimana dengan sahabat kami? Apa dia baik-baik saja?"
"Re..tenang dulu" ucapku.
"Bagaimana aku bisa tenang Ann? Sahabat kita lagi didalam, kritis"
"Kita semua juga khawatir tapi tunggu dokter bicara dulu Re" jawab Calista.
"Pasien tidak apa-apa, sepertinya ia sangat depresi hingga melakukan itu. Kami masih memeriksa hasil lab nya dan akan keluar nanti jadi sekarang pasien bisa dipindah ke kamar inap"
"Baik terima kasih dokter"
Kami segera berjalan ke kamar inap tempat Asya dirawat, disana masih ada suster yang tengah memasang infusnya.
"Terima kasih suster" ucapku pada suster yang sudah membantu Asya.
"Sya.."
Aku harus kembali menguatkan kedua sahabatku, Refania yang terus saja menangis diikuti Calista. Tidak, aku tidak boleh ikut menangis.
Hingga jam sudah malam, kami masih menunggu Asya yang belum tersadar hingga pintu kamar inap terbuka yang menampilkan seorang wanita paruh baya.
"Asya.." ucapnya lalu menjatuhkan tasnya dan berlari memeluk Asya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN - Hanya Pemain Tambahan [SELESAI]
Teen FictionDidunia ini tidak selalu berputar tentangmu tapi kamu adalah tokoh utama disetiap dunia yang kau pijaki. Didunia perfilman atau drama yang lain ada namanya tokoh utama atau main cast dan tokoh tambahan atau figuran. Bisa jadi kamu menjadi tokoh utam...