Part 4

1.2K 77 1
                                    

Beberapa hari kemudian di ruangan Andre, pukul 11.30.

Andre dan Hanum tengah fokus dengan laptopnya masing-masing, tadi pagi Hanum kembali diminta Bu Herna untuk membantu Andre, lagi-lagi Hanum harus menunda pekerjaan-pekerjaannya membuatnya semakin susah pulang cepat. Untungnya Azka belum terlihat protes walaupun sudah lama tidak diajak jalan-jalan saat akhir pekan. 

Dalam keadaan hening tiba-tiba handphone Hanum yang berada disaku roknya berbunyi mengeluarkan alunan lagu "I'm officially missing you" Tamia. Awalnya Hanum tidak menyadari bunyi handphonenya saking fokus pandangannya ke laptop, dan seingatnya dia selalu membuat mode hpnya silent. Namun karena lirik lagunya semakin terdengar jelas akhirnya Hanum menyadari dan langsung mengeluarkan handphonenya dengan panik dan langsung menekan pilihan decline.

"Aduh maaf ya pak, biasanya hp saya silent." Kata Hanum yang sedang mengubah setelah mode handphonenya.

"Hmph, nggak apa-apa Hanum, kenapa nggak dijawab tadi?" Andre tersenyum.

"Ibu saya kok pak, paling anak saya iseng." Handphone Hanum kembali berbunyi dan lagi-lagi muncul nomor ibunya yang menelepon. 

"Angkat dulu aja, siapa tau penting."

Akhirnya dengan rasa tidak enak Hanum mengangkat telepon ibunya. 

"Mundaaaa..."  Terdengar suara Azka di seberang sana. 

"Nak, Bunda kan lagi kerja, ada apa?" Kata Hanum sambil berbisik. 

"Halo Hanum." Kini giliran suara Bu Ratih terdengar "Maaf ya itu tadi Azka yang pencet-pencet, kamu lagi sibuk?" 

Hanum melihat ke arah Andre yang tersenyum sambil menatap laptopnya. 

"Iya bu, kenapa?"

"Nggak itu Azka tadi minta telepon kamu, katanya mau minta beli baju renang."

"Mundaaa...masa Farel punya baju renang baru, Azka belum punya lagi, kan kan yang waktu itu udah nggak muat."

"Iya, nanti bunda beliin, udah Azka yang baik sama uti, bunda kerja dulu ya. Assalamualaikum."

Dengan cepat Hanum menutup pintu dan kembali memajukan bangkunya mendekat meja Andre.

"Hmph, seru ya, ada aja tingkah anak-anak."

"Hhh yah gitu deh pak, maaf ya pak."

"Nggak apa-apa kok...Hanum, saya boleh tanya sesuatu?"

"Apa pak?"

"Azka pernah bertanya tentang ayahnya, atau...seperti itu?"

"Mmm...nggak juga sih, mungkin karena dirumah orangtua saya itu ramai, ada kakeknya ada omnya juga jadi dia nggak banyak bertanya ke hal-hal itu.

Andre mengangguk lalu terdiam sejenak.

"Mmm maaf Hanum, kalau kamu sendiri apa ada keinginan untuk menikah lagi?"

Kini Hanum yang terdiam dan memutar bola matanya ke arah lain seakan mencari jawaban. 

"Mmm...saya...belum tau pak. Hihi, lagian kayaknya nggak akan gampang buat saya, ya dengan status saya, apalagi saya punya anak."

"Kalau ada calonnya gimana?"

Hanum mengernyitkan dahi sambil tersenyum tipis, benaknya bertanya-tanya apa mungkin Andre ingin mengenalkannya pada seseorang? 

"Eee...maksudnya pak?"

"Yaa kalau sekarang-sekarang ini ada yang datang melamar kamu?"

"Mmm belum ada sih pak." 

"Kalau saya yang mau melamar kamu, boleh?" 

Senyum Hanum menghilang seiring dengan otaknya mulai mencerna tiap perkataan Andre barusan. Dalam beberapa saat ruangan menjadi hening.

"Maksud bapak?"

"Saya mau melamar kamu, jadi istri saya." Keduanya bertatapan, namun Hanum langsung mengalihkan pandangannya. "Maaf ya kalau saya mendadak bicara seperti ini... tapi saya nggak mau buang waktu, menunggu dan akhirnya kamu malah bertemu orang lain."

Semakin Andre menjelaskan apa yang ia maksud dengan melamar Hanum, semakin Hanum sulit memahami apa yang dikatakan kepadanya. Ia hanya bisa menunduk dan sesekali menatap Andre. 

"Kamu nggak apa-apa?"

"Maaf pak, saya nggak tau harus gimana?"

"Ya, saya paham, pasti kamu kaget dengan apa yang saya sampaikan... Tapi saya serius Hanum...."

Hanum tidak menyadari mulutnya terbuka sedikit karena kaget.

"Kok bisa pak?Mmm maksud saya, bapak yakin dengan apa yang bilang barusan?"

"Ya saya yakin, mungkin kamu nggak menyadari, saya memperhatikan kamu belakangan ini. Maaf kalau kamu merasa jadi risih dengan saya."

"Eee...bukan gitu sih pak, cuma... Kenapa saya?"

"Ya... Saya ketemu kamu, tertarik dengan kamu dan... sekarang saya yakin saya mau kamu jadi istri saya." 

Lagi-lagi Hanum dibuat mencerna dengan keras perkataan demi perkataan yang Andre ucapkan.

"Oke, saya paham, kamu pasti butuh waktu untuk memikirkan ini semua."

Hanum tertunduk.

"Maaf kalau saya bikin kamu jadi ngerasa serba salah, kita...pending dulu aja ya dokumen yang ini, sudah masuk waktu istirahat juga."

Hanum mengangguk, lalu membereskan barang-barangnya sembari membenahi degup jantungnya yang masih tidak karuan. 

"Terima kasih Hanum."

"Ya pak, permisi." Hanum melangkah keluar ruangan Andre. 

TOUCHED (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang