2. Life Difference

1K 43 0
                                    

*toktoktok* pintu rumah Taeyong yang digedor secara paksa dari luar. Membuat Jeno yang sedang tertidur pun akhirnya terbangun dan menghampiri orang yang sudah membangunkan tidurnya.

"Kapan kau akan membayar sewa rumah?! Ini sudah 6 bulan dan kau masih belum membayar?!" Ucap penagih sewa rumah miliknya.

Taeyong mendesah pasrah. "Maafkan aku, tapi aku belum mempunyai uang. Kasih waktu aku satu kal--"

"Jangan bercanda! Ini sudah 6 bulan, semenjak Nyonya kami memberi kamu waktu!"

"Ta--" ucapan Taeyong berhenti karena Jeno yang tiba-tiba datang lalu melemparkan segepok uang dihadapan kedua pria berbadan besar itu.

"Ambil! Itu uang sewa untuk satu tahun! Jangan kesini lagi dan membentak Mommy-ku!" Usir Jeno, dengan tatapan yang penuh peringatan. Menatap 2 orang pria berbadan besar yang ada di hadapannya.

Kedua pria itu mendecak, mengambil amplop coklat dan memeriksa uang itu. "Ck! Untung kau anak kecil! Kalau tidak--"

"Kalau tidak apa?! Aku tidak takut kepada kalian berdua. Kalian berdua hanyalah dua orang idiot di mataku!" Sentak Jeno, memotong kalimat pria itu.

"Apa?! Kau?!--"

"Ah maafkan anak-ku! Jangan kalian ambil hati perkataan anak-ku." Sesal Taeyong yang langsung meminta maaf kepada kedua pria itu, dan tindakan Taeyong sukses membuat Jeno kesal setengah mati.

Ibunya bodoh? Jawabannya Iya! Ia Selalu saja meminta maaf yang bukan kesalahannya bahkan selalu diam ketika sedang dihina atau diinjak oleh seseorang. Jeno tidak suka itu!

Kedua pria itu mendecak kesal lalu pergi dari hadapan Taeyong dan Jeno.

"Kita bicara didalam Jeno Lee!" Titah Taeyong, yang sudah memotong protesan yang akan keluar dari mulut Jeno.

Jeno mendesah pasrah lalu masuk kedalam menghampiri sang ibi yang sudah lebih dulu masuk ke dalam. Ia tau kalau ini akan terjadi. Jeno langsung duduk dihadapan sang ibu, yang saat ini sedang memasang tatapan curiga kepada dirinya.

"Aku bekerja part time disalah satu restaurant, Mom." Jelas Jeno pasrah seakan tau arti dari tatapan intimidasi Taeyong. 

Selama ini Jeno terus menyembunyikan dirinya yang berkerja dibeberapa restaurant yang menyediakan jasa part time.

"Kau?! Mommy kan sudah bil--"

"Tapi Jeno tidak mau menyusahkan Mommy! Mommy terus bekerja hingga larut malam bahkan sampai Mommy sakit. Sedangkan Jeno? Jeno harus diam disini melihat Mommy yang kerja mati-matian untuk menghidupi Jeno?! Jeno sudah remaja mom! Jeno--" ucapan Jeno terhenti karena mendengar tangisan yang keluar dari ibunya.

"Maafkan Mommy, Jen. Seharusnya Mommy memberikan fasilitas dan semua kebutuhan-mu dengan layak. Sehingga kamu tidak perlu memikirkan ini semua. tapi apa? Kau malah--" Racauan Taeyong terhenti karena Jeno yang sudah memeluknya.

"Sstt. Mommy tidak boleh berbicara seperti itu. Bagi Jeno, Mommy adalah wanita terhebat yang pernah ada. Jangan menyalahkan diri Mommy sendiri. Sudah seharusnya Jeno membantu Mommy. Jeno kan anak laki-laki Mommy satu-satunya." Ujar Jeno menenangkan sang ibu yang menangis. Bukannya berhenti, tangisan Taeyong malah semakin besar, karena ucapan yang di lontarkan anaknya.

JUNG FAMILY III - JAEYONG, MARKHYUCK, NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang