Author Note:
Cerita pendek, langsung tamat, nggak ada chapter tambahan. Alurnya bakal berasa cepet banget karena emang ini sekali habis! Semoga enjoy!
Maaf ya Hacin udah buat nunggu lama untuk nerusin ini!
Happy reading!
Jangan lupa votenya syng!
*****
Tidak mungkin seseorang terus menerus terkurung dalam keterpurukannya.
Dunia ini tidak pernah menjadi baik untuk mereka yang putus asa dan tidak mau berjuang sendiri untuk sembuh dari penderitaannya. Setidaknya, sisakan sedikit keinginan untuk sembuh hal-hal buruk yang kerap menciptakan sakit setiap kali menghirup udara.
Glassy tidak bisa menghitung, berapa kali suara-suara untuk mengakhiri hidupnya. Banyak masalah yang ia hadapi, membuatnya putus asa.
Mulai dari Ayahnya yang tidak mendukung karirnya sebagai model, lalu kehadiran Jill yang datang ke hidupannya dan membuatnya pusing karena wanita yang tiga tahun lebih muda darinya itu selalu berusaha untuk menyingkirkan dirinya. Jill selalu menganggap Glassy saingannya. Mereka sama-sama model di dalam sebuah agensi, tapi Jill dan Glassy tidak akan pernah bisa satu tim, karena semua orang juga tahu. Mereka tidak saling cocok.
Tentang Jill, bukanlah puncak dari hancur dirinya. Glassy masih bisa bertahan. Sampai akhirnya dia berada di puncak sakitnya. Ketika tahu bahwa Bryant, pria yang menjalin hubungan dengannya selama tiga tahun ternyata berselingkuh dengan Jill. Mereka berdua memiliki hubungan rahasia selama satu tahun, tanpa sepengetahuan Glassy.
Entah, Jill sengaja atau tidak tapi jika sudah berjalan selama itu. Artinya sudah banyak yang mereka lakukan.
Hati Glassy hancur bersama dengan seluruh gelas yang ia lempar di dapurnya ketika dia berniat untuk menggores nadinya. Tapi, sesuatu seakan menamparnya ketika pada detik yang sama, di antara kubangan air mata yang penuh di pelupuk mata, dia melihat isi tasnya yang juga keluar, berbeceran di lantai, dan matanya melihat sebuah kartu nama.
Jimin Reminson.
Seketika Glassy menangkap sebuah memori dalam benaknya.
Tentang sosok pria yang tersenyum padanya di sebuah pesta. Pria yang menyelipkan kartu namanya, pada minuman nampan minuman yang diantarkan pelayan malam it uke meja Glassy.
Glassy menarik napas panjang saat itu juga, lalu menjatuhkan pecahan kaca gelas yang ia genggam. Kemudian, di tengah-tengah tangisnya, dia tersenyum hambar.
"Jill, kau boleh mengambil pacarku. Tapi, kau harus rela, jika aku mengambil Kakakmu juga."
*****