CHAPTER 34 - APPARATION

386 51 2
                                    

┏━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┓
Happy Reading
┗━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┛

34. Apparation

KURSUS APPARITION.

Jika kau berusia tujuh belas tahun, atau akan menjadi tujuh belas pada atau sebelum tanggal 31 Agustus, kau memenuhi syarat untuk ikut kursus Apparition selama dua-belas-minggu dari Instruktur Apparition Kementerian Sihir. Silakan mencatatkan nama di bawah jika kau ingin ikut.

Biaya: 12 Galleon.

Zee, Harry dan Ron bergabung dengan kerumunan yang berdesakan di sekeliling pengumuman dan bergiliran menuliskan nama mereka di bawahnya. Ron baru mengeluarkan pena-bulunya untuk mendaftar setelah Hermione ketika Lavender mengendap-endap di belakangnya, menutup mata Ron dengan tangannya, dan bertanya manja, “coba tebak siapa, Won-Won?”

Hermione langsung pergi. Zee mengikutinya. Mereka berjalan ke kelas mantra bersama Harry dan juga Neville. Ron menyusul dengan wajah yang sudah merah padam, tampak jengkel. Sepanjang hari itu banyak pembicaraan tentang kursus Apparation; mereka menganggap hebat kemampuan menghilang dan muncul lagi kapan saja mereka mau.

“Cool banget kalau kita bisa” Seamus menjentikkan jari-jarinya untuk mengisyaratkan menghilang.

“Sepupuku Fergus melakukannya hanya untuk membuatku kesal, tunggu sampai aku bisa membalasnya ... hidupnya tak akan bisa tenang lagi ...”

Saking asyiknya membayangkan prospek menyenangkan ini, dia menjentikkan tongkat sihirnya agak terlalu antusias, sehingga alih-alih menghasilkan air mancur, yang merupakan objek pelajaran Mantra hari itu, dia menghasilkan semburan keras air seperti dari slang, yang memantul dari langit-langit dan menghantam wajah Profesor Flitwick.

“Harry sudah pernah ber-Apparate,” Ron memberitahu Seamus yang agak malu, setelah Profesor Flitwick mengeringkan diri dengan lambaian tongkat sihirnya dan menghukum Seamus dengan tugas menulis (“Saya penyihir, bukan babon yang mengacung-acungkan tongkat”).

Malam harinya Zee beranjak ke perpustakaan. Sendirian. Dia menyimpan tas sekolah di atas meja dan duduk di dekat jendela. Berniat mengerjakan pekerjaan rumah pertama yang diberikan Profesor Bins kepadanya. Sedikitnya anak-anak Gryffindor yang melanjutkan Sejarah Sihir membuat mereka mau tak mau berbagi kelas dengan anak-anak dari asrama lain, Slytherin salah satunya. Draco ada di sana. Namun seperti yang telah Zee duga-duga sebelumnya, pemuda itu masa bodoh dan bersikap seolah mereka tak ada di ruangan yang sama.

“Kau tampak tidak bersemangat,” suara Daphne terdengar menyeruak di telinganya.

Zee mengangkat kepala, menghembuskan napas panjang lantas kemudian memijat pelipisnya. “Hanya sedikit lelah.”

“Apakah ini berhubungan dengan sikap Malfoy?” tanya Daphne, turut mendudukkan dirinya seraya mengeluarkan alat tulis.

Tanpa kata, Zee menggeleng. Dia mencelupkan pena bulunya ke dalam botol tinta dan mulai menulis, “tidak. Kami baik-baik saja.”

“Aku menyadarinya, Zee.” kata Daphne, “bahkan Theo bertanya padaku apakah kalian bertengkar? Dia bilang seharian ini Malfoy menjadi lebih mudah tersulut emosi. Jika bukan karena mu, siapa lagi orang yang bisa membuatnya bersikap seperti itu?”

Untuk beberapa saat, Zee termenung di tempatnya. Kemudian gadis itu berkata, matanya memerah dan dia nyaris menangis. “Aku juga tidak tahu. Kau melihatnya, dia mengabaikan ku.”

FROM DARKNESS INTO LIGHT || Draco Malfoy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang