Ara pikir di panggil melalui toa karena Nanta merencanakan sesuatu untuknya. Ternyata bukan.
Teman-teman sekelasnya ngumpul di lapangan upacara. Ara tebak hari ini giliran kelas mereka yang membawakan upacara.
Ara meletakkan tas nya di dekat tiang koridor TU. Baru hendak menghampiri Gempi. Ternyata orang nya sudah berdiri di hadapan nya.
Gempi menyampirkan selempang petugas upacara di pundak Ara.
"Bisa di jelasin?" tanya Ara menatap selendang itu lalu menatap bola mata Gempi.
"Jadi gini." Gempi menatap Ara dengan wajah serius. "Edzan dan Satya ngabari pak Firman tadi malam. Mereka berdua izin nggak masuk karena sakit."
"Rese kan? Masa di hari H mereka tumbang bareng!" gerutu Gempi sambil bersedekap dada.
"Ya terus?"
"Nah, karena mereka teman dekat lo juga. Bantuin dong, gantiin mereka jadi pemimpin." jelas Gempi meminta bantuan Ara.
"Ahaha. Gue pemimpin?" tanya Ara menunjuk dirinya sendiri.
"Iyaa."
"Lawak lo, Gem?"
"Gue lagi nggak mood becanda ya, Ra. Karena mereka berdua nggak masuk. Kita akan latihan sekali. Siap-siap aja di barisan." titah Gempi yang kemudian meninggalkan Ara.
Hidung Ara kembang kempis mendengarnya. "Dari sekian banyaknya anak cowok. Lo nyuruhnya gue? Harus banget apa gue yang mimpin upacara?" tanya Ara dengan suara yang sengaja di keraskan.
Anak-anak menoleh ke arah Ara. Termasuk Gempi. "Haruslah. Kapan lagi coba lo jadi pemimpin?"
"Ya. Kapan-kapan." jawabnya enteng.
Tanpa sepatah kata, Gempi memalingkan muka dan kembali berjalan menuju anak-anak paduan suara. Sepertinya, Gempi kecewa mendengar jawaban Ara.
"Lo pasti bisa, Ra."
"Teman kita kan hebat."
"Gue tau lo orang yang paling bisa di andalkan."
"Percaya diri aja. Jangan cemas. Selangkah maju lebih baik. Dari pada diam di tempat."
Beberapa teman nya malah memberi semangat.
^^^
"Seluruhnya. Tanpa penghormatan. Bubar barisan, jalan!" Perintah tegas dari Ara membuat seluruh siswa meninggalkan lapangan upacara.
Dengan posisi yang masih berdiri di tengah lapangan dengan pandangan yang menunduk kebawah. Ada senyum yang menghiasi wajah Ara. "Akhirnya selesai juga upacaranya." gumam Ara merasa lega.
Untuk pertama kalinya ia jadi pemimpin. Dan terbilang sukses. Ucapan nya tegas dan lantang. Gerakan kaki dan tangan nya juga tidak kaku.
Di balik kecemasan nya yang takut mengecewakan teman-teman nya. Malah terdapat kepercayaan yang sangat besar.
Haruskah ia berterima kasih kepada Gempi dan teman nya yang lain. Karena selalu mendorong nya menjadi anak yang aktif?
Seorang berdiri di depan Ara. "Gue mau bicara."
Dengan pandangan yang masih menunduk Ara menjawab. "Yaudah, bicara aja." Ara tau itu suara Nanta, makanya ia malas menatap ke arah cowok itu.
Perasaan senangnya berubah jadi muram lagi. Dari banyaknya anak cowok di SMA MERDEKA. Kenapa Nanta yang menghampiri dirinya?
"Kalau gue ngomong tu di tatap bijinya." tekan Nanta karena cewek itu hanya menatap sneakernya.
Dengan muka bersemu merah. Pandangan Ara beralih ke arah resleting celana Nanta.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ultimate Happines
Teen FictionPacaran harus minta persetujuan. Sudah minta persetujuan di suruh nolak. Pacaran tanpa persetujuan disuruh putus. Di kisah hidup orang lain, ada abang yang tukang ngatur dan nggak ngebolehin adiknya pacaran. Di kehidupan Ara ada kelima sahabatnya...