"Selamat bertemu kembali dengan saya. Sugito, atau yang lebih dikenal dengan Kang Gito."
"Kali ini saya ditemani dengan tokoh Cerkak yang sudah tak asing lagi bagi kalian. Siapa dia?"
"Sehat, Kang Mun?"
"Alhamdullilah, Kang Git. La kabare Rika dewek kepriwe?"
"Alhamdulillah sehat, Kang Mun."
"Hari ini sebenarnya hari spesial, Kang."
"Spesial kepriwe? Kiye dina Minggu mbok."
"Aduh, Kang Mun. Bukan harinya."
"Kosit. Maksute priwe? Apa nggone kiye sing Rika, arani spesial, he?"
"Kita itu disuruh untuk mengisi bab ini, dan tugas kita menyapa Sedulur Cerkak. Begitu."
"O? Nyong paham, nyong paham."
"Ya wis ngana ngomong ambi Sedulur Cerkak."
"Nek deweke seng ngomong terus, malah mengko diarani podkes."
"Giayamu, Kang Mun. HP saja masih diikat karet seperti itu!"
"Nyong kiye asline duwe HP layar sentuh."
"Ko sit. Nyong tokna sit HP-ne."
"Kiye. Ngandel ura Rika. Ngandel ura."
"Kiye masalahe, nyong kiye ura teyeng nganggone. Sepisan tok, dina apa kae nyong kelalen. Arep nonton pidio, malah digawa mengana-mengene ambi iklan obat."
"Hem. Aku tahu itu. Pasti cari video itu, 'kan? Iya, 'kan?"
"Pokokek pidio nganakaelah. Weruh dewek mbok. He he he."
"Ya, sudah, Kang. Silakan disapa Sedulur Cerkak."
"Rika baelah."
"Sampean saja, Kang."
"Rika bae."
"Sampean."
"Kepriwe sih. Nyong kiye ura teyeng ngomong seng apik. Rika baelah."
"Saya?"
"Wis nganalah."
"Sedulur, mohon maaf sebelumnya. Cerkak memang sedikit berbeda dengan cerita kebanyakan karena penuh terjemahan. Mohon maaf bila kurang berkenan."
"Kami hadir di sini tak lebih untuk menyapa, dan mendoakan. Semoga kalian semua masih diberikan kesehatan, dipermudah segala urusan, serta berlimpah rasa kebahagiaan. Sebagaimana kami berdua, juga turut bahagia karena selalu dihadirkan oleh Kang Noto dalam Cerkak untuk bisa menghibur di senggang waktu kalian."
"Apa yang kalian baca adalah tentang kami, lingkungan kami, juga persahabatan kami. Semoga kalian semua berkenan untuk terus mendukung kami."
"Kok kami? Kang Noto kayak kuwe. Kepriwen sih Rika. Kiye seng gawe cerita Kang Noto mbok."
"Kami itu kita, Kang Mun. Termasuk Kang Noto juga."
"O? Nyong paham, nyong paham."
"Kami akan sangat berkesan sekali saat diajak Kang Noto untuk membaca komentar-komentar kalian setelah ini."
"Bar kiye apa?"
"Iya, Kang Mun."
"Pesti nyong wis ana penggemare kiye yak, Kang."
"Dulur, Rika seneng ura nek nyonge ambi Kang Gito kiye asih ana reng Cerkak?"
"Orang tidak tahu artinya, Kang."
"Ya, keperiwe? Nyong ura pasih ngomong basa. Pokoke nyong ai lop yu pul ambi Rika kabehlah."
"Kiye ana terjemahane mbok apa seng nyong omongna?"
"Tidak ada, Kang."
"Waduh. Ura luwes blas lah nek ura diterjemahna."
"Wis ngana disambung maning."
"Sedulur, jangan heran ya, kalau di tiap kemunculan Cerkak selalu banyak dialog bahasa daerah. Itu bukanlah satu cela tulisan menurutku, tetapi upaya untuk terus menjaga, dan mengenalkan salah satu dari banyaknya ragam bahasa yang ada di negeri kita. Bila terlihat sedikit berbeda dengan cerita kebanyakan, kami berdua mohon maaf."
"Iyak. Bener kuwe. Malah nyong demen ana dialog ngapake. Langka mbok seng kayak nyong kiye. Eh, maksute dialog ngapak kayak kiye."
"Ya, sudah, Kang Mun. Kita harus segera pamit dari bab ini. Aku sudah tak tahan dengan baunya."
"Oh, iya, Sedulur. Jangan lupa kasih bintang, ya."
"Iya, kuwe. Didudul ngapa kuwe tanda bintange. Pote ... pote."
"Vote, Kang Mun."
"Ya kuwelah. Dipote yak. Barang ura mbayar kiye. Gratis!"
"Ayo, Kang Mun. Kita pamit. Aku sudah tidak tahan ini."
"Sedulur, nyong ambi Kang Sugito pamit. Ketemu maning kapan-kapan aring kene, yak? Wis nganalah diwaca."
"Ada lagi, Kang?"
"Wis cukuplah jarku. Wis ayuhlah ngana."
"Ayo."
"Wis ndang menyat. Jagong bae! Wis weruh nggone sempit kayak kiye!"
"Awas aja nganti ngidek endog kuwe. Arep nyong tetesna"
"Lagian! Kenapa mesti di kandang ayam! Seperti tidak ada tempat lain saja!"
"Tampil beda mbok! Pisan-pisan ngucapena bab kiye saka kandang."
"Bukan masalah itu. Ini keluarnya bagaimana, Kang! Pintunya kekecilan. Kita tidak bisa keluar, Kang."
"Sih! Deneng mau bisa mlebu. Nangapa saiki ura bisa metu. Trus keperiwe kiye?"
SALAM
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗘𝗥𝗞𝗔𝗞: 𝗔𝗠𝗕𝗔𝗟 𝗪𝗔𝗥𝗦𝗢 (𝗦𝗽𝗲𝘀𝗶𝗮𝗹 𝗨𝗹𝗮𝗻𝗴 𝗧𝗮𝗵𝘂𝗻)
HumorPagi yang mengesalkan bagi Kuswanoto saat Pondi pemilik warung tiba-tiba datang menagih, dan menyita motor. Berusaha keras untuk menebus dengan mendatangi kedua sahabatnya, justru semakin membuat dia merasa seperti orang yang paling papa di dunia. *...