Sekali saja, bisakah kau duduk disampingku dan bertanya sesuatu padaku?
Tanyakan apa saja, karena cukup adanya kamu, aku merasa ada._____________
Sudah sejak pagi suasana hati Arizona tidak bersahabat. Wajah lelaki itu terlihat kusut. Biasanya penampilan Arizona memang slengean, tetapi hari ini lebih berantakan.
Arizona melangkah menuju kelas seorang diri. Jika biasanya lelaki itu berjalan sembari menggoda gadis-gadis, kali ini ekspresi Arizona seperti ingin menelan orang hidup-hidup.
Dipertengahan koridor tak sengaja Arizona menengok ke arah kelas IPA. Mood Arizona semakin buruk ketika menangkap kebersamaan Sembagi dan Sansekerta yang tengah berjalan bersisian menuju kelas, tertawa bersama sambil meminum susu kotak di tangan masing-masing. Dengan tangan terkepal dan rahang yang mengeras, Arizona memilih berlalu sebelum lepas kendali. Arizona tidak ingin memukul Sansekerta di depan Sembagi.
Sesampainya di kelas, Arizona langsung duduk, menghiraukan Sabrang dan Abdul yang menatapnya heran.
"Muka lo kenapa kusut banget?" tanya Sabrang yang duduk tepat di bangku depannya. "Bibir lo pecah. Abis digebukin siapa?"
Arizona tidak menjawab, dirinya terlalu marah untuk bersuara. "Dipukul bokap?" giliran Abdul yang bertanya.
"Lagi?"
"Gue laper. Ayo ke kantin." Arizona mengajak tanpa menjawab pertanyaan kedua sahabatnya.
Paham jika Arizona belum mau bercerita, Abdul tidak bertanya lagi dan mengikuti sang sahabat yang sudah keluar lebih dulu. Sabrangpun turut beranjak dan mengekori kedua lelaki itu. "Woi, gue jangan ditinggal dong!"
Tiga serangkai itu duduk di meja langganan mereka yang ada di tengah-tengah kantin. Usai menyuruh seorang siswa yang lewat untuk memesan makanan, Sabrang kembali beraksi dengan memalak es teh milik Gelora ketika gadis itu datang bergabung.
"Ck, beli sendiri dong!" ketus Gelora kesal. Kemudian gadis itu mendelik tatkala Sabrang hampir menyedot habis es teh di plastik. "Jangan diabisin! Gue masih haus. Sabrang, ih!"
Sabrang tergelak melihat ekpresi galak gadis itu. "Gue beliin lagi. Gak usah manyun kaya gitu. Jelek."
"Berani lo ngatain gue jelek?" Gelora mendelik namun tak diindahkan Sabrang sebab lelaki itu segera berlalu guna membeli es teh.
Mengakhiri acara misuh-misuhnya, Gelora beralih pada Arizona yang kini tengah bermain ponsel, menunggu makanan datang. Gelora memperhatikan wajah laki-laki yang sudah menjadi penghuni hatinya dalam waktu yang cukup lama. Nampak lebam samar di tulang pipi Arizona, bibir bawahnya memerah, menandakan ada luka di sana.
"Lo pesen makan apa, Ar?" tanya Gelora meski tahu suasana hati Arizona sedang tidak baik.
"Gak tahu," jawab Arizona singkat tanpa mengalihkan fokusnya dari ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Sansekerta (Selesai)
Genç Kurgu"𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊𝚊𝚗. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚜𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗?" Sansekerta harusnya punya banyak teman dan digandrungi banyak perempuan. Parasnya...