15

2.5K 443 267
                                    

Happy Reading!!












































"C-celengan ... apa?"

Sakura mengerjap pelan. Perasaan selama di desa, Sasuke tak pernah sekalipun menunjukkan celengannya baik itu bentuk kendi ataupun ayam, apalagi memecahkannya. Pria itu kan sedikit perhitungan.

"Celengannya Sasuke-kun," Binar mata Mikoto tak kunjung meredup. "Bagaimana, sudah ada hasil?"

"H-hasil?"

"Iya hasil, sudah berapa minggu?"

"Hah?"

Sakura melirik singkat Sasuke yang mengedikkan bahu tak tahu menahu. Diantara ketiganya ada si pria bersurai kuning jabrik yang tak kunjung beranjak dari pembahasan perkara celengan, agaknya ia masih belum nggeh sekarang.

"Maaf bibi, saya tidak tahu apakah celengan Sasuke sudah dipecahkan atau belum."

"Masa?" Bibir Mikoto mengulas senyum mirisnya. "Mungkinkah Sasuke-kun melakukannya waktu Sakura-chan tidur?"

"M-mungkin, bisa jadi," jawabnya bingung.

"Ya Tuhan maafkan Sasuke-kun ya."

Sakura mengiggit pipi dalamnya menangkap gurat penuh penyesalan dari wanita di hadapannya. Sebenarnya ada apa ini ya Tuhan, kenapa mamanya Sasuke yang tadi bahagia mendadak suram begini. Ia kan jadi merasa bersalah karenanya.

Gioknya bergulir ke arah Sasuke, berharap si pria sedikit membuka suaranya. Ia menarik cukup keras ujung jas hitam Sasuke, ya Tuhan kemana perginya manusia cerewet selama di rumahnya dulu.

"Bibi jangan bersedih," Sakura sedikit memiringkan kepalanya berusaha menarik atensi Mikoto yang menunduk sedih. "Saya punya dua celengan di desa, bibi mau yang mana, celengan kendi atau celengan ayam? Nanti saya ambilkan terus kita bisa pecahkan sama-sama, bagaimana?" hiburnya.

"Jadi Sakura-chan punya celengan lain selain punya Sasuke-kun?" selidik Mikoto, agaknya ia tak terima anak bungsunya yang tampan paripurna ini diduakan.

Sakura meneguk ludahnya susah payah, ya Tuhan apa ia salah bicara di sini.

"Kenapa diam saja?" ketus Mikoto.

"Mama mau celengen? Nanti aku-

"Diam, ini urusan perempuan," potong Mikoto tanpa mengalihkan tatapan selidiknya dari Sakura.

Sakura meremat kedua tangannya yang berkeringat dingin. Ia kembali meneguk ludahnya kasar kala menangkap wanita di depannya dengan sorot mata menuntut.

"I-iya bibi, saya punya dua di rumah," Alisnya berkerut bingung, sungguh ia gelagapan ketika mamanya Sasuke kini memelototinya dengan raut seakan ingin menangis. "Soalnya kalau satu tidak cukup untuk menyimpan uang receh," sambungnya cepat.

Dahi Mikoto berkerut bingung dengan lontaran kalimat dari Sakura. "Bukannya simpan uang bisa di bank ya?"

Naruto diam-diam mengangguk setuju dan menggerutu, kalau sudah tahu kenapa tanya celengan Sasuke terus. Boro-boro si Sasuke itu punya celengan, dompetnya saja selalu kosong melompong.

"Banknya lumayan jauh bibi, jadi uangnya disimpan di celengan dulu," Jelas Sakura hati-hati.

Mikoto hanya manggut-manggut dengan senyum kecil yang kembali terbit. "Sepertinya kita salah paham, maksud bibi bukan celengan uang tapi celengan yang bisa menghasilkan bayi kecil."

VibrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang